skip to main content

Pengaruh Penggunaan Bekatul terhadap Kadar Protein, Kadar Air, Kadar Lemak, dan Sifat Organoleptik Nugget Belut (Monopterus albus Zuieuw)

*Rejeki Dewi Pramesti  -  Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Bambang Dwiloka Dwiloka  -  Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Bhakti Etza Setiani  -  Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Received: 9 Jun 2019; Published: 2 Dec 2019.
Editor(s): Ahmad Ni'matullah Al-Baarri

Citation Format:
Abstract

Nugget merupakan produk olahan daging siap saji yang dilakukan dengan proses penggilingan daging dan pencampuran dengan bumbu dan pengikat yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan dilumuri tepung roti. Sejauh ini produk nugget yang di produksi masih mengandung serat pangan yang sedikit. Oleh karena itu, perlu di lakukan diversifikasi pangan nugget dengan penggunaan bekatul sebagai sumber serat dan belut sebagai bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan proporsi penggunaan bekatul terhadap kandungan protein, kadar air, lemak dan sifat organoleptik nugget belut. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan persentase bekatul yang digunakan yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, kadar air, kadar lemak, dan sifat organoleptik. Penggunaan bekatul yang semakin tinggi menyebabkan semakin tinggi nilai kadar protein tiap perlakuan T0-T4 yaitu sebelum digoreng nilai berkisar antara 9,83 – 12,23% dan setelah digoreng 8,05 – 9,54%. Kadar air yang dihasilkan tiap perlakuan semakin menurun yaitu sebelum digoreng 58,22 – 55,36%, sementara setelah digoreng 51,47 – 47,27%.  Kadar lemak sebelum digoreng 1,52 – 2,46%  dan setelah digoreng 8,32 – 10,16%. Semuanya  masih memenuhi standar mutu nugget  menurut SNI 01-7758-2013 yaitu protein > 5%, kadar air < 60%, dan kadar lemak < 15%. Penggunaan bekatul juga meningkatan warna dan bau, serta menurunkan rasa umami dan tekstur kenyal.

Nugget is a ready-to-eat meat product that is carried out by the meat grinding process and mixing with herbs and binders which are then printed according to the desired shape and coated with bread flour. So far the nugget products produced still contain little fiber. Therefore, it is necessary to diversify nugget food by using rice bran as a source of fiber and eel as raw material. This study aims to determine the effect of differences in the proportion of the use of bran to the protein content, water content, fat and organoleptic properties of eel nuggets. The treatment given is the difference in the percentage of bran used is 0%, 25%, 50%, 75% and 100%. The results showed a significant effect (P <0.05) on protein content, water content, fat content, and organoleptic properties. The higher use of bran causes the higher protein content value of each treatment T0-T4, that is, before frying the value ranges from 9.83 - 12.23% and after frying 8.05 - 9.54%. The water content produced by each treatment decreases, namely before frying 58.22 - 55.36%, while after frying 51.47 - 47.27%. Fat content before frying 1.52 - 2.46% and after frying 8.32 - 10.16%. All of them still meet the nugget quality standards according to SNI 01-7758-2013, namely protein> 5%, water content <60%, and fat content <15%. The use of rice bran also increases color and odor, and decreases the umami taste and chewy texture.

Fulltext View|Download
Keywords: bekatul; nugget belut; uji kimia; organoleptik

Article Metrics:

  1. Astawan, M. dan A. E. Febrinda. 2010. Potensi dedak dan bekatul beras merah sebagai ingredient pangan dan produk pangan fungsional. J. Pangan. 19(1):14-21
  2. Astiana, I., Nurjanah, R. Suwandi, A.A. Suryani dan T. Hidayat. 2015. Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral. J. Depik. 4(1): 49-57
  3. Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 7758-2013. Naget Ikan. Standar Nasional Indonesia, Jakarta
  4. Bintoro, V. P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
  5. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 2010. Daftar Komposisi Bahan Makanan
  6. Bhratara Karya Aksara, Jakarta
  7. De Delahaye, P. E., Jiménez, P., & Pérez, E. 2005. Effect of enrichment with high content dietary fiber stabilized rice bran flour on chemical and functional properties of storage frozen pizzas. Journal of Food Engineering, 68(1):1–7. Doi: 10.1016/j.jfoodeng.2004.05.048
  8. Halwan, C. A. dan F.C.Nisa. 2015. Pembuatan mie kering gembili dan bekatul (kajian proporsi terigu : gembili dan penambahan bekatul). J. Pangan dan agroindustri. 3(4):1548-1559
  9. Hasanah,F., N. Lestari dan Y. Adiningsih. 2017. Pengendalian senyawa trimetilamin (TMA) dan ammonia dalam pembuatan margarin dari minyak patin. J.Agro-based Industy. 34(2):72-80
  10. Hildayanti, T.M. 2017. Pengaruh substitusi bekatul dan jenis shortening terhadap sifatorganoleptik sus kering. e-journal Boga. 5(1): 20-39
  11. Kassama, L.S. and M.O. Ngadi. 2004. Pore Development in Chicken Meat during Deep-Fat Frying. Lebensmittel-Wissenschaft und- Technologie. 37(8) : 841-847
  12. Legowo, A. M., Nurwantoro dan Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
  13. Luthfianto, D., R. D. Noviyanti dan I. Kurniawati. 2017. Karakterisasi kandungan zat gizi bekatul pada berbagai varietas beras di surakarta. J. Urecol. 371-376
  14. Minarti, S. P., I. Suhaidi dan H. Rusmarilin. 2013. Pengaruh campuran tepung terigu dengan beberapa jenis tepung dan jumlah daging belut terhadap mutu naget belut. J. Ilmu dan Teknologi Pangan. 1(3): 1-8
  15. Mulyani, T., S. Djajati dan L. D. Rahayu. 2015. Pembuatan cookies bekatul (kajian proporsi tepung bekatul dan tepung mocaf) dengan penambahan margarine. J. Rekapangan. 9(2): 1-8
  16. Nugroho,A. F. Swastawati dan , A. D. Anggo. 2014 . Pengaruh bahan pengikat dan waktu penggorengan terhadap mutu produk kaki naga ikan tenggiri (Scomberomorus sp.) . J. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(4):140-149
  17. Owens, C. M., 2001. Coated Poultry Products dalam Poultry Meat Processing edited by Alan R.S. CRC Press. Boca Raton London, New York, Washington D.C
  18. Palupi, S., S. Hamidah dan Yuriani.2014. Upaya peningkatan pendapatan kelompok usaha belut melalui variasi hasil olahan dan kemasan di Godean. J. Inotek.18(1):109-119
  19. Permadi, S.N., S. Mulyani. A. Hintono. 2012.Kadar serat, sifat organoleptik, dan rendemen nugget ayam disubstitusi dengan jamur tiram putih (Plerotus ostreatus). J. Aplikasi Teknologi Pangan. 1(4):115-120
  20. Saputra, T., M.N. Ibrahim dan R.H.F. Faradilla. 2018. Pengaruh penggunaan tepung bekatul dan tepung jagung pada produk cookies makanan selingan penderita diabetes terhadap oenilaian organoleptik dan nilai gizi. J. Sains dan Teknologi Pangan. 3(6):1768-1782
  21. Suradi, K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam post-portem selama penyimpanan suhu ruang. J. Ilmu Ternak 6(1): 23-27
  22. Wellyalina, F. Azima dan Aisman. 2013. Pengaruh perbandingan tetelan merah tuna dan tepung maizena terhadap mutu nugget. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 2(1):9-17
  23. Wulandari, M. dan E. Handarsari. 2010. Pengaruh penambahan bekatul terhadap kadar protein dan sifat organoleptik biskuit. J. Pangan dan Gizi.1(2):55-62

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.