skip to main content

PENGARUH KONSELING MODIFIKASI GAYA HIDUP TERHADAP ASUPAN LEMAK, KADAR TRIGLISERIDA DAN INTERLEUKIN(IL)-18 PADA REMAJA OBESITAS DENGAN SINDROM METABOLIK

Program Studi Ilmu G izi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: .

Citation Format:
Abstract
Latar Belakang: Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari berbagai kelainan metabolik seperti resistensi insulin, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemi, keadaan proinflamasi dan protrombik. Keadaan sindrom metabolik pada umumnya diawali dengan obesitas, terutama obesitas viseral. Keseimbangan antara asupan dan aktivitas fisik merupakan faktor yang mengurangi perkembangan sindrom metabolik. Asupan lemak, kadar tirgliserida dan interleukin-18 merupakan salah satu faktor resiko pada sindrom metabolik, dan dengan menggunakan modifikasi gaya hidup diharapkan dapat memberikan penurunan terhadap kadar kadar tersebut.Metode: Penelitian ini menggunakan studi penelitian non-randomized pre-post test control group design. Populasi penelitian adalah 27 remaja obesitas dengan sindrom metabolik di SMA Negeri 2 Semarang. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan variasi konseling yang didapatkan. Sebelas remaja mengikuti kelompok konseling intensif dan enam belas remaja tidak intensif selama 2 bulan. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida, dan kadar IL-18 diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet, juga menurunkan kadar asupan lemak, kadar trigliserida dan kadar IL-18. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,01), asupan lemak (p=0,04) dan kadar IL-18 (p=0,01), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,04) , aktivitas fisik (p=0,001), asupan lemak (p=0,009), kadar trigliserida (p=0,001) dan kadar IL-18 (p=0,007). Peningkatan kadar trigliserida pada kelompok tidak intensif lebih besar dibandingkan kelompok intensif (65,75 mg/dL dibandingkan 11,54 mg/dL)Simpulan: Ada pengaruh konseling modifikasi gaya hidup terhadap kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida dan IL-18. Aktivitas fisik pada kedua kelompok meningkat namun kelompok konseling tidak intensif memiliki perubahan rerata yang lebih besar. Asupan lemak pada kedua kelompok konseling menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar. Kadar trigliserida meningkat pada kedua kelompok konseling, namun kelompok konseling intensif memiliki peningkatan yang lebih kecil. Kadar IL-18 pada kedua kelompok menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar.  Latar Belakang:Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari berbagai kelainan metabolik seperti resistensi insulin, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemi, keadaan proinflamasi dan protrombik. Keadaan sindrom metabolik pada umumnya diawali dengan obesitas, terutama obesitas viseral.Keseimbangan antara asupan dan aktivitas fisik merupakan faktor yang mengurangi perkembangan sindrom metabolik. Asupan lemak, kadar tirgliserida dan interleukin-18 merupakan salah satu faktor resiko pada sindrom metabolik, dan dengan menggunakan modifikasi gaya hidup diharapkan dapat memberikan penurunan terhadap kadar kadar tersebut.Metode:Penelitian ini menggunakan studi penelitian non-randomized pre-post test control group design. Populasi penelitian adalah 27 remaja obesitas dengan sindrom metabolik di SMA Negeri 2 Semarang. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan variasi konseling yang didapatkan. Sebelas remaja mengikuti kelompok konseling intensif dan enam belas remaja tidak intensif selama 2 bulan. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida, dan kadar IL-18 diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet, juga menurunkan kadar asupan lemak, kadar trigliserida dan kadar IL-18. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,01), asupan lemak (p=0,04) dan kadar IL-18 (p=0,01), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,04) , aktivitas fisik (p=0,001), asupan lemak (p=0,009), kadar trigliserida (p=0,001) dan kadar IL-18 (p=0,007). Peningkatan kadar trigliserida pada kelompok tidak intensif lebih besar dibandingkan kelompok intensif (65,75 mg/dL dibandingkan 11,54 mg/dL)

*) Penulis Penanggungjawab

 

Simpulan: Ada pengaruh konseling modifikasi gaya hidup terhadap kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida dan IL-18. Aktivitas fisik pada kedua kelompok meningkat namun kelompok konseling tidak intensif memiliki perubahan rerata yang lebih besar. Asupan lemak pada kedua kelompok konseling menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar. Kadar trigliserida meningkat pada kedua kelompok konseling, namun kelompok konseling intensif memiliki peningkatan yang lebih kecil. Kadar IL-18 pada kedua kelompok menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar.

Fulltext View|Download
Keywords: sindrom metabolik, konseling modifikasi gaya hidup, asupan lemak, trigliserida, Interleukin-18

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.