BibTex Citation Data :
@article{dmj20846, author = {Anggita Oktaviani and Rina Pratiwi and Farid Rahmadi}, title = {ASUPAN PROTEIN HEWANI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PERAWAKAN PENDEK ANAK UMUR 2-4 TAHUN}, journal = {Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal)}, volume = {7}, number = {2}, year = {2018}, keywords = {perawakan pendek, asupan protein hewani, riwayat pemberian ASI}, abstract = { Latar Belakang : Perawakan pendek merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur di bawah standar deviasi (<-2SD) dengan referensi World Health Organization (WHO) tahun 2006. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi nasional anak balita pendek ( stunted) dan anak balita sangat pendek ( severe stunted ) berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah 37.2% terdiri dari 18.0% sangat pendek dan 19.2% pendek. Berdasarkan laporan Nutrition in the First 1,000 Days State of the World’s Mothers tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian perawakan pendek dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan mulai dari janin berada dalam perut atau ketika wanita dalam kondisi hamil sampai anak tersebut berumur 2 tahun. Masa ini disebut dengan masa windows critical, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak atau kecerdasan dan pertumbuhan badan yang cepat . Tujuan : Menganalisis peran asupan protein hewani sebagai faktor risiko perawakan pendek pada anak umur 2-4 tahun. Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian kasus-kontrol. Sampel terdiri dari 106 anak prasekolah umur 2-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Kota Semarang selama periode Mei-Agustus 2017. Uji statistik menggunakan uji komparatif Chi-square dan analisis multivariat regresi logistik. Hasil : Berdasarkan 106 subjek kasus-kontrol di wilayah Puskesmas Rowosari Semarang, didapatkan hubungan bermakna pada jumlah asupan protein hewani ( p =0,000 OR 6,059 95% CI 2,517-14,588) dan pendapatan orang tua ( p =0,009 OR 1,899 95% CI 0,733-4,919) terhadap perawakan pendek. Hubungan tidak bermakna didapatkan pada jenis asupan protein hewani seperti daging ( p =0,186), susu ( p =1,000), telur ( p =0,077), ikan ( p =0,374), makanan laut ( p =1,000), asupan protein lain ( p =1,000), riwayat pemberian ASI ( p =0,077), umur pemberian MP-ASI ( p =1,000), dan tingkat pendidikan ibu ( p =0,251). Simpulan : Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan pada variabel jumlah asupan protein hewani dan pendapatan orang tua terhadap perawakan pendek . }, issn = {2540-8844}, pages = {977--989} doi = {10.14710/dmj.v7i2.20846}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/20846} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang : Perawakan pendek merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur di bawah standar deviasi (<-2SD) dengan referensi World Health Organization (WHO) tahun 2006. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi nasional anak balita pendek (stunted) dan anak balita sangat pendek (severe stunted) berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah 37.2% terdiri dari 18.0% sangat pendek dan 19.2% pendek. Berdasarkan laporan Nutrition in the First 1,000 Days State of the World’s Mothers tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian perawakan pendek dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan mulai dari janin berada dalam perut atau ketika wanita dalam kondisi hamil sampai anak tersebut berumur 2 tahun. Masa ini disebut dengan masa windows critical, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak atau kecerdasan dan pertumbuhan badan yang cepat.
Tujuan : Menganalisis peran asupan protein hewani sebagai faktor risiko perawakan pendek pada anak umur 2-4 tahun.
Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian kasus-kontrol. Sampel terdiri dari 106 anak prasekolah umur 2-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Kota Semarang selama periode Mei-Agustus 2017. Uji statistik menggunakan uji komparatif Chi-square dan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil : Berdasarkan 106 subjek kasus-kontrol di wilayah Puskesmas Rowosari Semarang, didapatkan hubungan bermakna pada jumlah asupan protein hewani (p=0,000 OR 6,059 95% CI 2,517-14,588) dan pendapatan orang tua (p=0,009 OR 1,899 95% CI 0,733-4,919) terhadap perawakan pendek. Hubungan tidak bermakna didapatkan pada jenis asupan protein hewani seperti daging (p=0,186), susu (p=1,000), telur (p=0,077), ikan (p=0,374), makanan laut (p=1,000), asupan protein lain (p=1,000), riwayat pemberian ASI (p=0,077), umur pemberian MP-ASI (p=1,000), dan tingkat pendidikan ibu (p=0,251).
Simpulan : Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan pada variabel jumlah asupan protein hewani dan pendapatan orang tua terhadap perawakan pendek.
Article Metrics:
Last update:
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/ is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.