Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip27179, author = {Bagas Aji and Andri Suprayogi and LM Sabri}, title = {SURVEI DEFORMASI DENGAN METODE GNSS TAHUN 2019 DI SEKITAR JEMBATAN PENGGARON}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {9}, number = {2}, year = {2020}, keywords = {CORS, Deformation, GAMIT, GNSS, The area around the Penggaron Bridge.}, abstract = { ABSTRAK Jembatan Penggaron merupakan jembatan yang berada di ruas jalan tol Semarang-Solo kilometer 427. Jembatan Penggaron berada di Desa Susukan, Kabupaten Semarang. Panjang dari Jembatan Penggaron diperkirakan kurang lebih 400 m. Wilayah sekitar jembatan Penggaron teridentifikasi adanya suatu pergerakan tanah yang mengakibatkan jembatan dapat mengalami deformasi. Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu pengamatan GNSS ( Global Navigation Satellite System ) karena memiliki akurasi yang cukup tinggi dalam pemantauan berbasis point . Pengamatan titik di sekitar jembatan diambil 2 kali pengamatan yaitu tahun 2018 dan 2019. Durasi pengamatan kurang lebihnya 8 jam. Data pengamatan diolah menggunakan software GAMIT 10.7 dengan titik 5 ikat regional (CORS BIG) diantaranya: CJPR, CMGL, CPKL, CPWD, dan CSEM. Hasil pengolahan berupa koordinat yang nantinya dapat dianalisis nilai pergeseranya. Pergeseran terbesar terjadi pada titik pengamatan BMDU dengan nilai resultan sebesar 0,051 m ke arah 89,537 derajat. Pergeseran terkecil terjadi pada titik pengamatan CPSA dengan resultan sebesar 0,006 m ke arah 164,251 derajat. Penurunan terbesar terjadi pada titik amat CPSA dengan nilai du=-0,044 m. Penurunan terendah terjadi pada titik amat BMSA dengan nilai du= -0,001 m.Konsistensi hasil koordinat geosentrik dengan 5 titik ikat dibandingkan dengan 1 titik ikat memiliki selisih kurang dari 5 mm. Perbandingan koordinat geosentrik tahun 2018 selisih rata-rata terbesar terdapat pada titik ikat CJPR. Perbandingan koordinat geosentrik tahun 2019 selisih rata-rata terbesar terdapat pada titik ikat CPWD. Kata Kunci : CORS , Deformasi, GAMIT , GNSS , Sekitar Jembatan Penggaron A BSTRACT The Penggaron Bridge is a bridge on the Kilometer 427 Semarang-Solo toll road. Penggaron Bridge is located in Susukan Village, Semarang Regency. The length of the Penggaron bridge is estimated of around 400 m. The area around the Penggaron Bridge is identified as a land movement that causes the bridge to be deforming. The method used for this research is the GNSS observation (Global Navigation Satellite System) because it has quite high accuracy in point-based monitoring. The point observation around the bridge was taken 2 observations, namely 2018 and 2019. Duration of observation is approximately 8 hours. Observation Data processed using GAMIT 10.7 software with point 5 stations (BIG CORS) include: CJPR, CMGL, CPKL, CPWD, and CSEM. The result of the processing of coordinates can be analyzed by the value of its alignment. The biggest shift occurs at the BMDU observation point with a resultant 0.051 m in direction 89.537 degree. The smallest shift occurs at the CPSA observation point with a value with a resultant 0.006 m in direction 164.251 degree. The biggest decline occurred at CPSA point with a value du =-0.044 m. The lowest decrease occurred at the BMSA point with a value du =-0.001 m. Consistency of geocentric coordinate results with 5 connective points compared with 1 binding point has a difference of less than 5 mm. The ratio of geocentric coordinates to 2018 the largest average difference is at CJPR's binding point. The ratio of geocentric coordinates in 2019 the largest average difference is at the CPWD connective point. Key Words : CORS, Deformation, GAMIT, GNSS, The area around the Penggaron Bridge. }, issn = {2809-9672}, pages = {177--187} doi = {10.14710/jgundip.2020.27179}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/27179} }
Refworks Citation Data :
Jembatan Penggaron merupakan jembatan yang berada di ruas jalan tol Semarang-Solo kilometer 427. Jembatan Penggaron berada di Desa Susukan, Kabupaten Semarang. Panjang dari Jembatan Penggaron diperkirakan kurang lebih 400 m. Wilayah sekitar jembatan Penggaron teridentifikasi adanya suatu pergerakan tanah yang mengakibatkan jembatan dapat mengalami deformasi. Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu pengamatan GNSS (Global Navigation Satellite System) karena memiliki akurasi yang cukup tinggi dalam pemantauan berbasis point. Pengamatan titik di sekitar jembatan diambil 2 kali pengamatan yaitu tahun 2018 dan 2019. Durasi pengamatan kurang lebihnya 8 jam. Data pengamatan diolah menggunakan software GAMIT 10.7 dengan titik 5 ikat regional (CORS BIG) diantaranya: CJPR, CMGL, CPKL, CPWD, dan CSEM. Hasil pengolahan berupa koordinat yang nantinya dapat dianalisis nilai pergeseranya. Pergeseran terbesar terjadi pada titik pengamatan BMDU dengan nilai resultan sebesar 0,051 m ke arah 89,537 derajat. Pergeseran terkecil terjadi pada titik pengamatan CPSA dengan resultan sebesar 0,006 m ke arah 164,251 derajat. Penurunan terbesar terjadi pada titik amat CPSA dengan nilai du=-0,044 m. Penurunan terendah terjadi pada titik amat BMSA dengan nilai du= -0,001 m.Konsistensi hasil koordinat geosentrik dengan 5 titik ikat dibandingkan dengan 1 titik ikat memiliki selisih kurang dari 5 mm. Perbandingan koordinat geosentrik tahun 2018 selisih rata-rata terbesar terdapat pada titik ikat CJPR. Perbandingan koordinat geosentrik tahun 2019 selisih rata-rata terbesar terdapat pada titik ikat CPWD.
Kata Kunci : CORS, Deformasi, GAMIT, GNSS, Sekitar Jembatan Penggaron
The Penggaron Bridge is a bridge on the Kilometer 427 Semarang-Solo toll road. Penggaron Bridge is located in Susukan Village, Semarang Regency. The length of the Penggaron bridge is estimated of around 400 m. The area around the Penggaron Bridge is identified as a land movement that causes the bridge to be deforming. The method used for this research is the GNSS observation (Global Navigation Satellite System) because it has quite high accuracy in point-based monitoring. The point observation around the bridge was taken 2 observations, namely 2018 and 2019. Duration of observation is approximately 8 hours. Observation Data processed using GAMIT 10.7 software with point 5 stations (BIG CORS) include: CJPR, CMGL, CPKL, CPWD, and CSEM. The result of the processing of coordinates can be analyzed by the value of its alignment. The biggest shift occurs at the BMDU observation point with a resultant 0.051 m in direction 89.537 degree. The smallest shift occurs at the CPSA observation point with a value with a resultant 0.006 m in direction 164.251 degree. The biggest decline occurred at CPSA point with a value du =-0.044 m. The lowest decrease occurred at the BMSA point with a value du =-0.001 m. Consistency of geocentric coordinate results with 5 connective points compared with 1 binding point has a difference of less than 5 mm. The ratio of geocentric coordinates to 2018 the largest average difference is at CJPR's binding point. The ratio of geocentric coordinates in 2019 the largest average difference is at the CPWD connective point.
Key Words : CORS, Deformation, GAMIT, GNSS, The area around the Penggaron Bridge.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro