Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip26173, author = {Febrina Rosita Pane and Andri Suprayogi and LM Sabri}, title = {ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TAHUN 2013 DAN 2018 TERHADAP PENINGKATAN DEBIT PUNCAK SUNGAI KALIGARANG}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {9}, number = {1}, year = {2019}, keywords = {Watershed, Maximum Discharge, Run off coefficient, Land Cover}, abstract = { ABSTRAK DAS Kaligarang adalah Daerah Aliran Sungai yang melintasi Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. DAS tersebut memiliki peran yang penting dalam pengairan ketiga wilayah tersebut. DAS ini adalah sistem pengairan utama yang akan mengontrol kondisi pengairan baik saat hujan maupun kemarau. Sistem pengairan utama harus memiliki sistem yang baik agar pengairan di daerah tersebut lancar. Kriteria sistem pengairan yang baik yaitu wilayah DAS yang memiliki daerah resapan air yang cukup untuk mengontrol air limpasan ketika hujan. DAS Kaligarang saat ini termasuk sebagai DAS kritis diakibatkan area tutupan lahan yang banyak beralih fungsi sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan sedimentasi semakin tahun semakin banyak, sehingga sering terjadi banjir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap peningkatan debit maksimum Daerah Aliran Sungai Kaligarang. Klasifikasi tutupan lahan dilakukan mengacu dengan klasifikasi penutup lahan USGS dengan 8 kelas tutupan lahan. Perhitungan debit dilakukan dengan menggunakan Metode Rasionalitas yang menggunakan perbandingan antara laju masukan koefisien run off , luas dengan laju intensitas hujan. Perhitungan dilakukan per sub DAS yang dibuat dengan pendekatan digitasi trace dan mengacu dengan sistem penamaan dari BBWS Pemali Juana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 2013 – 2018 pertambahan luas lahan terbesar terjadi pada kelas tutupan pemukiman sebesar 977,676 Ha dan kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas terbesar adalah kelas semak sebesar 1177,439 Ha. Pada tahun 2013 – 2018 nilai koefisien run off 0,456. Perubahan nilai koefisien run off ini mengkibatkan naiknya debit puncak DAS Kaligarang sebesar 122,87 m3/detik. Kata Kunci :DAS, Debit Maksimum ,Koefisien run off , Tutupan Lahan ABSTRACT Kaligarang watershed is a watershed that crosses Semarang City, Semarang Regency and Kendal Regency. The watershed has an important role in the irrigation of the three regions. This watershed is the main irrigation system that will control irrigation conditions both during rain and drought. The main irrigation system must have a good system so that irrigation in the area runs smoothly. Criteria for a good irrigation system is a watershed area that has enough water catchment areas to control runoff water when it rains. The Kaligarang watershed is currently classified as a critical watershed due to land cover areas that have changed functions a lot, causing more water catchment areas and sedimentation to decrease, so that floods often occur. This study was conducted to determine the effect of changes in land cover on increasing the maximum discharge of the Kaligarang Watershed. Land cover classification is carried out in accordance with the USGS land cover classification with 8 land cover classes. Discharge calculation is done by using the Rationality Method which uses a comparison between the run-off coefficient input rate, area and rainfall intensity rate. Calculations are performed in sub-watershed that made using the trace digitization approach and referring to the naming system of BBWS Pemali Juana. The results showed that from 2013 to 2018 the largest increase in land area occurred in the settlement cover class of 977,676 Ha and the land cover class that experienced the largest area decline was bush class of 1177,439 Ha. In 2013 - 2018 the run off coefficient was 0.456. This change in the run-off coefficient results in an increase in the peak discharge of the Kaligarang watershed by 122.87 m3 / sec. Keyword : Watershed , Maximum Discharge, Run off coefficient, Land Cover }, issn = {2809-9672}, pages = {285--294} doi = {10.14710/jgundip.2020.26173}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/26173} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
DAS Kaligarang adalah Daerah Aliran Sungai yang melintasi Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. DAS tersebut memiliki peran yang penting dalam pengairan ketiga wilayah tersebut. DAS ini adalah sistem pengairan utama yang akan mengontrol kondisi pengairan baik saat hujan maupun kemarau. Sistem pengairan utama harus memiliki sistem yang baik agar pengairan di daerah tersebut lancar. Kriteria sistem pengairan yang baik yaitu wilayah DAS yang memiliki daerah resapan air yang cukup untuk mengontrol air limpasan ketika hujan. DAS Kaligarang saat ini termasuk sebagai DAS kritis diakibatkan area tutupan lahan yang banyak beralih fungsi sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan sedimentasi semakin tahun semakin banyak, sehingga sering terjadi banjir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap peningkatan debit maksimum Daerah Aliran Sungai Kaligarang. Klasifikasi tutupan lahan dilakukan mengacu dengan klasifikasi penutup lahan USGS dengan 8 kelas tutupan lahan. Perhitungan debit dilakukan dengan menggunakan Metode Rasionalitas yang menggunakan perbandingan antara laju masukan koefisien run off , luas dengan laju intensitas hujan. Perhitungan dilakukan per sub DAS yang dibuat dengan pendekatan digitasi trace dan mengacu dengan sistem penamaan dari BBWS Pemali Juana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 2013 – 2018 pertambahan luas lahan terbesar terjadi pada kelas tutupan pemukiman sebesar 977,676 Ha dan kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas terbesar adalah kelas semak sebesar 1177,439 Ha. Pada tahun 2013 – 2018 nilai koefisien run off 0,456. Perubahan nilai koefisien run off ini mengkibatkan naiknya debit puncak DAS Kaligarang sebesar 122,87 m3/detik.
Kata Kunci :DAS, Debit Maksimum ,Koefisien run off, Tutupan Lahan
ABSTRACT
Kaligarang watershed is a watershed that crosses Semarang City, Semarang Regency and Kendal Regency. The watershed has an important role in the irrigation of the three regions. This watershed is the main irrigation system that will control irrigation conditions both during rain and drought. The main irrigation system must have a good system so that irrigation in the area runs smoothly. Criteria for a good irrigation system is a watershed area that has enough water catchment areas to control runoff water when it rains. The Kaligarang watershed is currently classified as a critical watershed due to land cover areas that have changed functions a lot, causing more water catchment areas and sedimentation to decrease, so that floods often occur. This study was conducted to determine the effect of changes in land cover on increasing the maximum discharge of the Kaligarang Watershed. Land cover classification is carried out in accordance with the USGS land cover classification with 8 land cover classes. Discharge calculation is done by using the Rationality Method which uses a comparison between the run-off coefficient input rate, area and rainfall intensity rate. Calculations are performed in sub-watershed that made using the trace digitization approach and referring to the naming system of BBWS Pemali Juana. The results showed that from 2013 to 2018 the largest increase in land area occurred in the settlement cover class of 977,676 Ha and the land cover class that experienced the largest area decline was bush class of 1177,439 Ha. In 2013 - 2018 the run off coefficient was 0.456. This change in the run-off coefficient results in an increase in the peak discharge of the Kaligarang watershed by 122.87 m3 / sec.
Keyword : Watershed, Maximum Discharge, Run off coefficient, Land Cover
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro