Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip17194, author = {Fida Istiaji and Arief Nugraha and Hani'ah hani'ah}, title = {ANALISIS ZONA KERAWANAN LONGSOR PADA JALUR KERETA API SEMARANG-PEKALONGAN (Studi Kasus: Stasiun Semarang Tawang – Stasiun Pekalongan)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {6}, number = {3}, year = {2017}, keywords = {Jalur Rel Kereta Api, Natural Break (Jenk), Overlay, Tanah Longsor}, abstract = { ABSTRAK Secara geografis jalur kereta api Semarang-Pekalongan terletak berbatasan dengan laut Jawa bagian utara, serta kondisi topografis wilayahnya yang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan pesisir pantai. Hal tersebut menunjukkan adanya kemiringan dan tonjolan, dengan adanya perbedaan topografi tersebut mengakibatkan batuan pembentuk kulit bumi bagian atas menjadi lapuk, serta tanah yang lapuk dan banyak mengandung air menjadi labil dan mudah bergeser secara gravitasi. Daerah dengan topografi lebih tinggi berusaha mencari keseimbangan baru menuju daerah dengan topografi yang relatif lebih rendah, sehingga gerakan kulit bumi bagian atas dikenal sebagai gerakan tanah, oleh masyarakat disebut sebagai tanah longsor. Selain karena topografisnya, faktor kereta api dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan permukaan tanah yang ada dibawahnya atau disekitarnya mengalami getaran terutama pada kawasan yang memiliki kecuraman dan curah hujang yang tingggi, hal tersebut dapat menyebabkan tanah longsor. Identifikasi zona kerawanan longsor pada penelitian ini melibatkan empat parameter yaitu peta geologi, peta curah hujan, peta kelerengan dan peta tutupan lahan. Semua parameter tersebut digabungkan dengan metode tumpang tindih ( overlay ) sehingga didapatkan peta zona kerawanan longsor yang kemudian di tampalkan dengan peta jalur kereta api Semarang-Pekalongan yang didalamnya sudah dibagi setiap segmen yaitu 1km. Pertampalan tersebut menghasilkan peta zona kerawanan longsor pada jalur kereta api Semarang-Pekalongan yang dikelaskan menjadi tiga kelas yaitu kerawanan longsor rendah, kerawanan longsor sedang dan kerawanan longsor tinggi. Metode yang digunakan dalam pengkelasan yaitu Natural Break (Jenk) . Interval hasil klasifikasi tersebut yaitu kerawanan longsor rendah 0,5-1,2, kerawanan longsor sedang >1,2-1,9, dan kerawanan longsor tinggi >1,9-2,9. Zona kerawanan longsor pada jalur kereta api Semarang-Pekalongan memberikan hasil luasan kelas kerawanan rendah sebesar 168,867 Ha, kerawanan longsor sedang 644,906 Ha, dan kerawanan longsor tinggi 84,413 Ha. Kemudian, kelas kerawanan pada setiap segmen 1km yang mempunyai kelas kerawanan rendah sejumlah 20 segmen, kelas kerawanan sedang sejumlah 57 segmen dan kerawanan tinggi mempunyai 12 segmen. Presentase dari jumlah setiap segmen yaitu kerawanan rendah 22%, kerawanan sedang 64% dan kerawanan tinggi 14%. Kata kunci : Jalur Rel Kereta Api, Natural Break (Jenk), Overlay , Tanah Longsor ABSTRACT Geographically Semarang-pekalongan railway is borderly located with the north java sea, and its topographic territory which is an area composed of hills, lowlands and coasts. This shows the existence of slopes and bulges, with the topographic difference, this results rock that form the upper surface of the earth become weathered, and weathered land containing plenty of water become unstable and prone to shift gravitationally. Areas with higher topographic attempt to find a new balance towards areas with lower topographic, therefor the upper skin of the earth movement is known as land movement, and people know this as landslide. Apart from its topographic, the train factor with high speed causes the surface of land below or around it to experience vibrations especially areas that have stepness and high rainfall, this causes landslide to occur. Identifiying vulnerable landslide areas in this research involves four parameters based on catalog of drafting methodologies geo hazard book with GIS which is geological map, rainfall map, slope map, and land cover map. All these parameters are combined with an overlay method so a map on landslide vulnerabality is obtained which is then patched with the Semarang-pekalongan railway map that is classsed into 3 class that are low landslide vulnerablity, mid landslide vulnarablity, and high landslide vulnerabality. The method used in classifiying is Natural Break (Jenk). The result of interval classification is low landslide vulnerablity 0.5-1.2, mid landslide vulnarablity >1,2-1,9, high landslide vulnerabality >1,9-2,9. Landslide vulnerbality zone on Semarang-pekalongan railway present area results of low vulnerablity class as big as 168,867 Ha, mid vulnerability 644,906 Ha, and high vulnerablity 84,413 Ha. Then, class of vulnerability every segment of 1km have low vulnerability 20 segment, class mid vulnerability have 57 segment and class of high vulnerability have 12 segment. Percent from every result of segment low vulnerability is 22%, mid vulnerability 64% and high vulnerability 14%. Key Words : Landslide , Overlay, Natural Break (Jenk), and Railway. }, issn = {2809-9672}, pages = {87--96} doi = {10.14710/jgundip.2017.17194}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/17194} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Secara geografis jalur kereta api Semarang-Pekalongan terletak berbatasan dengan laut Jawa bagian utara, serta kondisi topografis wilayahnya yang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan pesisir pantai. Hal tersebut menunjukkan adanya kemiringan dan tonjolan, dengan adanya perbedaan topografi tersebut mengakibatkan batuan pembentuk kulit bumi bagian atas menjadi lapuk, serta tanah yang lapuk dan banyak mengandung air menjadi labil dan mudah bergeser secara gravitasi. Daerah dengan topografi lebih tinggi berusaha mencari keseimbangan baru menuju daerah dengan topografi yang relatif lebih rendah, sehingga gerakan kulit bumi bagian atas dikenal sebagai gerakan tanah, oleh masyarakat disebut sebagai tanah longsor. Selain karena topografisnya, faktor kereta api dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan permukaan tanah yang ada dibawahnya atau disekitarnya mengalami getaran terutama pada kawasan yang memiliki kecuraman dan curah hujang yang tingggi, hal tersebut dapat menyebabkan tanah longsor.
Identifikasi zona kerawanan longsor pada penelitian ini melibatkan empat parameter yaitu peta geologi, peta curah hujan, peta kelerengan dan peta tutupan lahan. Semua parameter tersebut digabungkan dengan metode tumpang tindih (overlay) sehingga didapatkan peta zona kerawanan longsor yang kemudian di tampalkan dengan peta jalur kereta api Semarang-Pekalongan yang didalamnya sudah dibagi setiap segmen yaitu 1km. Pertampalan tersebut menghasilkan peta zona kerawanan longsor pada jalur kereta api Semarang-Pekalongan yang dikelaskan menjadi tiga kelas yaitu kerawanan longsor rendah, kerawanan longsor sedang dan kerawanan longsor tinggi. Metode yang digunakan dalam pengkelasan yaitu Natural Break (Jenk).
Interval hasil klasifikasi tersebut yaitu kerawanan longsor rendah 0,5-1,2, kerawanan longsor sedang >1,2-1,9, dan kerawanan longsor tinggi >1,9-2,9. Zona kerawanan longsor pada jalur kereta api Semarang-Pekalongan memberikan hasil luasan kelas kerawanan rendah sebesar 168,867 Ha, kerawanan longsor sedang 644,906 Ha, dan kerawanan longsor tinggi 84,413 Ha. Kemudian, kelas kerawanan pada setiap segmen 1km yang mempunyai kelas kerawanan rendah sejumlah 20 segmen, kelas kerawanan sedang sejumlah 57 segmen dan kerawanan tinggi mempunyai 12 segmen. Presentase dari jumlah setiap segmen yaitu kerawanan rendah 22%, kerawanan sedang 64% dan kerawanan tinggi 14%.
Kata kunci : Jalur Rel Kereta Api, Natural Break (Jenk), Overlay, Tanah Longsor
ABSTRACT
Geographically Semarang-pekalongan railway is borderly located with the north java sea, and its topographic territory which is an area composed of hills, lowlands and coasts. This shows the existence of slopes and bulges, with the topographic difference, this results rock that form the upper surface of the earth become weathered, and weathered land containing plenty of water become unstable and prone to shift gravitationally. Areas with higher topographic attempt to find a new balance towards areas with lower topographic, therefor the upper skin of the earth movement is known as land movement, and people know this as landslide. Apart from its topographic, the train factor with high speed causes the surface of land below or around it to experience vibrations especially areas that have stepness and high rainfall, this causes landslide to occur.
Identifiying vulnerable landslide areas in this research involves four parameters based on catalog of drafting methodologies geo hazard book with GIS which is geological map, rainfall map, slope map, and land cover map. All these parameters are combined with an overlay method so a map on landslide vulnerabality is obtained which is then patched with the Semarang-pekalongan railway map that is classsed into 3 class that are low landslide vulnerablity, mid landslide vulnarablity, and high landslide vulnerabality. The method used in classifiying is Natural Break (Jenk).
The result of interval classification is low landslide vulnerablity 0.5-1.2, mid landslide vulnarablity >1,2-1,9, high landslide vulnerabality >1,9-2,9. Landslide vulnerbality zone on Semarang-pekalongan railway present area results of low vulnerablity class as big as 168,867 Ha, mid vulnerability 644,906 Ha, and high vulnerablity 84,413 Ha. Then, class of vulnerability every segment of 1km have low vulnerability 20 segment, class mid vulnerability have 57 segment and class of high vulnerability have 12 segment. Percent from every result of segment low vulnerability is 22%, mid vulnerability 64% and high vulnerability 14%.
Key Words : Landslide, Overlay, Natural Break (Jenk), and Railway.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro