Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip17193, author = {Zainab Ramadhanis and Yudo Prasetyo and Bambang Yuwono}, title = {ANALISIS KORELASI SPASIAL DAMPAK PENURUNAN MUKA TANAH TERHADAP BANJIR DI JAKARTA UTARA}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {6}, number = {3}, year = {2017}, keywords = {Banjir, DInSAR, Korelasi, Pembobotan, Penurunan Muka Tanah}, abstract = { ABSTRAK Meningkatnya jumlah penduduk di Jakarta Utara memaksa pemerintah untuk menambah lahan melalui reklamasi. Reklamasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan permukiman dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi Pemerintah Daerah. Banyaknya gedung-gedung pencakar langit, pengambilan air tanah secara terus menerus dan jenis tanah Jakarta yang sebagian besar adalah alluvial menjadi beberapa faktor penyebab penurunan muka tanah, dikutip dari Kompas (2016) laju penurunan muka tanah di Jakarta meningkat dari 5-6 cm menjadi 10-11 cm per tahun. Penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta menyebabkan berbagai macam masalah yang serius, salah satunya adalah banjir Dalam penelitian ini menggunakan Citra Sentinel-1A pada tahun 2015 dan 2016 untuk mengetahui penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta Utara dengan menggunakan metode DInSAR. Kemudian, untuk mengetahui zona ancaman banjir di Jakarta Utara, menggunakan metode pembobotan yang mengacu pada pada Katalog Metodologi Penyusunan Peta Geo Hazard Berbasis GIS karya Endro Santoso dari Badan Meterologi dan Geofisika dengan parameter berupa curah hujan, ketinggian, zona banjir dan tata guna lahan. Hasil dari metode DInSAR, penurunan muka tanah terjadi di empat dari enam kecamatan dengan besar -0,18 cm/tahun sampai dengan -2,45 cm/tahun dimana 61% penurunan muka tanah terjadi pada kawasan terbangun, 25% terjadi di kawasan tidak terbangun dan 14% terjadi kawasan sekitar perairan. Kemudian, hasil dari metode pembobotan adalah 82% dari wilayah Jakarta Utara merupakan zona banjir ancaman tinggi, 15% merupakan zona banjir ancaman sedang dan 3% merupakan zona banjir ancaman rendah. 81% zona ancaman banjir terdiri dari kawasan terbangun, 12% terdiri dari kawasan tidak terbangun dan 7% terdiri dari kawasan perairan. Selanjutnya, korelasi penurunan muka tanah terhadap banjir dibagi menjadi tiga tingkat kesesuaian, yaitu tinggi sebesar 74%, sedang sebesar 22% dan rendah sebesar 4%. 77% wilayah yang terdeteksi adanya korelasi penurunan muka tanah terhadap banjir merupakan kawasan terbangun, 17% merupakan kawasan tidak terbangun dan 6% merupakan kawasan perairan. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penurunan muka tanah dan zona ancaman banjir di Jakarta Utara. Hal ini, dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk perencanaan tata kota yang lebih baik. Kata Kunci : Banjir, DInSAR, Korelasi, Pembobotan, Penurunan Muka Tanah ABSTRACT The population growth in North Jakarta forces the Government to enhance the land by reclamation. Reclamation was done to fulfill the settlement needs and to increase the economic revenues of Local Government, so that a lot of skyscrapers were built. A lot of skyscrapers, taking groundwater continuously and geological structure of Jakarta which most of it is alluvial become the factors cause land subsidence. Quoted from Kompas (2016), land subsidence rate in Jakarta is increasing from 5-6 cm to 10-11 cm a year. Land subsidence causes some serious problems, one of them is flood. This research used Sentinel-1A image in 2015 and 2016 to know the land subsidence rate in North Jakarta by using DInSAR method. Then, in order to know the flood threat zone in North Jakarta, used scoring method which referred to the Catalogue of Geo Hazard Map Methodology Based on GIS by Endro Santoso from Indonesian Agency for Meteorological, Climatological and Geophysics with parameters of rainfall, topographic height, flood zone and land use. The result of DInSAR method, prove that land subsidence occurred in four of out six sub-districts with the rate of to -0,18 cm/year to -2,5 cm/year which 61% of the land subsidence occurred in a well-built area, 25% occurred in a non-built area and 14% occurred at around the waters area. The result of scoring method is 82% of North Jakarta area is high the flood threat zone, 15% is medium the flood threat zone and 3% is low the flood threat zone. 81% of the flood threat zone consist of the built area, 12% consist of non the built area and 7% consist of the waters area. Then, the correlation land subsidence to flood is divided into three levels, 74% for high correlation, 22% for medium correlation and 4% for low correlation. 77% of area which detected to have the correlation land subsidence to flood is well-built area, 17% is non-built area and 6% is waters area. Hopefully, this research can provide information about land subsidence and flood threat zone in North Jakarta. So that, it can be used for better urban planning. Keywords: Correlation, DInSAR, Flood, Land Subsidence, Scoring }, issn = {2809-9672}, pages = {77--86} doi = {10.14710/jgundip.2017.17193}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/17193} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Meningkatnya jumlah penduduk di Jakarta Utara memaksa pemerintah untuk menambah lahan melalui reklamasi. Reklamasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan permukiman dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi Pemerintah Daerah. Banyaknya gedung-gedung pencakar langit, pengambilan air tanah secara terus menerus dan jenis tanah Jakarta yang sebagian besar adalah alluvial menjadi beberapa faktor penyebab penurunan muka tanah, dikutip dari Kompas (2016) laju penurunan muka tanah di Jakarta meningkat dari 5-6 cm menjadi 10-11 cm per tahun. Penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta menyebabkan berbagai macam masalah yang serius, salah satunya adalah banjir
Dalam penelitian ini menggunakan Citra Sentinel-1A pada tahun 2015 dan 2016 untuk mengetahui penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta Utara dengan menggunakan metode DInSAR. Kemudian, untuk mengetahui zona ancaman banjir di Jakarta Utara, menggunakan metode pembobotan yang mengacu pada pada Katalog Metodologi Penyusunan Peta Geo Hazard Berbasis GIS karya Endro Santoso dari Badan Meterologi dan Geofisika dengan parameter berupa curah hujan, ketinggian, zona banjir dan tata guna lahan.
Hasil dari metode DInSAR, penurunan muka tanah terjadi di empat dari enam kecamatan dengan besar -0,18 cm/tahun sampai dengan -2,45 cm/tahun dimana 61% penurunan muka tanah terjadi pada kawasan terbangun, 25% terjadi di kawasan tidak terbangun dan 14% terjadi kawasan sekitar perairan. Kemudian, hasil dari metode pembobotan adalah 82% dari wilayah Jakarta Utara merupakan zona banjir ancaman tinggi, 15% merupakan zona banjir ancaman sedang dan 3% merupakan zona banjir ancaman rendah. 81% zona ancaman banjir terdiri dari kawasan terbangun, 12% terdiri dari kawasan tidak terbangun dan 7% terdiri dari kawasan perairan. Selanjutnya, korelasi penurunan muka tanah terhadap banjir dibagi menjadi tiga tingkat kesesuaian, yaitu tinggi sebesar 74%, sedang sebesar 22% dan rendah sebesar 4%. 77% wilayah yang terdeteksi adanya korelasi penurunan muka tanah terhadap banjir merupakan kawasan terbangun, 17% merupakan kawasan tidak terbangun dan 6% merupakan kawasan perairan.
Harapannya, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penurunan muka tanah dan zona ancaman banjir di Jakarta Utara. Hal ini, dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk perencanaan tata kota yang lebih baik.
Kata Kunci : Banjir, DInSAR, Korelasi, Pembobotan, Penurunan Muka Tanah
ABSTRACT
Keywords: Correlation, DInSAR, Flood, Land Subsidence, Scoring
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro