BibTex Citation Data :
@article{dmj21190, author = {Vivin Aprilia and Sigit Bhima and Akhmad Ismail}, title = {PENGARUH PEMBERIAN BUTYLATED HYDROXYTOLUENE (2,6-DI-TERT-BUTYL-4-METHYLPHENOL) PER ORAL DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS GINJAL}, journal = {Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal)}, volume = {7}, number = {2}, year = {2018}, keywords = {Butylated Hydroxytoluene (BHT), ginjal, degenerasi, nekrosis, tikus wistar}, abstract = { Latar Belakang: Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan zat kimia berupa molekul bio-aktif lipofilik dan turunan fenol digunakan sebagai antioksidan di dalam makanan kemasan, tetapi efeknya terhadap kesehatan masih belum jelas. Penelitian in-vitro sebelumnya menunjukkan bahwa BHT dapat menyebabkan toksisitas terutama terhadap hepar. Selain itu, diperkirakan efek toksisitas juga dapat terjadi pada berbagai organ lain, salah satunya terjadi pada ginjal. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian Butylated Hydroxytoluene per oral dosis bertingkat terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus Wistar. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 20 ekor tikus wistar jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 tikus. Kelompok kontrol hanya diberi pakan standar, Kelompok P1 perlakuan 300mg/kgBB, P2 perlakuan 600 mg/kgBB dan P3 perlakuan 1.200 mg/kgBB. Setelah hari ketiga, tikus wistar pada kelompok P3 semuanya mati, sehingga sampel pada kelompok lain dilakukan terminasi. Kemudian ginjal diambil, difiksasi dengan buffer formalin, preparat diproses, kemudian setiap preparat diamati pada 5 lapang pandang yaitu keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan perbesaran 100x dan 400x. Dinilai derajat kerusakan ginjal: normal, ringan (dilatasi tubulus), sedang (degenerasi albuminosa), dan berat (nekrosis sel tubulus). Hasil: Gambaran histopatologis kelompok kontrol menunjukkan gambaran normal, P1 menunjukkan gambaran ringan, P2 gambaran sedang, dan P3 gambaran berat. Rerata degenerasi sel ginjal semakin meningkat dari kontrol sampai P3, dengan rerata tertinggi terdapat pada kelompok P3. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,002), dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan bermakna antara kontrol dengan P1 (p=0,005), kontrol dengan P2 (p=0,004), kontrol dengan P3 (p=0,004), dan P2 dengan P3 (0,015), dan perbedaan yang tidak bermakna pada P1 dengan P2 (p=0,905) dan P1 dengan P3 (p=0,054). Simpulan: Pemberian Butylated Hydroxytoluene (BHT) dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar dengan derajat yang berbeda. }, issn = {2540-8844}, pages = {1154--1165} doi = {10.14710/dmj.v7i2.21190}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/21190} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang: Butylated Hydroxytoluene (BHT) merupakan zat kimia berupa molekul bio-aktif lipofilik dan turunan fenol digunakan sebagai antioksidan di dalam makanan kemasan, tetapi efeknya terhadap kesehatan masih belum jelas. Penelitian in-vitro sebelumnya menunjukkan bahwa BHT dapat menyebabkan toksisitas terutama terhadap hepar. Selain itu, diperkirakan efek toksisitas juga dapat terjadi pada berbagai organ lain, salah satunya terjadi pada ginjal.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian Butylated Hydroxytoluene per oral dosis bertingkat terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus Wistar.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 20 ekor tikus wistar jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 tikus. Kelompok kontrol hanya diberi pakan standar, Kelompok P1 perlakuan 300mg/kgBB, P2 perlakuan 600 mg/kgBB dan P3 perlakuan 1.200 mg/kgBB. Setelah hari ketiga, tikus wistar pada kelompok P3 semuanya mati, sehingga sampel pada kelompok lain dilakukan terminasi. Kemudian ginjal diambil, difiksasi dengan buffer formalin, preparat diproses, kemudian setiap preparat diamati pada 5 lapang pandang yaitu keempat sudut dan bagian tengah preparat dengan perbesaran 100x dan 400x. Dinilai derajat kerusakan ginjal: normal, ringan (dilatasi tubulus), sedang (degenerasi albuminosa), dan berat (nekrosis sel tubulus).
Hasil: Gambaran histopatologis kelompok kontrol menunjukkan gambaran normal, P1 menunjukkan gambaran ringan, P2 gambaran sedang, dan P3 gambaran berat. Rerata degenerasi sel ginjal semakin meningkat dari kontrol sampai P3, dengan rerata tertinggi terdapat pada kelompok P3. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,002), dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan bermakna antara kontrol dengan P1 (p=0,005), kontrol dengan P2 (p=0,004), kontrol dengan P3 (p=0,004), dan P2 dengan P3 (0,015), dan perbedaan yang tidak bermakna pada P1 dengan P2 (p=0,905) dan P1 dengan P3 (p=0,054).
Simpulan: Pemberian Butylated Hydroxytoluene (BHT) dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar dengan derajat yang berbeda.
Article Metrics:
Last update:
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/ is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.