BibTex Citation Data :
@article{dmj18594, author = {Luthfi Faishal and Astika Utomo and Dwi Retnoningrum}, title = {PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANI) TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR STAPHYLOCOCCUS AUREUS}, journal = {Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal)}, volume = {6}, number = {2}, year = {2017}, keywords = {ekstrak kulit batang Cinnamomum burmanii, aktivitas fagositosis, kapasitas fagositosis, imunostimulan}, abstract = { Latar belakang Cinnamomum burmanii merupakan tanaman yang diketahui memililki berbagai potensi termasuk sebagai imunostimulan. Namun, beberapa penelitian masih menunjukkan hasil yang kontradiktif. Fagositosis merupakan mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi. Aktivitas dan kapasitas fagositosis dapat menunjukkan kemampuan sistem imun tubuh dalam menghadapi infeksi. Tujuan Membuktikan aktivitas dan kapasitas fagositosis pada tikus wistar jantan yang diinduksi Staphylococcus aureus dengan pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design . Sejumlah 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif (K1) diberi diet standar, kelompok kontrol positif (K2) diberi diet standar dan obat imunostimulan (levamisol), kelompok perlakuan 1 (P1) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 100 mg/kgBB, kelompok perlakuan 2 (P2) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 200 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan 3 (P3) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 400 mg/kgBB selama 7 hari. Pada hari ke-8, dilakukan injeksi suspensi S. aureus 10 8 secara intraperitoneal sebanyak 0,2 mL/tikus. Hari ke-9 dilakukan terminasi menggunakan overdosis ether lalu dilakukan pembedahan dan pengambilan cairan intraperitoneal. Cairan intraperitoneal dibuat preparat apus menggunakan pengecatan Giemsa. Preparat dibaca dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dan menggunakan minyak emersi untuk dihitung aktivitas dan kapasitas fagositosis. Hasil Aktivitas dan kapasitas fagositosis tertinggi didapat pada pemberian dosis 100 mg/kgBB. Kelompok P1 dan P2 pada kedua variabel menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok K1 dan P3. Antar P1, P2, dan K2 menunjukkan perbedaan tetapi tidak bermakna dengan nilai P1>P2>K2. Kesimpulan Terdapat peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis yang bermakna pada pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii 100 dan 200 mg/kgBB. Kesimpulan, ekstrak kulit batang C. burmanii memiliki potensi sebagai imunostimulan. }, issn = {2540-8844}, pages = {772--781} doi = {10.14710/dmj.v6i2.18594}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/18594} }
Refworks Citation Data :
Latar belakangCinnamomum burmanii merupakan tanaman yang diketahui memililki berbagai potensi termasuk sebagai imunostimulan. Namun, beberapa penelitian masih menunjukkan hasil yang kontradiktif. Fagositosis merupakan mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi. Aktivitas dan kapasitas fagositosis dapat menunjukkan kemampuan sistem imun tubuh dalam menghadapi infeksi.
TujuanMembuktikan aktivitas dan kapasitas fagositosis pada tikus wistar jantan yang diinduksi Staphylococcus aureus dengan pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii.
MetodePenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design. Sejumlah 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif (K1) diberi diet standar, kelompok kontrol positif (K2) diberi diet standar dan obat imunostimulan (levamisol), kelompok perlakuan 1 (P1) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 100 mg/kgBB, kelompok perlakuan 2 (P2) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 200 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan 3 (P3) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 400 mg/kgBB selama 7 hari. Pada hari ke-8, dilakukan injeksi suspensi S. aureus 108 secara intraperitoneal sebanyak 0,2 mL/tikus. Hari ke-9 dilakukan terminasi menggunakan overdosis ether lalu dilakukan pembedahan dan pengambilan cairan intraperitoneal. Cairan intraperitoneal dibuat preparat apus menggunakan pengecatan Giemsa. Preparat dibaca dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dan menggunakan minyak emersi untuk dihitung aktivitas dan kapasitas fagositosis.
HasilAktivitas dan kapasitas fagositosis tertinggi didapat pada pemberian dosis 100 mg/kgBB. Kelompok P1 dan P2 pada kedua variabel menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok K1 dan P3. Antar P1, P2, dan K2 menunjukkan perbedaan tetapi tidak bermakna dengan nilai P1>P2>K2.
KesimpulanTerdapat peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis yang bermakna pada pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii 100 dan 200 mg/kgBB. Kesimpulan, ekstrak kulit batang C. burmanii memiliki potensi sebagai imunostimulan.
Article Metrics:
Last update:
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/ is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.