skip to main content

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Ikan Dan Ekowisata Mangrove Di Muara Angke, Jakarta

1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik,, Indonesia

2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 15 Oct 2018.
Open Access Copyright (c) 2018 Management of Aquatic Resources Journal under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Muara Angke merupakan satu – satunya kawasan yang masih memiliki ekosistem mangrove di daerah pesisir Jakarta. Luas Muara Angke kurang lebih 964,98 ha dibagi menjadi tiga zona. Dua diantaranya berkontribusi pada sektor Perikanan dan Ekowisata, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWAAK). Kurangnya pemahaman umum tentang manfaat ekonomi ekosistem mangrove  menyebabkan masyarakat mengeksploitasi secara berlebihan sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai ekonomi yang dihasilkan ekosistem mangrove berdasarkan dua aspek yaitu Perikanan Tangkap dan Ekowisata. Data Perikanan Tangkap menggunakan data sekunder dari Pengelola PPI Muara Angke tahun 2016 – 2017. Data sosial ekonomi diperoleh menggunakan  wawancara dengan bantuan kuesioner. Data biaya perjalanan rata – rata diperoleh dengan wawancara pengunjung TWAAK. Analisis Valuasi Ekonomi Perikanan Tangkap menggunakan Market Price Method. Analisis Valuasi Ekonomi Ekowisata Mangrove menggunakan Travel Cost Method. Metode penentuan 100 responden nelayan tangkap menggunakan Random Sampling sedangkan penentuan 100 responden pengunjung TWAAK menggunakan Accidental Sampling. Hasil penelitian didapatkan nilai ekonomi pada aspek perikanan tahun 2016 Rp. 13.148.945.100, tahun 2017 Rp.21.087.388.300 dan tahun 2018 Rp. 370.313.869.500. Hasil penelitian didapatkan nilai ekonomi ekowisata tahun 2018 Rp.40.28.400.000

 

Muara Angke is the only area that still has mangrove ecosystems in the coastal areas of Jakarta. Muara Angke area is approximately 964.98 ha divided into three zones. Two of them contribute to the Fisheries and Ecotourism sector, namely Fish Landing Base (PPI) and Angke Kapuk Nature Park (TWAAK). Lack of general understanding of the economic benefits of mangrove ecosystems causes people to over-exploit so that land use changes occur. The purpose of this study was to determine the economic value generated by mangrove ecosystems based on two aspects, namely Capture Fisheries and Ecotourism. Capture Fisheries Data uses secondary data from Muara Angke PPI Manager in 2016 - 2017. Socio-economic data were obtained using interview with Muara Angke fishermen with questionnaire assistance. Average travel cost data is obtained by interviewing TWAAK visitors. Capture Fisheries Economic Valuation Analysis using Market Price Method. Economic Valuation Analysis of Ecotourism Mangroves use the Travel Cost Method. The method of determining 100 respondents of capture fishermen uses Random Sampling while the determination of 100 respondents of TWAAK visitors uses Accidental Sampling. The results of the study obtained economic value in aspects of fisheries in 2016 Rp. 13,148,945,100, in 2017 Rp.21,087,388,300 and in 2018 Rp. 370,313,869,500. The results of the study obtained the economic value of ecotourism in 2018 Rp. 40.28.400.000

Fulltext View|Download
Keywords: Muara Angke; Valuasi Ekonomi; Perikanan Tangkap; Ekowisata Mangrove

Article Metrics:

  1. Adeyeme, A. S.J. Dukku, M.J. Gambo dan Kalu J.U. 2012. The Market Price Method and Economic Valuation of Biodiversity in Bauchi State, Nigeria. International Journal of Economic Development Research and Investment. 3 (3)
  2. Bowo, K.A, A.Hoyyi dan M.A.Mukid. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Dan Kepuasan Konsumen Pada Notebook Merek Acer.Jurnal Gaussian. 2 (1) : 29 – 38
  3. Badan Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta. 2011
  4. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunana Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka : Jakarta
  5. Effendi, A , S.Bakri dan Rusita. 2015. Nilai Ekonomi Jasa Wisata Pulau Tangkil Provinsi Lampung Dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan. Jurnal Slyva Lestari. 3(3) : 71 - 84
  6. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jendral Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. 2017
  7. Salma, I.A dan Indah Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost. Jurnal Dinamika Pembangunan. 1(2) : 153 - 165
  8. Sandi, I.M. 1999. Hutan Mangrove dan Wilayahnya Di Indonesia.Direktorat Jendral Agraria Departemen Dalam Negeri. Jakarta
  9. Sawitri, R, M.Bismark dan Endang Karlina. 2013. Ekosistem Mangrove Sebagai Obyek Wisata Alam Di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Di Kota Tarakan (Ecosystem Mangrove as an Ecotourism in Conservation Area for Mangrove and Proboscis Monkey at Tarakan City)
  10. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung
  11. Suzana, B.O.L, J. Timban, R. Kaunang dan F. Ahmad. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal ASE. 7 (2) : 29 - 38
  12. Tambunan, E, S. Latifah dan Pindi Patana. 2013. Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Pemandian Air Panas di Kelurahan Siogung – ogung, Kecamatan Pangururan) The Analisis of Economic Value of Ecotourism Object in Samosir Regency, North Sumatera Province (The Case Study of Hot Spring at, Siogung-ogung Village, Pangururan District)
  13. Widiastuti, L. 2017. Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Waduk Sempor Kabupaten Kebumen. Skripsi
  14. Wirutalingga,T.D. 1993. Ekonomi Perikanan.Fakulta Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang
  15. Zen, L.W dan Fitria Ulfah. 2015. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Pulau Dompak Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Dinamika Maritim. 4 (1) : 45 - 52

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.