skip to main content

PENGARUH KERAPATAN LAMUN Thalassia hemprichii TERHADAP KELIMPAHAN BAKTERI HETEROTROF DI PANTAI PRAWEAN, JEPARA

1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik,, Indonesia

2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 15 Oct 2018.
Open Access Copyright (c) 2018 Management of Aquatic Resources Journal under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kompleksitas dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Padang lamun merupakan hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu kawasan pesisir. Selain memiliki fungsi ekonomi, lamun juga memiliki fungsi ekologis yakni berperan penting sebagai pendaur zat hara oleh mikroorganime yaitu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan lamun, kelimpahan bakteri heterotrof yang berasosiasi dengan lamun serta pengaruh kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof di Pantai Prawean, Jepara. Metode yang digunakan yakni deskriptif eksplanatif dengan pengambilan sampel secara purposive dan dianalisis dengan IBM SPSS Statistic 22. Jenis lamun yang ditemukan di Pantai Prawean ada 5 (lima): Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis dan Halodule pinifolia. Kerapatan tertinggi didapat dari jenis Thalassia hemprichii sebesar 78 Ind/m2 dan terendah adalah Enhalus acoroides 10 Ind/m2 dan kelimpahan bakteri heterotrof tertinggi diperoleh dari tingkat kerapatan rapat di stasiun 3 yakni 29,4x108 Upk/ml dan kelimpahan terendah diperoleh dari tingkat kerapatan jarang di stasiun 2 yakni 3,3x108 Upk/ml. Korelasi antara kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof tinggi atau kuat yakni 0,896 dan korelasi ini dinyatakan sangat signifikan terbukti nilai sig. 0,001 dengan tingkat kesalahan 0,1%. Artinya bertambahnya kerapatan lamun dapat meningkatkan pula kelimpahan bakteri heterotrof.

 

Seagrass ecosystem is one ecosytems that has high complexity and biodiversity. Seagrass beds are a stretch of seagrass vegetation that covers a coastal area. Beside its economic function, seagrass also have ecological function that play an important role of nutrient cycle for microorganism its bacteria. This study aims to determine the density of seagrass, the abundance of heterothropic bacteria and influence of seagrass density with abundance of heterotrophic bacteria at Prawean beach, Jepara. The method used in this study is descriptive explanative with purposive sampling and the data analyzed by IBM SPSS Statistic 22. There are 5 (five) species of seagrass that can be found in Prawean beach: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis and Halodule pinifolia. The highest density obtained from Thalassia hemprichii species is 78 sprouts of seagrass/m2 and the lowest density obtained from Enhalus acoroides is 10 obtained from seagrass density at station 3 its value 29,4x108Cfu/ml and the lowest abundance of heterotrophic bacteria was obtained from rare seagrass at station 2 its value 3,3x108Cfu/ml.  The corelation between seagrass density with abundance heterotrophic bacteria is high or strong that has value 0,846 and this correlation is very significantly proven has sig value 0,001 with error rate 0,1%, it can be conclude that increase of seagrass density can also increase the abundance of heterotrophic bacteria.

 

 

Fulltext View|Download
Keywords: Ekosistem lamun; Bakteri Heterotrof; Pantai Prawean; Jepara

Article Metrics:

  1. Aminulloh, F. 2011. Analisis Bahan Organik dan Nitrogen Total pada Sistem Budidaya Ikan pada Skala Laboratorium. Bogor: Program Keahlian Analisis Kimia IPB
  2. Ariyanti, V.N., Supriharyono, dan N. Widyorini. 2016. Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kelimpahan Bakteri Heterotrof di Perairan Pantai Kartini Kabupaten Jepara. Journal of Maquares. 5(4): 142-149
  3. Brauns-Blanquet, J. 1965. Plant Sociology: The Study of Plant Communities, (Trans rev and ed by C.D. Fuller and H.S. Conard). Harner, London
  4. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  5. Febriyantoro, I. Riniatsih, dan H. Endrawati. 2013. Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun (Enhalus acoroides) di Kawasan Padang Lamun Perairan Prawean, Bandengan Jepara. Jurnal Penelitian Kelautan. 1(1): 1-10
  6. Finishia, T., I. Riniatsih, dan H.Endrawati. 2014. Struktur Komunitas Polychaeta pada Ekosistem Padang Lamun Alami dan Buatan di Perairan Pantai Prawean Bandengan, Jepara. Journal of Marine Research. 3(4): 483-491
  7. Hafsan., E. Sukmawati dan M. Masri. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar
  8. Hidayah, G., S.Y.Wulandari dan M. Zainuri. 2016. Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo Kecamatan Batangan, Pati. Buletin Oseanografi Marina. 5(1): 52-59
  9. Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta
  10. Notowinarto dan F. Agustina. 2015. Populasi Bakteri Heterotrof di Perairan Pulau Bulang Batam. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 1(3): 334-342
  11. Prita, A.W., I. Riniatsih dan R. Ario. 2014. Struktur Komunitas Fitoplankton pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pantai Prawean Bandengan, Jepara. Journal of Marine Research. 3(3): 380-387
  12. Suryanti, C. A’in, Tishmawati, C.N. 2014. Hubungan Keerapatan Lamun (Seagrass) dengan Kelimpahan Sygnathidae di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Diponegoro Journal of Maquares. 3(4): 147-153

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.