1Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
2Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
3Depertemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JNC48167, author = {Evi Widiyanti and Martha Kartasurya and Muchlis Udji Sofro}, title = {FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BADUTA DI WILAYAH INDONESIA TIMUR: A SCOPING REVIEW}, journal = {Journal of Nutrition College}, volume = {14}, number = {3}, year = {2025}, keywords = {bayi usia dibawah 2 tahun; stunting; faktor risiko; indonesia timur}, abstract = { ABSTRACT Background: Stunting in toddlers is still a public health problem in many low- and middle-income countries, including Indonesia.. The eastern region of Indonesia still dominates the highest stunting cases in Indonesia. Based on Indonesian Health Survey (SKI) 2023 data, out of 38 provinces in Indonesia, the 4 provinces with the highest prevalence of stunting were Central Papua (39.4%), East Nusa Tenggara (37.9%), Mountainous Papua (37.3%), and Southwest Papua (31.0%). The eastern region of Indonesia mostly consists of island areas. Children under the age of two in island areas are at greater risk of experiencing stunting than children living in urban areas. Objectives: This study aimed to describe the risk factors for stunting in children under 2 years in the eastern region of Indonesia. Methods: A scoping review was done on studies which were found through these data bases: Google Scholar, Pubmed, and Science Direct, published from 2019 to 2024 in both Indonesian and English. The keywords used were \"Stunting\", \"Risk factors\", \"Toddlers\", \"Children under two years old,\" and \"Eastern Indonesia\". Results : In the last 5 years, there have been 16 articles discussing factors related to stunting in toddlers in East Indonesia with 14 variables identified as risk factors for stunting: non-exclusive breastfeeding, maternal employment status, lack of maternal knowledge, maternal age and low maternal education, child age 12-24 months and male gender, Low Birth Weight (LBW), History of infectious diseases such as diarrhea and upper respiratory tract infections (URTIs), lack of diversity in children's food, inadequate nutritional intake including protein, incomplete immunization, and residence in rural areas. Conclusion: The most dominant risk factors for stunting in toddlers are non-exclusive breastfeeding, maternal factors such as maternal employment status, lack of maternal knowledge, maternal age and low maternal education, and Low Birth Weight. ABSTRAK Latar belakang: Stunting pada balita masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Wilayah Indonesia Timur masih mendominasi kasus sunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia tahun 2023, Dari 38 provinsi di Indonesia, 4 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Papua Tengah (39,4%), Nusa Tenggara Timur (37,9%), Papua Pegunungan (37,3%), dan Papua Barat Daya (31,0%). Wilayah Indonesia Timur sebagian besar terdiri dari daerah kepulauan dimana Anak-anak di bawah usia dua tahun di daerah kepualauan lebih berisiko untuk mengalami stunting dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor risiko stunting pada baduta di wilayah Indonesia Timur. Metode: Melakukan scooping review terhadap artikel yang ditemukan melalui data base : Google Scholar, Pubmed, dan Science Direct, yang di publikasikan dari tahun 2019 hingga tahun 2024 yang berbahasa Indonesia menggunakan kata kunci “stunting’’, “faktor risiko”, “Baduta”, “Anak usia dibawah dua tahun”, “Indonesia Timur” dan terjemahan kata kunci tersebut dalam bahasa Inggris untuk mencari artikel dalam bahasa Inggris.. Hasil: Dalam 5 tahun terahir terdapat 16 artikel yang membahas terkait faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di Indonensia Timur dengan 10 variabel yang diidentifikasi sebagai faktor risiko stunting yaitu ASI tidak Eksklusif, MP-ASI dini, penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran atas (ISPA), tempat tinggal baduta di pedesaan, pendidikan Ibu, usia ibu, status bekerja ibu, keragaman makanan yang kurang, asupan energi dan protein yang tidak cukup dan imunisasi tidak lengkap. Kesimpulan: Faktor risiko kejadian stunting yang paling dominan adalah pemberian ASI tidak Eksklusif, faktor ibu seperti status bekerja ibu, pengetahuan ibu yang kurang, usia ibu dan Pendidikan ibu yang rendah dan Berat Badan Lahir Rendah . }, issn = {2622-884X}, pages = {244--257} doi = {10.14710/jnc.v14i3.48167}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/48167} }
Refworks Citation Data :
ABSTRACT
Background: Stunting in toddlers is still a public health problem in many low- and middle-income countries, including Indonesia.. The eastern region of Indonesia still dominates the highest stunting cases in Indonesia. Based on Indonesian Health Survey (SKI) 2023 data, out of 38 provinces in Indonesia, the 4 provinces with the highest prevalence of stunting were Central Papua (39.4%), East Nusa Tenggara (37.9%), Mountainous Papua (37.3%), and Southwest Papua (31.0%). The eastern region of Indonesia mostly consists of island areas. Children under the age of two in island areas are at greater risk of experiencing stunting than children living in urban areas.
Objectives: This study aimed to describe the risk factors for stunting in children under 2 years in the eastern region of Indonesia.
Methods: A scoping review was done on studies which were found through these data bases: Google Scholar, Pubmed, and Science Direct, published from 2019 to 2024 in both Indonesian and English. The keywords used were "Stunting", "Risk factors", "Toddlers", "Children under two years old," and "Eastern Indonesia".
Results: In the last 5 years, there have been 16 articles discussing factors related to stunting in toddlers in East Indonesia with 14 variables identified as risk factors for stunting: non-exclusive breastfeeding, maternal employment status, lack of maternal knowledge, maternal age and low maternal education, child age 12-24 months and male gender, Low Birth Weight (LBW), History of infectious diseases such as diarrhea and upper respiratory tract infections (URTIs), lack of diversity in children's food, inadequate nutritional intake including protein, incomplete immunization, and residence in rural areas.
Conclusion: The most dominant risk factors for stunting in toddlers are non-exclusive breastfeeding, maternal factors such as maternal employment status, lack of maternal knowledge, maternal age and low maternal education, and Low Birth Weight.
ABSTRAK
Latar belakang: Stunting pada balita masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Wilayah Indonesia Timur masih mendominasi kasus sunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia tahun 2023, Dari 38 provinsi di Indonesia, 4 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Papua Tengah (39,4%), Nusa Tenggara Timur (37,9%), Papua Pegunungan (37,3%), dan Papua Barat Daya (31,0%). Wilayah Indonesia Timur sebagian besar terdiri dari daerah kepulauan dimana Anak-anak di bawah usia dua tahun di daerah kepualauan lebih berisiko untuk mengalami stunting dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor risiko stunting pada baduta di wilayah Indonesia Timur.
Metode: Melakukan scooping review terhadap artikel yang ditemukan melalui data base : Google Scholar, Pubmed, dan Science Direct, yang di publikasikan dari tahun 2019 hingga tahun 2024 yang berbahasa Indonesia menggunakan kata kunci “stunting’’, “faktor risiko”, “Baduta”, “Anak usia dibawah dua tahun”, “Indonesia Timur” dan terjemahan kata kunci tersebut dalam bahasa Inggris untuk mencari artikel dalam bahasa Inggris..
Hasil: Dalam 5 tahun terahir terdapat 16 artikel yang membahas terkait faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta di Indonensia Timur dengan 10 variabel yang diidentifikasi sebagai faktor risiko stunting yaitu ASI tidak Eksklusif, MP-ASI dini, penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran atas (ISPA), tempat tinggal baduta di pedesaan, pendidikan Ibu, usia ibu, status bekerja ibu, keragaman makanan yang kurang, asupan energi dan protein yang tidak cukup dan imunisasi tidak lengkap.
Kesimpulan: Faktor risiko kejadian stunting yang paling dominan adalah pemberian ASI tidak Eksklusif, faktor ibu seperti status bekerja ibu, pengetahuan ibu yang kurang, usia ibu dan Pendidikan ibu yang rendah dan Berat Badan Lahir Rendah.
Article Metrics:
Last update:
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to Journal of Nutrition College and Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro as publisher of the journal.
Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms and any other similar reproductions, as well as translations. The reproduction of any part of this journal, its storage in databases and its transmission by any form or media, such as electronic, electrostatic and mechanical copies, photocopies, recordings, magnetic media, etc., will be allowed only with a written permission from Journal of Nutrition College.
Journal of Nutrition College, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, the Editors and the Advisory Editorial Board make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Journal of Nutrition College are sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
View My Stats