skip to main content

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RADAMATA

1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta, Indonesia

2Pusat Unggulan Inovasi Novakesmas, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta, Indonesia

Received: 22 Jun 2022; Published: 31 Aug 2023.

Citation Format:
Abstract

ABSTRAK

Latar Belakang: Stunting atau pendek masih menjadi masalah gizi di negara berkembang khususnya Indonesia. Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan menyumbang tingginya kasus tersebut.

Tujuan: untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan mikro dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Radamata, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus-kontrol (case-control) yang di lakukan dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 40 balita dan kelompok kontrol sebanyak 40 balita. Pengumpulan data meliputi asupan makan balita dengan pengisin kuesioner SQ-FFQ dan menghitung hasil asupan zat gizi mikro dan makro menggunakan program nutria survey kemudian hasil dirata-rata dan bandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Penelitian ini menggunakan uji chi-square

Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara stunting dengan asupan energi (p<0.05), asupan lemak (p<0,05) dengan nilai OR= 9.08 (95% CI=3.28-5.08) dan 3,56(95% CI 1,40 - 9,08). Balita memiliki risiko stunting 9.08 kali dan 3.56 kali lebih besar jika kekurangan asupan energi dan lemak.

Simpulan: Dalam upaya penanggulangan stunting, sangat penting untuk memonitor asupan zat gizi makro khususnya jumlah energi dan lemak.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Balita; Stunting; Zat gizi makro; Zat gizi mikro

Article Metrics:

  1. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Available from: http://www.yankes.Kemkes.go.id/assets/downloads/PMKNo.57Tahun2013 tentangPTRM.pdf
  2. Supariasa ID, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2016
  3. Dwiyana P, Prasetyo A, Ramayulis, R. Gambaran tingkat kecukupan asupan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro berdasarkan tingkat kekuatan otot pada atlet taekwondo di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2017;9(1):31-38. Available from: https://lpm3.thamrin.ac.id/upload/jurnal
  4. Adani FY, Nindya TS. Perbedaan asupan energi, protein, zink, dan perkembangan pada balita stunting dan non stunting. Amerta Nutrition. 2017;1(2):46–51. https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i2.2017.46-51
  5. Anindita, P. Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, kecukupan protein & zinc dengan stunting (pendek) pada balita usia 6 – 35 bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;1(2): 617–626. Available from: https://www.neliti.com/publications/18764/hubungan-tingkat-pendidikan-ibu-pendapatan-keluarga-kecukupan-protein-zinc-denga
  6. Supariasa ID, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2016
  7. Kementrian Kesehatan RI. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
  8. Hidayati RN. Hubungan asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah dikelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Skripsi. 2012
  9. Aisyah IS, Yunianti AE. Hubungan asupan energi dan asupan protein dengan kejadian stunting pada balita (34-59 bulan) di kelurahan karanganyar Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. 2021;17(1). https://doi.org/10.37058/jkki.v17i1.3603
  10. Anshori HA. Faktor resiko kejadian stunting pada anak usia 12-14 bulan (atudi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College. 2013;2(4). https://doi.org/10.14710/jnc.v2i4.3830
  11. Ayuningtyas A, Simbolon D, Rizal A. Asupan zat gizi makro dan mikro terhadap kejadian stunting pada balita. Jurnal Kesehatan. 2018;9(3):445. https://doi.org/10.26630/jk.v9i3.960
  12. Sari EM, Juffrie M, Nurani N, Sitaresmi MN. Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2016;12(4):52. https://doi.org/10.22146/ijcn.23111
  13. Sumedi E, Sandjaja. Asupan zat besi, vitamin A dan zink anak Indonesia umur 6-23 bulan. Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2015;38(2):167-175. Available from: http://ejournal.litbangdepkes.go.id/index.php/pgm/article/download/5546/451
  14. Wessells KR, Brown KH. Estimating the global prevalence of zinc deficiency: Results based on zinc availability in national food supplies and the prevalence of stunting. PLoS ONE. 2012;7(11):e50568. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0050568
  15. Theron M, Amissah A, Kleynhans I, Albertse E, MacIntyre U. (2007). Inadequate dietary intake is not the cause of stunting amongst young children living in an informal settlement in Gauteng and rural Limpopo Province in South Africa: The NutriGro study. Public Health Nutrition, 2007;10(4):379-389. https://doi.org/10.1017/S1368980007246579
  16. Ernawati F, Syauqy A, Arifin AY, Soekatri MYE, Sandjaj S. Micronutrient deficiencies and stunting were associated with socioeconomic status in indonesian children aged 6–59 months. Nutrients. 2021;13:1802. https://doi.org/10.3390/nu13061802

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.