BibTex Citation Data :
@article{IO4311, author = {Sofi Fatma and Tandiyo Pradekso and Djoko Setiabudi}, title = {Hubungan Antara Terpaan Tweet Iklan pada Akun Twitter @infotembalang dan Brand Awareness @CalzoneUp dengan Minat Beli Masyarakat}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { NAMA : SOFI KUMALA FATMA NIM : D2C009113 JUDUL : HUBUNGAN ANTARA TERPAAN TWEET IKLAN PADA AKUN TWITTER @INFOTEMBALANG DAN BRAND AWARENESS @CALZONEUP DENGAN MINAT BELI MASYARAKAT ABSTRAK Pemanfaatan media sosial khususnya Twitter saat ini bukan hanya sebagai sarana berkomunikasi, melainkan juga sebagai media untuk keperluan pemasaran. @infotembalang di sini merupakan salah satu dari sekian banyak akun Twitter yang banyak dilirik brand lokal, yang digunakan untuk menawarkan produk mereka. Salah satu brand lokal yang menggunakan jasa @infotembalang yaitu @CalzoneUp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tweet iklan pada akun Twitter @infotembalang dan brand awareness @CalzoneUp dengan minat beli masyarakat. Adapun variabel yang diteliti adalah terpaan tweet iklan sebagai variabel independen (X), brand awareness sebagai variabel intervening (Z) dan minat beli sebagai variabel dependen (Y). Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Advertising Exposure dan Hierarchy of Effect Model. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif (eksplanatory), dimana data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden dengan teknik random sampling. Untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam perumusan masalah, penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Rank Kendall sebagai teknik analisis data. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa banyak responden mendapat terpaan rendah dan tidak mengetahui tentang brand @CalzoneUp. Kurangnya pemanfaatan “jam publik” diduga menjadi penyebab mengapa responden mendapat terpaan rendah dan tidak mengetahui tentang brand. Meskipun demikian, responden memiliki minat beli yang tinggi terhadap brand. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor lain di luar terpaan tweet iklan yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara terpaan tweet iklan dengan brand awareness. Begitu pula dengan hubungan antara brand awareness dengan minat beli, terdapat hubungan yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi terpaan tweet iklan maka brand awareness akan semakin tinggi, dan semakin tinggi brand awareness maka minat beli pun akan semakin tinggi. Kata kunci: twitter, media sosial, terpaan tweet iklan, brand awareness, minat beli. NAMA : SOFI KUMALA FATMA NIM : D2C009113 JUDUL : THE CORRELATIONS BETWEEN ADVERTISING TWEET EXPOSURE ON @INFOTEMBALANG TWITTER ACCOUNT AND @CALZONEUP’S BRAND AWARENESS WITH PUBLIC BUYING INTEREST ABSTRACT The use of social media especially Twitter today is not only for communication, but it is also used as a medium for marketing purposes. @infotembalang is one of many Twitter accounts that local brand ogled as a medium that can be used to offer their products. One of those local brands is @CalzoneUp. The purposes of this study are to determine the correlations between advertising tweet exposure on @infotembalang Twitter account and @CalzoneUp’s brand awareness with public buying interest. The variables are advertising tweet exposure as an independent variable (X), brand awareness as intervening variable (Z), and buying interest as the dependent variable (Y). The theories used in this study are Advertising Exposure Theory and Hierarchy of Effect Model. This study uses quantitative method with explanatory research, that uses primary and secondary data. Primary data is obtained by a survey using questionnaire that is distributed to 100 respondents by probability random sampling. To answer the issues contained in the statement of the problem in this study, it uses Rank Kendall Correlations as data analysis technique. Based on this research, it is known that many respondents received low exposure and did not know about the brand of @CalzoneUp. The lack of the use of \"public hours\" is suspected to be the cause why the respondent gets low exposure and do not know about the brand. Nonetheless, respondents have high buying interest towards the brand. They presume it is influenced by other factors outside advertising tweets exposure that can not be explained in this study. The results of correlation test showed that there is a positive relationship between advertising tweets exposure with brand awareness. Similarly, the relationship between brand awareness with buying interest, a positive relationship exists. It can be concluded that the higher of advertising tweet exposure, the brand awareness will be higher, and the higher the brand awareness, then buying interest will be higher. Keywords: twitter, social media, advertising tweet exposure, brand awareness, buying interest PENDAHULUAN Sosial media merupakan media online yang awalnya berfungsi untuk membuat penggunanya dapat saling berbagi informasi. Di ranah media baru, terdapat beberapa situs social media yang kontennya diciptakan dan didistribusikan melalui interaksi sosial. Sosial media bisa diterjemahkan menjadi komunikasi dari banyak orang ke banyak orang sejak penggunanya juga merupakan sumber konten informasi (Straubhaar, LaRose, Davenport, 2012: 20). Seiring berjalannya waktu, sosial media juga turut serta berperan dalam pemasaran produk. Sosial media yang saat ini sedang banyak digunakan untuk aktivitas pemasaran yaitu twitter. Berdasarkan data pada Tahun 2012 lalu (http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_ accounts_140m_in_the_US), Indonesia menjadi negara ke-5 dengan jumalah pengguna twitter terbanyak, di bawah US, Brazil, Jepang, dan Inggris. Melihat keadaan tersebut tentunya Twitter menjadi sosial media yang potensial untuk mengembangkan pemasaran produk. Di Indonesia, beberapa brand besar yang telah menggunakan Twitter sebagai salah satu media promosi yaitu Nutrisari (@NutrisariID), Acer (@acerID), dan XL (@XL123). Tak hanya brand besar, bahkan usaha yang baru berkembang pun dapat menjadi besar karena keberadaan Twitter, seperti yang terjadi pada bisnis camilan keripik pedas, Maicih (@infomaicih). Meskipun telah menggunakan twitter sebagai media promosi dan komunikasi kepada konsumen, beberapa brand juga menggunakan fasilitas tweet berbayar menggunakan akun-akun yang dianggap sebagi influencer atau buzzer. Tweet berbayar atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan paid to tweet merupakan suatu istilah bagi tweet yang mengandung konten promosi suatu merek tertentu. Salah satu akun twitter yang menjadi influencer di Semarang yaitu @infotembalang. Akun ini memiliki followers 15.655 (17 Juli 2013), memiliki fokus untuk menyebarkan informasi yang secara khusus berkaitan dengan daerah Tembalang serta secara umum berkaitan dengan Kota Semarang. Selain memiliki akun di twitter, @infotembalang juga hadir dalam bentuk web yaitu www.infotembalang.co serta majalah yang terbit setiap bulan dan dibagikan secara gratis. Informasi yang disebarkan oleh @infotembalang yaitu mulai dari lalu lintas, event, cuaca, hingga pertanyaan-pertanyaan acak dari followers-nya yang ada di sekitaran Tembalang. Lokasi Tembalang yang dikenal sebagai kawasan kampus membuat sekitaran Tembalang banyak muncul usaha-usaha baru yang sedang berkembang. Hal inilah yang kemudian juga dimanfaatkan oleh @infotembalang. Melalui akun twitternya, @infotembalang, menginformasikan kepada followers-nya tentang tempat-tempat yang ada di Tembalang, di antaranya cafe, boutique, counter handphone, bahkan hingga berbagai info kos, kotrakan, dan lowongan kerja yang ada di Tembalang. Setiap harinya @infotembalang memberikan tweet promo/iklan untuk sekitar 2-3 produk. Tweet ini menyangkut tentang menu, lokasi produk, serta promo-promo terbaru yang diberikan oleh produk tersebut. Tentunya terpaan tweet promo melalui akun @infotembalang akan berhubungan pada pengetahuan followers-nya terhadap produk yang diiklankan. Pengetahuan ini mencakup dalam brand awareness yaitu kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Rangkuti, 2004:39). Brand awareness merupakan bentuk paling sederhana dari pengetahuan akan suatu merek yang merupakan kesadaran konsumen akan suatu merk. kemampuan ini menyangkut bagaimana dari seseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali (recognize) suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk. Brand awareness merupakan ukuran eksistensi merek dibenak pelanggan yang mencakup brand recognition (merek yang pernah diketahui pelanggan, brand recall (merk yang diingat pelanggan untuk suatu kategori produk tertentu), top of mind (merk pertama yang disebut pelanggan terhadap suatu kategori produk tertentu, hingga dominant brand (satu-satunya merk yang diingat pelanggan) (Aaker, 1991:61). Sebagai kawasan kampus yang padat dengan mahasiswa, usaha rumah makan menjadi usaha yang dominan di Tembalang. Segala menu tersedia, mulai dari menu Indonesia, oriental, hingga menu western. Melihat banyaknya usaha tempat makan, tentunya penting bagi pengusaha untuk meningkatkan pengetahuan pelanggannya tentang produknya. Brand awareness yang tinggi akan berpengaruh kepada minat beli bahkan kepada pembelian karena pembeli cenderung akan membeli produk dengan merk yang telah dikenalnya (Durianto, Sugiarto, & Sitinjak, 2004: 54). Adanya terpaan tweet iklan melalui @infotembalang ditambah dengan brand awareness yang dimiliki seseorang, tentunya akan mengarah pada pembelian. Sebelum proses pembelian ini terlaksana, terlebih dulu timbul keinginan dari dalam diri seseorang untuk membeli suatu produk yang disebut dengan minat beli. Minat beli adalah keinginan seseorang untuk membeli terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap produk yang diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk. Selain itu, minat beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Minat beli juga dapat timbul apabila seorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar produk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telah menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk (Simamora, 2001:106). Penelitian ini menggunakan teori Advertising Exposure (Aaker, Batra & Myers, 1996:48), dimana apabila audiens terkena terpaan iklan maka akan menciptakan perasaan dan sikap tertentu terhadap merek yang kemudian menggerakkannya untuk membeli produk. Teori ini menunjukkan proses yang terjadi setelah konsumen mengalami terpaan iklan. Proses yang terjadi adalah pertama, terpaan iklan akan menciptakan brand awareness dalam benak audiens yang membuat konsumen merasa familiar. Kedua, audiens akan mendapatkan informasi mengenai keuntungan, sifat atau atribut dari merk. Ketiga, melalui penggunaan berbagai eksekusi, iklan dapat menciptakan image terhadap merek, yang disebut brand personality. Keempat, iklan akan menghasilkan perasaan kepada audiens untuk mengasosiakan sesuatu terhadap merk (brand asosiation). Kelima, iklan dapat menciptakan kesan bahwa merek disukai oleh reference group audiens. Kelima proses ini dapat menciptakan perasaan sesuatu atau sikap terhadap brand yang menggerakkan konsumen untuk membeli produk. Namun tidak berarti kelima tahapan harus terpenuhi terlebih dahulu hingga akhirnya timbul minat beli atau pembelian. Artinya audiens bisa mempunyai minat beli atau melakukan pembelian hanya dengan melewati tahapan pertama saja tanpa harus berlanjut ke tahap selanjutnya. Teori Advertising Exposure ini didukung dengan Model Hierarchy Of Effect (Belch and Belch, 2007:157) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa tahapan mental pada konsumen setelah terkena terpaan iklan suatu produk, sampai pada saat ia memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hierarchy of effect model menjelaskan bagaimana cara kerja iklan. Dengan mengasumsikan bahwa konsumen melewati serangkaian langkah secara berurutan dari kesadaran awal dari suatu produk atau jasa dalam proses pembelian. Sebuah premis dasar model ini adalah bahwa efek iklan terjadi selama periode tertentu. Iklan tidak dapat mempengaruhi pembelian secara langsung melainkan melalui serangkaian efek yang harus terjadi terlebih dahulu. Setiap tahapan harus dipenuhi sebelum konsumen dapat berpindah pada tahapan berikutnya dalam hirarki (Belch & Belch, 2007:156). Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metode survey, dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebih variabel. Populasi yang digunakan yaitu followers dari akun @infotembalang. Sedangkan sampel yang digunakan adalah random sampling, menggunkan teknik simple random sample, dan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, jumlah sampel sebesar 100 responden. Validitas dilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan dan instrumen kepada para ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item – total correlation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 30 responden dan menggunakan uji crocobanch alfa. Teknik analisis data menggunakan Koefisien Korelasi Rank Kendall. Pertama yaitu menguji tingkat hubungan antara terpaan tweet iklan (X) dengan brand awareness. Selanjutnya yaitu menguji tingkat hubungan antara brand awareness dengan minat beli. ISI Pada terpaan tweet iklan diukur dengan menggunakan frekuensi dan pengetahun audiens terhadap tweet tentang @CalzoneUp yang dilakukan oleh @infotembalang. Audiens yang sungguh-sungguh tentunya memberikan perhatian yang lebih besar, selain itu auidens juga memberikan pemikiran dan perasaan yang lebih seksama terhadap isi pesan sehingga memungkinkan pengaruh terpaan lebih mendalam sedangkan orang yang menonton dengan frekuensi yang lebih tinggi tetapi tidak memiliki kesungguhan tentu saja akan memberi pengaruh yang berbeda pula. Temuan di lapangan, hanya 5% responden yang mendapat terpaan tinggi. Ditambah lagi dengan intensitas responden dalam mengakses twitter yang tergolong rendah, yaitu paling banyak responden hanya 1 – 3 jam setiap harinya. Sedangkan @infotembalang sendiri melakukan tweet selama lebih dari 10 jam setiap hari. Tentu saja hal ini dapat menjadi penyebab utama mengapa banyak responden yang tidak melihat tweet tentang @CalzoneUp di akun @infotembalang. Jam tayang tweet iklan tentang @CalzoneUp juga turut berperan karena meskipun tayang pada sekitar jam makan siang, belum tentu pada waktu tersebut banyak followers @infotembalang yang melihat tweet iklan tersebut. Kelebihan Twitter sebagai media sosial yang real time justru menjadi kelemahan karena timeline yang cepat bergerak (berubah) sehingga membuat tweet dari @infotembalang “tertumpuk” oleh puluhan atau bahkan ratusan tweet dari akun lain. Sebagai brand baru, tujuan utama @CalzoneUp beriklan di @infotembalang adalah untuk meningkatkan brand awareness di kalangan calon konsumennya. Namun sayangnya upaya @CalzoneUp untuk meningkatkan brand awareness-nya belum dapat terwujud. Karena berdasarkan penelitian ini hanya 13% dari 100 responden yang memiliki brand awareness tinggi terhadap @CalzoneUp. Di mana responden menyebutkan @CalzoneUp sebagai kedai makan yang menyediakan menu western nomor satu yang ada dalam benak mereka. Tentunya brand awareness yang rendah terhadap @CalzoneUp dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya yaitu karena sedikit responden yang mendapat terpaan yang tinggi tentang @CalzoneUp. Persaingan yang ketat dengan beberapa brand yang telah lebih dulu ada juga turut mempengaruhi rendahnya brand awareness @CalzoneUp. Keunikan menunya, calzone, belum cukup memberikan pengaruh pada brand awareness @CalzoneUp. Pada penelitian yang dilakukan oleh Carol Chapman ( Brand Awareness: It’s All A Twitter, 2012) (Bab I hal 12) membahas bagaimana meningkatkan brand awareness melalui Twitter, salah satu langkahnya yaitu dengan melihat jam “publik” (waktu aktif followers). Hal ini yang nampaknya belum dilakukan secara optimal oleh @infotembalang ketika mempromokan @CalzoneUp. Sehingga hanya sedikit followers yang pada akhirnya melihat tweet tentang @CalzoneUp dan brand awareness yang besar pun belum tercapai. Meskipun demikian, terdapat hubungan yang positif di antara keduanya. Sehingga semakin tinggi terpaan tweet iklan pada @infotembalang akan semakin besar pula brand awareness @CalzoneUp. Di mana berdasarkan pada Teori Advertising Exposure (Bab 1, hal 18) brand awareness merupakan hal yang pertama kali ditimbulkan oleh terpaan iklan. Sehingga sudah seharusnya jika terpaan tweet iklan mempunyai hubungan yang positif dengan brand awareness. Tanpa hubungan yang positif, terpaan iklan tidak akan dapat menggerakkan audiens untuk membeli produk (sebagai dampak akhir dari terpaan iklan). Hubungan yang positif juga ditujukkan oleh brand awareness dengan minat beli. Meskipun memiliki terpaan dan brand awareness yang rendah, responden justru memiliki minat beli yang tinggi pada @CalzoneUp. Ada banyak kemungkinan mengapa minat beli tinggi padahal terpaan dan brand awarenessnya rendah. Pengaruh dari teman atau lingkungan sekitar yang telah lebih dahulu mengetahui @CalzoneUp dapat menjadi salah satu penyebab mengapa minat beli pada @CalzoneUp tinggi. Faktor word of mouth (WOM) juga dapat menjadi faktor mengapa hal tersebut bisa terjadi. Minat beli yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh keinginan responden untuk mencoba kedai makan baru yang menyediakan menu western. Apalagi @CalzoneUp merupakan brand yang tidak menyediakan produk mewah yang membutuhkan pemikiaran mendalam untuk sekedar mencoba membelinya. Meskipun demikian, perlu ditegaskan kembali bahwa minat beli hanya untuk meramalkan tentang pembelian, bukan besarnya pembelian yang terjadi. Sehingga walaupun memiliki minat beli yang tinggi, belum tentu pembelian juga akan tinggi. Bisa saja proses yang menuju ke pembelian terhenti hanya pada minat saja. Dengan melihat hubungan yang positif antara brand awareness dan minat beli, maka penelitian ini dapat membuktikan Hierarchy of Effect Model (Bab 1, hal 19). Di mana setelah konsumen aware terhadap brand atau mengalami brand awareness maka akan timbul rasa suka yang memicu seseorang untuk mencari tahu lebih dalam tentang suatu merk atau menimbulkan minat beli dalam diri konsumen. Apabila tidak terjadi hubungan yang positif pada hubungan dua variabel tersebut, maka dapat dipastikan tahapan yang terjadi dalam benak konsumen setelah melihat terpaan iklan belum terpenuhi secara sempurna. Karena teori ini menjelaskan bahwa terdapat serangkaian efek yang muncul secara bertahap setelah seseorang melihat iklan, di mana setiap tahapan harus terpenuhi sebelum seseorang berpindah pada tahapan selanjutnya. PENUTUP Kesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji korelasi, terdapat hubungan yang positif pada terpaan tweet iklan dengan brand awareness. Maka semakin tinggi terpaan tweet iklan, brand awareness pun akan semakin tinggi. 2. Pada uji korelasi untuk variabel brand awareness dan minat beli juga terdapat hubungan yang positif. Sehingga semakin tinggi brand awareness maka semakin tinggi pula minat beli. Sedangkan saran ditujukan kepada brand dan penelitian selanjutnya, berupa: 1. Melihat banyaknya responden yang mendapat terpaan rendah dan tidak tahu tentang @CalzoneUp, seharusnya @CalzoneUp dapat memanfaatkan timing iklan pada @infotembalang secara lebih efektif. Misalnya dengan meminta penayangan tweet iklan pada waktu aktif followers @infotembalang mengakses Twitter, tidak hanya asal tweet tayang. 2. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan minat beli @CalzoneUp, hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yang berhubungan, pada terpaan tweet iklan dan brand awareness, misalnya faktor lingkungan, demografis responden, word of mouth, dll. Di samping itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengembilan sampel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Buku Aaker, David A. (1991). Managing Brand Equity. New York: The Free Press. Aaker, David A., Rajeev Batra, & John G. Myers. (1996). Advertising Management (4th Ed). New Delhi: Prentice Hall. Belch, G.E., & M.A. Belch. (2007). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communications Perspective (8th Ed.). New York, United States of America: McGraw-Hill. Dell, Hawkins, Roger J. Best & Kenneth A. Coney. (2000). Consumer Behavior Building Marketing Strategi (8th Ed.). New Jersey: McGraw-Hill. Durianto, Darmadi, Sugiarto, Tony Sitinjak. (2004). Strategi Mengakhlukan Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia. Handayani, Desy, dkk. (2010). Brand Operation. Jakarta: Esensi. Horton, Raymond L. (1984). Buying Behavior a Decision Making Approach. Ohio: Charles E Merril Publishing Company. Howard, John A. (1994). Buyer Behavior in Markting Strategy. New Jersey: Prentice Hall. Jefkins, Frank. (1996). Periklanan. Jakarta: Erlangga. Kasali, Rhenald. (2007). Menajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Keller, Kevin Lane. (2003). Strategic Brand Management: Building, Measuring, And Managing Brand Equity (2nd Ed.). New Jersey: Pearson Prentice Hal. Kotler, P. & K.L. Keller. (2007). Manajemen Pemasaran (12th Ed. Jilid 2). Jakarta: PT. Indeks. Rangkuti, Freddy. (2004). The Power of Brands. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. Rossiter, John R. dan Larry Percy. (1997). Advertising and Promotion Management. New York: McGraw-Hill. Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. (2004). Consumer Behavior (8th Ed.). New Jersey: Prentice Hall. Shimp. (2003). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Jakarta: Erlangga. Simamora, Bilson. (2001). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian dan Survey. Jakarta: LP3ES. Staubhaar, Joseph, Robert LaRose & Lucida Davenport. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology (7th Ed.). MA: Wadsworth Cengage Learning. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wells, William, John Burnet, Sandra Moriarty. (2000). Advertising Principles and Practice. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Website http://id.wikipedia.org/wiki/Twitter http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_a ccounts_140m_in_the_US https://twitter.com/infotembalang Jurnal Adil, Athira Setira. 2012. Skripsi: Pengaruh Tweet Iklan Melalui Akun Twitter @Infobdg Terhadap Minat Beli Masyarakat Kota Bandung Tahun 2012. Institut Manajemen Telkom. Chapman, Carol. 2012. Brand Awareness: It’s All a ‘Twitter’. The Brand Ascension Group Erdogmus, Irem Eren, & Mesut Cicek. 2012. The Impact of Social Media Marketing on Brand Loyalty. Yaiova University Li, Yung-Ming &, Ya-Lin Shiu. 2010. A Diffusion Mechanism for Social Advertising Over Microblogs. National Chiao Tung University Mackenzie, Josiah. (2011). A Hotel’s Guide to Twitter. @ReviewPro }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4311} }
Refworks Citation Data :
NAMA : SOFI KUMALA FATMANIM : D2C009113JUDUL : HUBUNGAN ANTARA TERPAAN TWEET IKLAN PADAAKUN TWITTER @INFOTEMBALANG DAN BRANDAWARENESS @CALZONEUP DENGAN MINAT BELIMASYARAKATABSTRAKPemanfaatan media sosial khususnya Twitter saat ini bukan hanya sebagai saranaberkomunikasi, melainkan juga sebagai media untuk keperluan pemasaran.@infotembalang di sini merupakan salah satu dari sekian banyak akun Twitteryang banyak dilirik brand lokal, yang digunakan untuk menawarkan produkmereka. Salah satu brand lokal yang menggunakan jasa @infotembalang yaitu@CalzoneUp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tweetiklan pada akun Twitter @infotembalang dan brand awareness @CalzoneUpdengan minat beli masyarakat.Adapun variabel yang diteliti adalah terpaan tweet iklan sebagai variabelindependen (X), brand awareness sebagai variabel intervening (Z) dan minat belisebagai variabel dependen (Y). Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaituTeori Advertising Exposure dan Hierarchy of Effect Model. Penelitian inimenggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif(eksplanatory), dimana data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.Data primer diperoleh melalui survei dengan menggunakan kuesioner yangdisebarkan kepada 100 responden dengan teknik random sampling. Untukmenjawab permasalahan yang terdapat dalam perumusan masalah, penelitian inimenggunakan Uji Korelasi Rank Kendall sebagai teknik analisis data.Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa banyak responden mendapatterpaan rendah dan tidak mengetahui tentang brand @CalzoneUp. Kurangnyapemanfaatan “jam publik” diduga menjadi penyebab mengapa respondenmendapat terpaan rendah dan tidak mengetahui tentang brand. Meskipundemikian, responden memiliki minat beli yang tinggi terhadap brand. Hal inididuga dipengaruhi oleh faktor lain di luar terpaan tweet iklan yang tidak dapatdijelaskan dalam penelitian ini. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapathubungan yang positif antara terpaan tweet iklan dengan brand awareness. Begitupula dengan hubungan antara brand awareness dengan minat beli, terdapathubungan yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi terpaantweet iklan maka brand awareness akan semakin tinggi, dan semakin tinggi brandawareness maka minat beli pun akan semakin tinggi.Kata kunci: twitter, media sosial, terpaan tweet iklan, brand awareness, minatbeli.NAMA : SOFI KUMALA FATMANIM : D2C009113JUDUL : THE CORRELATIONS BETWEEN ADVERTISINGTWEET EXPOSURE ON @INFOTEMBALANG TWITTERACCOUNT AND @CALZONEUP’S BRAND AWARENESSWITH PUBLIC BUYING INTERESTABSTRACTThe use of social media especially Twitter today is not only for communication,but it is also used as a medium for marketing purposes. @infotembalang is one ofmany Twitter accounts that local brand ogled as a medium that can be used tooffer their products. One of those local brands is @CalzoneUp. The purposes ofthis study are to determine the correlations between advertising tweet exposure on@infotembalang Twitter account and @CalzoneUp’s brand awareness with publicbuying interest.The variables are advertising tweet exposure as an independent variable (X),brand awareness as intervening variable (Z), and buying interest as the dependentvariable (Y). The theories used in this study are Advertising Exposure Theory andHierarchy of Effect Model. This study uses quantitative method with explanatoryresearch, that uses primary and secondary data. Primary data is obtained by asurvey using questionnaire that is distributed to 100 respondents by probabilityrandom sampling. To answer the issues contained in the statement of the problemin this study, it uses Rank Kendall Correlations as data analysis technique.Based on this research, it is known that many respondents received lowexposure and did not know about the brand of @CalzoneUp. The lack of the useof "public hours" is suspected to be the cause why the respondent gets lowexposure and do not know about the brand. Nonetheless, respondents have highbuying interest towards the brand. They presume it is influenced by other factorsoutside advertising tweets exposure that can not be explained in this study. Theresults of correlation test showed that there is a positive relationship betweenadvertising tweets exposure with brand awareness. Similarly, the relationshipbetween brand awareness with buying interest, a positive relationship exists. Itcan be concluded that the higher of advertising tweet exposure, the brandawareness will be higher, and the higher the brand awareness, then buying interestwill be higher.Keywords: twitter, social media, advertising tweet exposure, brand awareness,buying interestPENDAHULUANSosial media merupakan media online yang awalnya berfungsi untukmembuat penggunanya dapat saling berbagi informasi. Di ranah media baru,terdapat beberapa situs social media yang kontennya diciptakan dandidistribusikan melalui interaksi sosial. Sosial media bisa diterjemahkan menjadikomunikasi dari banyak orang ke banyak orang sejak penggunanya jugamerupakan sumber konten informasi (Straubhaar, LaRose, Davenport, 2012: 20).Seiring berjalannya waktu, sosial media juga turut serta berperan dalampemasaran produk. Sosial media yang saat ini sedang banyak digunakan untukaktivitas pemasaran yaitu twitter. Berdasarkan data pada Tahun 2012 lalu(http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_accounts_140m_in_the_US), Indonesia menjadi negara ke-5 dengan jumalahpengguna twitter terbanyak, di bawah US, Brazil, Jepang, dan Inggris.Melihat keadaan tersebut tentunya Twitter menjadi sosial media yangpotensial untuk mengembangkan pemasaran produk. Di Indonesia, beberapabrand besar yang telah menggunakan Twitter sebagai salah satu media promosiyaitu Nutrisari (@NutrisariID), Acer (@acerID), dan XL (@XL123). Tak hanyabrand besar, bahkan usaha yang baru berkembang pun dapat menjadi besar karenakeberadaan Twitter, seperti yang terjadi pada bisnis camilan keripik pedas, Maicih(@infomaicih). Meskipun telah menggunakan twitter sebagai media promosi dankomunikasi kepada konsumen, beberapa brand juga menggunakan fasilitas tweetberbayar menggunakan akun-akun yang dianggap sebagi influencer atau buzzer.Tweet berbayar atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan paid to tweetmerupakan suatu istilah bagi tweet yang mengandung konten promosi suatu merektertentu.Salah satu akun twitter yang menjadi influencer di Semarang yaitu@infotembalang. Akun ini memiliki followers 15.655 (17 Juli 2013), memilikifokus untuk menyebarkan informasi yang secara khusus berkaitan dengan daerahTembalang serta secara umum berkaitan dengan Kota Semarang. Selain memilikiakun di twitter, @infotembalang juga hadir dalam bentuk web yaituwww.infotembalang.co serta majalah yang terbit setiap bulan dan dibagikansecara gratis. Informasi yang disebarkan oleh @infotembalang yaitu mulai darilalu lintas, event, cuaca, hingga pertanyaan-pertanyaan acak dari followers-nyayang ada di sekitaran Tembalang.Lokasi Tembalang yang dikenal sebagai kawasan kampus membuatsekitaran Tembalang banyak muncul usaha-usaha baru yang sedang berkembang.Hal inilah yang kemudian juga dimanfaatkan oleh @infotembalang. Melalui akuntwitternya, @infotembalang, menginformasikan kepada followers-nya tentangtempat-tempat yang ada di Tembalang, di antaranya cafe, boutique, counterhandphone, bahkan hingga berbagai info kos, kotrakan, dan lowongan kerja yangada di Tembalang.Setiap harinya @infotembalang memberikan tweet promo/iklan untuksekitar 2-3 produk. Tweet ini menyangkut tentang menu, lokasi produk, sertapromo-promo terbaru yang diberikan oleh produk tersebut. Tentunya terpaantweet promo melalui akun @infotembalang akan berhubungan pada pengetahuanfollowers-nya terhadap produk yang diiklankan. Pengetahuan ini mencakup dalambrand awareness yaitu kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali ataumengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produktertentu (Rangkuti, 2004:39). Brand awareness merupakan bentuk palingsederhana dari pengetahuan akan suatu merek yang merupakan kesadarankonsumen akan suatu merk. kemampuan ini menyangkut bagaimana dariseseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali(recognize) suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk. Brandawareness merupakan ukuran eksistensi merek dibenak pelanggan yangmencakup brand recognition (merek yang pernah diketahui pelanggan, brandrecall (merk yang diingat pelanggan untuk suatu kategori produk tertentu), top ofmind (merk pertama yang disebut pelanggan terhadap suatu kategori produktertentu, hingga dominant brand (satu-satunya merk yang diingat pelanggan)(Aaker, 1991:61).Sebagai kawasan kampus yang padat dengan mahasiswa, usaha rumahmakan menjadi usaha yang dominan di Tembalang. Segala menu tersedia, mulaidari menu Indonesia, oriental, hingga menu western. Melihat banyaknya usahatempat makan, tentunya penting bagi pengusaha untuk meningkatkan pengetahuanpelanggannya tentang produknya. Brand awareness yang tinggi akan berpengaruhkepada minat beli bahkan kepada pembelian karena pembeli cenderung akanmembeli produk dengan merk yang telah dikenalnya (Durianto, Sugiarto, &Sitinjak, 2004: 54).Adanya terpaan tweet iklan melalui @infotembalang ditambah denganbrand awareness yang dimiliki seseorang, tentunya akan mengarah padapembelian. Sebelum proses pembelian ini terlaksana, terlebih dulu timbulkeinginan dari dalam diri seseorang untuk membeli suatu produk yang disebutdengan minat beli. Minat beli adalah keinginan seseorang untuk membeli terhadapsuatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap produk yangdiiringi dengan kemampuan untuk membeli produk. Selain itu, minat beliterhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lainyang dipercaya oleh calon konsumen. Minat beli juga dapat timbul apabilaseorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputarproduk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telahmenggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk(Simamora, 2001:106).Penelitian ini menggunakan teori Advertising Exposure (Aaker, Batra &Myers, 1996:48), dimana apabila audiens terkena terpaan iklan maka akanmenciptakan perasaan dan sikap tertentu terhadap merek yang kemudianmenggerakkannya untuk membeli produk. Teori ini menunjukkan proses yangterjadi setelah konsumen mengalami terpaan iklan. Proses yang terjadi adalahpertama, terpaan iklan akan menciptakan brand awareness dalam benak audiensyang membuat konsumen merasa familiar. Kedua, audiens akan mendapatkaninformasi mengenai keuntungan, sifat atau atribut dari merk. Ketiga, melaluipenggunaan berbagai eksekusi, iklan dapat menciptakan image terhadap merek,yang disebut brand personality. Keempat, iklan akan menghasilkan perasaankepada audiens untuk mengasosiakan sesuatu terhadap merk (brand asosiation).Kelima, iklan dapat menciptakan kesan bahwa merek disukai oleh reference groupaudiens. Kelima proses ini dapat menciptakan perasaan sesuatu atau sikapterhadap brand yang menggerakkan konsumen untuk membeli produk. Namuntidak berarti kelima tahapan harus terpenuhi terlebih dahulu hingga akhirnyatimbul minat beli atau pembelian. Artinya audiens bisa mempunyai minat beliatau melakukan pembelian hanya dengan melewati tahapan pertama saja tanpaharus berlanjut ke tahap selanjutnya.Teori Advertising Exposure ini didukung dengan Model Hierarchy OfEffect (Belch and Belch, 2007:157) yang menyatakan bahwa terdapat beberapatahapan mental pada konsumen setelah terkena terpaan iklan suatu produk,sampai pada saat ia memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hierarchy ofeffect model menjelaskan bagaimana cara kerja iklan. Dengan mengasumsikanbahwa konsumen melewati serangkaian langkah secara berurutan dari kesadaranawal dari suatu produk atau jasa dalam proses pembelian. Sebuah premis dasarmodel ini adalah bahwa efek iklan terjadi selama periode tertentu. Iklan tidakdapat mempengaruhi pembelian secara langsung melainkan melalui serangkaianefek yang harus terjadi terlebih dahulu. Setiap tahapan harus dipenuhi sebelumkonsumen dapat berpindah pada tahapan berikutnya dalam hirarki (Belch &Belch, 2007:156).Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metode survey,dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebihvariabel. Populasi yang digunakan yaitu followers dari akun @infotembalang.Sedangkan sampel yang digunakan adalah random sampling, menggunkan tekniksimple random sample, dan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkatkesalahan sebesar 10%, jumlah sampel sebesar 100 responden. Validitasdilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan dan instrumen kepadapara ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item – totalcorrelation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 30responden dan menggunakan uji crocobanch alfa. Teknik analisis datamenggunakan Koefisien Korelasi Rank Kendall. Pertama yaitu menguji tingkathubungan antara terpaan tweet iklan (X) dengan brand awareness. Selanjutnyayaitu menguji tingkat hubungan antara brand awareness dengan minat beli.ISIPada terpaan tweet iklan diukur dengan menggunakan frekuensi danpengetahun audiens terhadap tweet tentang @CalzoneUp yang dilakukan oleh@infotembalang. Audiens yang sungguh-sungguh tentunya memberikan perhatianyang lebih besar, selain itu auidens juga memberikan pemikiran dan perasaanyang lebih seksama terhadap isi pesan sehingga memungkinkan pengaruh terpaanlebih mendalam sedangkan orang yang menonton dengan frekuensi yang lebihtinggi tetapi tidak memiliki kesungguhan tentu saja akan memberi pengaruh yangberbeda pula.Temuan di lapangan, hanya 5% responden yang mendapat terpaan tinggi.Ditambah lagi dengan intensitas responden dalam mengakses twitter yangtergolong rendah, yaitu paling banyak responden hanya 1 – 3 jam setiap harinya.Sedangkan @infotembalang sendiri melakukan tweet selama lebih dari 10 jamsetiap hari. Tentu saja hal ini dapat menjadi penyebab utama mengapa banyakresponden yang tidak melihat tweet tentang @CalzoneUp di akun@infotembalang. Jam tayang tweet iklan tentang @CalzoneUp juga turut berperankarena meskipun tayang pada sekitar jam makan siang, belum tentu pada waktutersebut banyak followers @infotembalang yang melihat tweet iklan tersebut.Kelebihan Twitter sebagai media sosial yang real time justru menjadi kelemahankarena timeline yang cepat bergerak (berubah) sehingga membuat tweet dari@infotembalang “tertumpuk” oleh puluhan atau bahkan ratusan tweet dari akunlain.Sebagai brand baru, tujuan utama @CalzoneUp beriklan di @infotembalangadalah untuk meningkatkan brand awareness di kalangan calon konsumennya.Namun sayangnya upaya @CalzoneUp untuk meningkatkan brand awareness-nyabelum dapat terwujud. Karena berdasarkan penelitian ini hanya 13% dari 100responden yang memiliki brand awareness tinggi terhadap @CalzoneUp. Dimana responden menyebutkan @CalzoneUp sebagai kedai makan yangmenyediakan menu western nomor satu yang ada dalam benak mereka. Tentunyabrand awareness yang rendah terhadap @CalzoneUp dapat dipengaruhi olehbanyak hal. Salah satunya yaitu karena sedikit responden yang mendapat terpaanyang tinggi tentang @CalzoneUp. Persaingan yang ketat dengan beberapa brandyang telah lebih dulu ada juga turut mempengaruhi rendahnya brand awareness@CalzoneUp. Keunikan menunya, calzone, belum cukup memberikan pengaruhpada brand awareness @CalzoneUp.Pada penelitian yang dilakukan oleh Carol Chapman ( Brand Awareness:It’s All A Twitter, 2012) (Bab I hal 12) membahas bagaimana meningkatkanbrand awareness melalui Twitter, salah satu langkahnya yaitu dengan melihat jam“publik” (waktu aktif followers). Hal ini yang nampaknya belum dilakukan secaraoptimal oleh @infotembalang ketika mempromokan @CalzoneUp. Sehinggahanya sedikit followers yang pada akhirnya melihat tweet tentang @CalzoneUpdan brand awareness yang besar pun belum tercapai.Meskipun demikian, terdapat hubungan yang positif di antara keduanya.Sehingga semakin tinggi terpaan tweet iklan pada @infotembalang akan semakinbesar pula brand awareness @CalzoneUp. Di mana berdasarkan pada TeoriAdvertising Exposure (Bab 1, hal 18) brand awareness merupakan hal yangpertama kali ditimbulkan oleh terpaan iklan. Sehingga sudah seharusnya jikaterpaan tweet iklan mempunyai hubungan yang positif dengan brand awareness.Tanpa hubungan yang positif, terpaan iklan tidak akan dapat menggerakkanaudiens untuk membeli produk (sebagai dampak akhir dari terpaan iklan).Hubungan yang positif juga ditujukkan oleh brand awareness dengan minatbeli. Meskipun memiliki terpaan dan brand awareness yang rendah, respondenjustru memiliki minat beli yang tinggi pada @CalzoneUp. Ada banyakkemungkinan mengapa minat beli tinggi padahal terpaan dan brand awarenessnyarendah. Pengaruh dari teman atau lingkungan sekitar yang telah lebih dahulumengetahui @CalzoneUp dapat menjadi salah satu penyebab mengapa minat belipada @CalzoneUp tinggi. Faktor word of mouth (WOM) juga dapat menjadifaktor mengapa hal tersebut bisa terjadi.Minat beli yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh keinginan respondenuntuk mencoba kedai makan baru yang menyediakan menu western. Apalagi@CalzoneUp merupakan brand yang tidak menyediakan produk mewah yangmembutuhkan pemikiaran mendalam untuk sekedar mencoba membelinya.Meskipun demikian, perlu ditegaskan kembali bahwa minat beli hanya untukmeramalkan tentang pembelian, bukan besarnya pembelian yang terjadi. Sehinggawalaupun memiliki minat beli yang tinggi, belum tentu pembelian juga akantinggi. Bisa saja proses yang menuju ke pembelian terhenti hanya pada minat saja.Dengan melihat hubungan yang positif antara brand awareness dan minatbeli, maka penelitian ini dapat membuktikan Hierarchy of Effect Model (Bab 1,hal 19). Di mana setelah konsumen aware terhadap brand atau mengalami brandawareness maka akan timbul rasa suka yang memicu seseorang untuk mencaritahu lebih dalam tentang suatu merk atau menimbulkan minat beli dalam dirikonsumen. Apabila tidak terjadi hubungan yang positif pada hubungan duavariabel tersebut, maka dapat dipastikan tahapan yang terjadi dalam benakkonsumen setelah melihat terpaan iklan belum terpenuhi secara sempurna. Karenateori ini menjelaskan bahwa terdapat serangkaian efek yang muncul secarabertahap setelah seseorang melihat iklan, di mana setiap tahapan harus terpenuhisebelum seseorang berpindah pada tahapan selanjutnya.PENUTUPKesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasilsebagai berikut:1. Berdasarkan uji korelasi, terdapat hubungan yang positif pada terpaan tweetiklan dengan brand awareness. Maka semakin tinggi terpaan tweet iklan,brand awareness pun akan semakin tinggi.2. Pada uji korelasi untuk variabel brand awareness dan minat beli juga terdapathubungan yang positif. Sehingga semakin tinggi brand awareness makasemakin tinggi pula minat beli.Sedangkan saran ditujukan kepada brand dan penelitian selanjutnya, berupa:1. Melihat banyaknya responden yang mendapat terpaan rendah dan tidak tahutentang @CalzoneUp, seharusnya @CalzoneUp dapat memanfaatkan timingiklan pada @infotembalang secara lebih efektif. Misalnya dengan memintapenayangan tweet iklan pada waktu aktif followers @infotembalang mengaksesTwitter, tidak hanya asal tweet tayang.2. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan minat beli @CalzoneUp,hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yangberhubungan, pada terpaan tweet iklan dan brand awareness, misalnya faktorlingkungan, demografis responden, word of mouth, dll. Di samping itu,penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengembilansampel yang berbeda.DAFTAR PUSTAKABukuAaker, David A. (1991). Managing Brand Equity. New York: The Free Press.Aaker, David A., Rajeev Batra, & John G. Myers. (1996). AdvertisingManagement (4th Ed). New Delhi: Prentice Hall.Belch, G.E., & M.A. Belch. (2007). Advertising and Promotion: An IntegratedMarketing Communications Perspective (8th Ed.). New York, United Statesof America: McGraw-Hill.Dell, Hawkins, Roger J. Best & Kenneth A. Coney. (2000). Consumer BehaviorBuilding Marketing Strategi (8th Ed.). New Jersey: McGraw-Hill.Durianto, Darmadi, Sugiarto, Tony Sitinjak. (2004). Strategi MengakhlukanPasar: Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.Handayani, Desy, dkk. (2010). Brand Operation. Jakarta: Esensi.Horton, Raymond L. (1984). Buying Behavior a Decision Making Approach.Ohio: Charles E Merril Publishing Company.Howard, John A. (1994). Buyer Behavior in Markting Strategy. New Jersey:Prentice Hall.Jefkins, Frank. (1996). Periklanan. Jakarta: Erlangga.Kasali, Rhenald. (2007). Menajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti.Keller, Kevin Lane. (2003). Strategic Brand Management: Building, Measuring,And Managing Brand Equity (2nd Ed.). New Jersey: Pearson Prentice Hal.Kotler, P. & K.L. Keller. (2007). Manajemen Pemasaran (12th Ed. Jilid 2).Jakarta: PT. Indeks.Rangkuti, Freddy. (2004). The Power of Brands. Jakarta: PT Gramedia pustakautama.Rossiter, John R. dan Larry Percy. (1997). Advertising and PromotionManagement. New York: McGraw-Hill.Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. (2004). Consumer Behavior (8th Ed.).New Jersey: Prentice Hall.Shimp. (2003). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.Jakarta: Erlangga.Simamora, Bilson. (2001). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: GramediaPustaka Utama.Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian dan Survey.Jakarta: LP3ES.Staubhaar, Joseph, Robert LaRose & Lucida Davenport. (2012). Media Now:Understanding Media, Culture, and Technology (7th Ed.). MA: WadsworthCengage Learning.Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:Alfabeta.Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Wells, William, John Burnet, Sandra Moriarty. (2000). Advertising Principles andPractice. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.Websitehttp://id.wikipedia.org/wiki/Twitterhttp://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_accounts_140m_in_the_UShttps://twitter.com/infotembalangJurnalAdil, Athira Setira. 2012. Skripsi: Pengaruh Tweet Iklan Melalui Akun Twitter@Infobdg Terhadap Minat Beli Masyarakat Kota Bandung Tahun 2012.Institut Manajemen Telkom.Chapman, Carol. 2012. Brand Awareness: It’s All a ‘Twitter’. The BrandAscension GroupErdogmus, Irem Eren, & Mesut Cicek. 2012. The Impact of Social MediaMarketing on Brand Loyalty. Yaiova UniversityLi, Yung-Ming &, Ya-Lin Shiu. 2010. A Diffusion Mechanism for SocialAdvertising Over Microblogs. National Chiao Tung UniversityMackenzie, Josiah. (2011). A Hotel’s Guide to Twitter. @ReviewPro
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.