BibTex Citation Data :
@article{IO4474, author = {Wisnuadi Trianggoro and Djoko Setiabudi and I Nyoman Winata}, title = {Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv ABSTRAK Video dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalam bentuk audio visual. Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksi untuk pembuatannya, dokumentaris dalam hal ini menjabat posisi sebagai cameraperson dan merangkap sebagai editor. Pemilihan posisi tersebut merupakan kemauan dan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyek dokumenter ini. Dokumentaris berkerja sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara. Dokumenter Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy) yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa” menampilkan sekumpulan anak muda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti. Anak-anak muda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang pada masyarakat Semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan. Namun sayangnya tidak banyak generasi muda yang tertarik kepada wayang kulit. Wayang kulit selama ini identik dengan generasi lama atau orang tua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasa pengantarnya bahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarik minat generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya mereka berdua berusaha memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhan kreatif yaitu dengan membuat sebuah wayang kreasi baru, yaitu dengan menggunakan fiber, tekson, kardus, serta e-wayang yang bisa diaplikasikan menjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhan dengan bidang digital teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak muda sekarang. Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cinta wayang pada masyarakat semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia pewayangan, tergambar pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah mereka bawa tongkat estafet budaya wayang yang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkan kembali ke anak-anak muda saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunan serta semangat dan upaya-upaya agar anak muda semakin mengenal dan bangga serta dapat ikut menjaga kelestarian seni tradisional wayang dalam wadah komunitas Komplotan Bocah Wayang atau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan wayang bisa lebih dekat dengan masyarakat khususnya anak muda. Alat yang digunakan oleh jurnalis cameraperson dalam pengambilan gambar adalah DSLR. Jurnalis menggunkaan kamera DSLR karena penggunaannya di Semarang TV sudah memiliki standart HD dalam setiap progamnya, tentunya aspek itu perlu di perhatikan. Proses editing dilakukan berdasarkan naskah editing yang dibuat oleh sutradara. Editor melakukan pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah editing yang dibuat oleh sutradara, selain itu editor memberi beberapa efek untuk menambah estetika. Visual effects yang digunakan dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu Audio Transitions, Video Effects, VideoTransitions. Dalam proses editing jurnalis menggunakan aplikasi Adobe Premier CS 5 Kata kunci: jurnalis, camera person, Editor, Wayang, Koboy. ABSTRACT Video documentary is one of audio-visual journalism product . There is a team working from pre to post-production to production, documentary in this case serves as a cameraperson and a concurrent position as editor . The selection of these positions is the willingness and ability of journalists to carry out this documentary project . Documentary work in accordance with the scenario script made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy) entitled “Koboy Draws Java‟s Heritage” featuring a bunch of young people who love to take part in Sobokartti puppet . They are agreed to foster a spirit of love puppets in Semarang and gather people who are interested in the puppet world . But unfortunately not many young people are attracted to the shadow play . Wayang kulit is synonymous with the old generation or the old , ancient , and oldfashioned for today's youth , because language introduction to the Java language is no longer popular among the younger generation . To attract young people to the puppet as traditional art , finally they both tried to deliver innovation to the puppet with a creative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson , cardboard , as well as e - puppets that can be applied into comics , posters , video animation , and is in contact with the field of digital technology in order to get closer and attract young people today . They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarang and raise public who are interested in the puppet world , reflected in the activities undertaken by Koboy . From school to school they carry the baton puppet culture inherited by the ancestors to introduce back to young kids today, Koboy bridge with their sincerity , passion and perseverance as well as efforts to bring more young people to know and be proud of and care for preservation of traditional art puppets Komplotan Bocah Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet is expected to be closer to the public, especially young people . The tools used by the camera person is DSLR camera. Journalists use DSLR cameras because of the standart in TV program. The process of editing script created by the director . Editor cuts in each image according to the script, and also gives some effect to add to the aesthetics . Visual effects are used documentary is divided into 3 parts : Audio Transitions , Video Effects , VideoTransitions . In documentary, journalists using Adobe Premier CS 5 for editing. Keywords : Reporter , Camera Person , Editor , Puppet , Koboy . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massa cetak maupun elektronik, karena publikasi di media massa adalah salah satu syarat utama agar sebuah produk tersebut dapat dikatakan sebagai produk jurnalistik. Media massa elektronik salah satunya televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditampilkan telah mampu menarik minat pemirsanya , dan mampu membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan berbagai tayangan yang disiarkan televisi. Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkan tampilan melalui bentuk audio visual (suara dan gambar) sehingga tentunya membuat masyarakat lebih tertarik kepada televisi daripada media massa lainnya. Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225). Televisi menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkan dengan masyarakat. Tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga media hiburan dan edukasi bagi masyarakat. Masyarakat dari segala usia menjadi sangat akrab dengan TV. Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225). Berbicara tentang televisi akan membawa pada program-program yang ditayangkan di dalamnya, ada komedi situasi, berita, reality show, kuis, permainan dan salah satunya dokumenter. Dokumenter sebagai salah satu produk jurnalistik menjadi suatu program yang penting untuk tayang pada suatu stasiun televisi. Dokumenter sebagai salah satu produk jurnalistik memiliki konten lengkap untuk dikonsumsi. Dokumenter mampu memberikan informasi, pendidikan, sekaligus hiburan secara mendalam terhadap suatu objek untuk audien. Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisi meliputi expository documenter (penutur tunggal narrator), documenter drama, news feature, reality show dan investigasi. Kami sebagai jurnalis ingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalam bentuk news feature dengan format documenter yang nantinya akan di publikasikan melalui media televise. Alasan menggunakan format documenter karena konten didalamnya lebih lengkap, yaitu seperti unsur informasi, ilmu pengetahuan, dan yang dominan unsure hiburan yang kreatif (fachrudin, 2012:314). Kami ingin mengangkat salah satu kesenian tradisional yang mulai terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anak muda khususnya adalah kesenian wayang. Wayang selama ini kita kenal sebagai kekayaan budaya jawa. Wayang telah menjadi etos dan pandangan hidup masyarakat jawa. Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa. Bagi masyarakat Jawa, wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayang bukan hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Wayang telah menjadi asset kebudayaan nasional, maka kewajiban itu berarti terletak di pundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah masyarakat Jawa khususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaan budayanya yang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini. Berbicara tentang eksistensi keberadaan wayang di tengah-tengah masyarakat. Wayang atau dunia pewayangan pastilah akan lenyap manakala masyarakat sudah tidak menyukainya lagi. Dan kesukaan atau kegemaran masyarakat itu pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu yang paling penting dalam upaya pelestarian wayang adalah mengusahakan agar masyarakat tetap menyenangi dan mencintai wayang. Upaya strategis untuk melestarikan eksistensi wayang yang paling menarik minat para pemuda dan anak-anak untuk menyenangi dan mencintai wayang. Dalam hubungan ini kita perlu ingat pada pepatah lama: “ Tak kenal maka tak sayang” atau ungkapan Jawa dengan makna yang sama, yakni : Witing trisna jalaran saka kulina. Jadi, sejak kecil mereka harus dibiasakan untuk mengenal ( menonton ) wayang. Ini berarti frekuensi pertunjukkan wayang perlu digalakkan atau dipersering. Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitung sedikit terutama generasi muda. Salah satunya komunitas koboy (komplotan bocah wayang) yang berpusat di Sobokartti yang melakukan kegiatan pelestarian dan pengenalan wayang dengan pelatihan dalang bagi anak maupun remaja dan proses pembuatan wayang dengan berbagai medium. Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibat dalam kegiatan pewayangan namun kegiatan yang mereka lakukan dengan mengenalkan wayang melalui workshop ke sekolah-sekolah atau tempattempat umum, sudah menjadi salah satu cara pelestarian terhadap wayang. Meski hanya workshop, setidaknya kegiatan itu mampu memberi pesan untuk mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepada anak-anak dan orang tua, apabila kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukan merupakan kegagalan para koboy, yang terpenting adalah masyarakat yang terutama anak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai peninggalan kebudayaan yang sangat bernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperan dalam melestarikan wayang meski tidak mampu meneruskan kebudayaan sebagai pelaku, setidaknya koboy dapat meneruskan tongkat estafet kepada generasi muda, yang seharusnya tongkat estafet tersebut dibawa oleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jaman sekarang banyak yang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentang pewayangan, maka para orang tua sendiri tidak mampu berperan untuk mengenalkan wayang kepada anak-anaknya didalam sistem pelestarian kebudayaan wayang saat ini. 1.2. Permasalahan Maka kami selaku para jurnalis melihat adanya persoalan mengenai wayang yang tersisihkan, dengan ini kami ingin mengangkat tema ini untuk menumbuhkan kembali rasa bangga kepada budaya kesenian wayang melalui news feature yang dikemas dalam video documenter. 1.3. Tujuan Produk Jurnalistik yang akan kami produksi dalam bentuk video dokunmenter dengan mengambil contoh kongkrit Koboy (Komunitas Bocah Wayang), yang bertujuan untuk menginformasikan kepada target audiens bahwa masih ada anak muda yang masih peduli dan mencintai wayang, mereka mempunyai upaya untuk melestarikan seni budaya wayang, dan dengan melalui news feature ini supaya bisa menumbuhkan kembali rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap budaya kesenian wayang. 1.4. Kerangka Pemikiran 1. Jurnalistik dalam Dokumenter Jurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya. (Suhandang, 2004:21). Pengertian lain menyebutkan bahwa Good Journalism adalah kegiatan dan produk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis. Berbagai gambaran informasi dan krisis yang terjadi dan disampaikan mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian terjadi, media mampu memberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Fakta-fakta, penjelasan dan ruang diskusi yang menolong banyak orang terhadap sesuatu yang tak terduga kejadiannya. Downie dan Kaiser (dalam Santana, 2005:4). Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft news yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secara menarik (Morrison, 2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satu dari sekian media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburan untuk kahalayak atau cakupan massa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukan kepada khalayak dan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secara massive yaitu televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkan dengan masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk di dalamnya adalah remaja yang sangat akrab dengan televisi. Menurut Vivian (2008:16) televisi merupakan salah satu media yang tidak menuntut audiensnya untuk terlalu aktif , bahkan cukup pasif saja (cool media). Media seperti televisi, radio dan film yang diputar pada televisi merupakan jenisjenis media yang masuk kedalam kategori itu. Dalam televisi, pemirsa tidak membutuhkan usaha intelektual apapun untuk menikmati sebagian besar acara. Selain itu, televisi menjadi media yang cukup strategis untuk menayangkan produk jurnalistik seperti video dokumenter, karena hampir seluruh kalangan bisa mengakses media ini. Beberapa stasiun televisi baik berskala lokal maupun nasional sendiri juga telah memiliki jenis program dokumenter. Sehingga dengan tayangnya video dokumenter ini di televisi diharapkan semua pemirsa, khususnya yang berusia antara 15-35 tahun sebagai target audiens utama karena dalam masa-masa usia tersebut audiens dapat mencerna makna dengan baik dari sebuah informasi yang dikemas dalam bentuk audio-visual ini. 2. Gaya Bertutur dan Strukur Dokumenter Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter. Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang membedakan adalah spesifikasinya. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertutur itu, antara lain: laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan, kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, association picture story, buku harian, dan dokudrama. Dalam pembuatan dokumenter ini, kami para jurnalis memilih menggunakan gaya rekonstruksi. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan atau bagian –bagian peristiwa masalampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa, latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnya menjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut. Konsep penuturan rekonstruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatic tetapi lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa (Ayawaila, 2008: 40-43). Selain itu terdapat pula tiga cara umum berkaitan dengan stuktur penuturan dokumenter, yakni secara kronologis, tematis, dan dialektik. Berkaitan dengan pembuatan dokumenter televisi Koboy, kami para jurnalis menggunakan struktur penuturan tematis dimana cerita dipecah kedalam beberapa kelompok tema yang menempatkan sebab dan akibat digabungkan kedalam tiap sekuens. Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuah objek lokasi yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya. Seperti halnya Perkumpulan Koboy dimana merupakan sebagai tempat berkumpulnya para para pencinta atau penggiat kesenian wayang dikalangan anak muda dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, yang berpusat di Sobokartti. 1.5. Signifikansi 1. Signifikansi Praktis - Bagi media TV lokal yang menayangkan, video dokumenter ini bisa menjadi salah satu tayangan yang mendidik bagi masyarakat luas. - Video ini menjadi salah satu acuan bagi pelaku dokumenter baik yang sudah maupun baru akan memulai praktek dokumenter. Dokumenter ini juga menjadi media komunikasi baru selain media-media yang telah ada, seperti televisi, radio, surat kabar, internet dan lain-lain. 2. Signifikansi Akademis - Laporan ini dibuat dalam bentuk video dokumenter, merupakan salah satu dari aplikasi matakuliah konsentrasi jurnalistik dalam bidang jurnalistik televisi. Video dokumenter ini menjadi salah satu kontribusi jurnalistik dalam betuk audio visual. - Agar tidak hanya melihat berita-berita hangat saja, tapi melihat sesuatu juga harus dapat mengedukasi ketika dibagikan. 3. Signifikansi Sosial Video documenter ini akan dikemas semenarik mungkin agar dapat mudah diterima oleh permirsa/ masyarakat yang menonton, dan mengajak masyarakat agar bisa lebih menyukai menonton tayangan video documenter, serta tertarik untuk menonton video documenter-documenter lainnya. 1.6. Format sajian dan Konsep Film Format sajian yang digunakan dalam project ini adalah video Dokumenter. Dengan durasi 20 – 24 menit. Rencana akan ditayangkan di Cakra Tv Semarang dalam acara „Sluman-Slumun‟. Video dokumenter ini dibagi menjadi 3 segment, yaitu : Segment 1 : menyajikan sebuah permasalahan yang terjadi, karena jarak generasi muda dengan kesenian wayang sangat jauh, maka itu persoalan yang harus dipecahkan. Segment 2 : menyajikan sebuah komunitas koboy yang berusaha menjadi pemecah permasalahan itu dengan berperan sebagai penyalur tongkat esatafet tersebut, agar kesenian wayang bisa sampai ke generasi muda. Segment 3 : menyajikan solusi-solusi yang ditawarkan oleh narasumber.. 1.7. Personel dan Job Description Karya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalam sebuah sistem kerja yang dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yang independen dalam laporan yang disusun. Personil dan Job description tersebut sebagai berikut : 1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042) Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan Lobi Narasumber Penanggung jawab anggaran untuk produksi 2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129) Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber, riset stockshoot kota semarang, melakukan pengambilan gambar wawancara, melakukan pengambilan gambar saat kegiatan objek dokumenter, memindahkan file untuk editor. Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio. 3. Yuniawan Eko (D2C009136) Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalam mengarahkan suatu proses produksi acara radio atau televisi. Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput atau pencari berita, menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu event atau peristiwa atau kejadian pada media radio tau televisi. 1.8. Time Schedule NO PROSES LANGKAH 09/2013 10/2013 11/2013 12/2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pra Produksi Riset dan pembuatan proposal Filter proposal Pembuatan konsep visual Membuat shooting script dan daftar interview Pengajuan proposal ke Cakra TV Deal dengan Cakra TV 2 Produksi Pengambilan stock shots Pengambilan gambar Pengambilan gambar wawancara narasumber 3 Paska produksi Editing & mixing Laporan karya bidang Final Release PENUTUP Pertama-tama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah news feature yaitu riset objek yang akan anda angkat secara dalam, riset juga lokasi dan narasumber yang ingin dimunculkan, dan pilihlah dengan alasan yang tepat. Semisal dalam pemilihan narasumber, pertimbangkan latar belakang objek, apakah objek yang akan diambil sebagai narasumber mempunyai kapasitas dalam tema dan judul yang akan diangkat atau tidak. Untuk. Penentuan lokasi untuk stockshoot dan wawancara narasumber harus diperhatikan, dan jangan lupakan nilai etika dan estetika. Kesimpulan 4.1. Kesimpulan 1. Jurnalis sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara, video dokumenter ini menampilkan sebuah komunitas komplotan bocah wayang atau koboy yaitu sekumpulan anak muda yang cinta dengan wayang. Koboy sendiri mempunyai visi misi menumbuhkan rasa cinta dan bangga kepada anak muda dengan melakukan kegiatan mengenalkan wayang ke sekolah-sekolah. Hal ini sangat menarik dan patut mendapatkan apresiasi yang tinggi. 2. Terdapat beberapa tanggung jawab jurnalis sebagai Camera Person terutama pada saat persiapan produksi dan saat produksi berlangsung, yaitu: meninjau lokasi tempat pengambilan pada saat produksi berlangsung, menentukan dimana akan dilakukan wawancara, mempersiapkan kelengkapan alat yang akan digunakan, dan mengambil beberapa stok gambar, baik dalam bentuk foto maupun video untuk kepentingan dokumentasi produksi. Stok gambar tersebut berfungsi untuk memberi gambaran awal pada saat produksi dan membantu pembuatan shoting script yang dilakukan sutradara beserta penulis naskah. 3. Pendalaman tokoh narasumber dan objek yang akan diangkat menjadi perhatian khusus, karena dengan memiliki kedekatan yang lebih intim, tidak lupa juga riset objek yang akan diangkat dan stockshoot kota semarang untuk memudahkan dalam menentukan angle saat proses pengambilan gambar. 4. Jurnalis sebagai Camera Person sekaligus editor ikut membantu sutradara melakukan proses pemilihan data. Serta Proses lainnyaadalah pemindahan data hasil gambar dari MMC ke Komputer PC dan lalu di hubungkan ke perangkat komputer editing dengan software tertentu. Software yang di pakai untuk transfer data adalah Adobe Premiere Pro CS 5. 5. Editor melakukan pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah editor yang dibuat oleh sutradara, selain itu editor memberi beberapa efek agar menjadi satu kesatuan. Visual effects yang digunakan dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu Audio Transitions, Video Effects, VideoTransitions. Selain itu editor menambahkan title yang dilakuakan untuk memperjelas video. 6. Alat yang digunakan oleh jurnalis Camera person dalam pengambilan gambar adalah DSLR. Dokumentaris menggunkaan kamera DSLR karena fitur DSRL sangat memudahkan kami untuk mendapatkan hasil yang dibutuhkan televisi. Agar lebih mendalami pembuatan news feature ini, riset secara mendalam sangat perlu dilakukan agar sudut pandang/Angle news feature yang dikerjakan nanti memiliki kualitas yang dibutuhkan industri televisi. 7. Pengetahuan tentang kamera, jenis lensa dan kegunaanya sangat mutlak bagi seorang juru kamera, sehingga jika terdapat kendala dilapangan khususnya pencahayaan, tidak menjadi hambatan ketika memasuki proses editing. 8. Penggunaan SOP dalam sebuah stasiun Tv sangat penting di berikan kepada mahasiswa yang akan membuat karya bidang, karena ini akan berkaitan dengan produk yang akan dibuat oleh mahasiswa tersebut. Informasi tentang “apakah munculnya running text mengganggu grafis, tittle dalam karya tersebut. Pemotongan adegan, gambar atau statement dan lain sebagainya. Pada proses ini jurnalis, melakukan kesalahan perhitungan lebar running text. Pada saat editing grafis/tittle yang telah dibuat oleh editor tertutupi oleh keberadaan running text tersebut. Sehingga bisa membuat informasi yang disampaikan tidak sampai. Daftar Pustaka Buku Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik. Bandung:Nuansa. Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi. Jakarta: FFTV -IKJ PRESS. Ernanto. 2c005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Y0gyakarta: M hum Andi fachrudin. 2012. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Morisson. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta : Kencana. Santana, Setiawan K. ( 2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Internet http://sobokartti.wordpress.com/ (diakses tanggal 5 September 2013) http://www.shnews.co/detile-26402-kutang-antakusuma-vs- %E2%80%9Ctank-top%E2%80%9D.html (diakses tanggal 16 oktober 2013) }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4474} }
Refworks Citation Data :
Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” PadaProgram Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang TvABSTRAKVideo dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalambentuk audio visual. Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksiuntuk pembuatannya, dokumentaris dalam hal ini menjabat posisi sebagaicameraperson dan merangkap sebagai editor. Pemilihan posisi tersebutmerupakan kemauan dan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyekdokumenter ini. Dokumentaris berkerja sesuai dengan naskah sekenario yang dibuat oleh sutradara. Dokumenter Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa” menampilkan sekumpulan anakmuda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti. Anak-anakmuda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang padamasyarakat Semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap duniapewayangan. Namun sayangnya tidak banyak generasi muda yang tertarik kepadawayang kulit. Wayang kulit selama ini identik dengan generasi lama atau orangtua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasa pengantarnyabahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarikminat generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya merekaberdua berusaha memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhankreatif yaitu dengan membuat sebuah wayang kreasi baru, yaitu denganmenggunakan fiber, tekson, kardus, serta e-wayang yang bisa diaplikasikanmenjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhan dengan bidangdigital teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak mudasekarang.Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cintawayang pada masyarakat semarang dan menghimpun siapa saja yang berminatterhadap dunia pewayangan, tergambar pada kegiatan-kegiatan yang dilakukanoleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah mereka bawa tongkat estafet budaya wayangyang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkan kembali ke anak-anakmuda saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunan sertasemangat dan upaya-upaya agar anak muda semakin mengenal dan bangga sertadapat ikut menjaga kelestarian seni tradisional wayang dalam wadah komunitasKomplotan Bocah Wayang atau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan wayang bisalebih dekat dengan masyarakat khususnya anak muda.Alat yang digunakan oleh jurnalis cameraperson dalampengambilan gambar adalah DSLR. Jurnalis menggunkaan kamera DSLR karenapenggunaannya di Semarang TV sudah memiliki standart HD dalam setiapprogamnya, tentunya aspek itu perlu di perhatikan. Proses editing dilakukanberdasarkan naskah editing yang dibuat oleh sutradara. Editor melakukanpemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah editing yang dibuat olehsutradara, selain itu editor memberi beberapa efek untuk menambah estetika.Visual effects yang digunakan dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaituAudio Transitions, Video Effects, VideoTransitions. Dalam proses editing jurnalismenggunakan aplikasi Adobe Premier CS 5Kata kunci: jurnalis, camera person, Editor, Wayang, Koboy.ABSTRACTVideo documentary is one of audio-visual journalism product .There is a team working from pre to post-production to production, documentaryin this case serves as a cameraperson and a concurrent position as editor . Theselection of these positions is the willingness and ability of journalists to carry outthis documentary project . Documentary work in accordance with the scenarioscript made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)entitled “Koboy Draws Java‟s Heritage” featuring a bunch of young people wholove to take part in Sobokartti puppet . They are agreed to foster a spirit of lovepuppets in Semarang and gather people who are interested in the puppet world .But unfortunately not many young people are attracted to the shadow play .Wayang kulit is synonymous with the old generation or the old , ancient , and oldfashionedfor today's youth , because language introduction to the Java languageis no longer popular among the younger generation . To attract young people tothe puppet as traditional art , finally they both tried to deliver innovation to thepuppet with a creative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson, cardboard , as well as e - puppets that can be applied into comics , posters , videoanimation , and is in contact with the field of digital technology in order to getcloser and attract young people today .They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarangand raise public who are interested in the puppet world , reflected in the activitiesundertaken by Koboy . From school to school they carry the baton puppet cultureinherited by the ancestors to introduce back to young kids today, Koboy bridgewith their sincerity , passion and perseverance as well as efforts to bring moreyoung people to know and be proud of and care for preservation of traditional artpuppets Komplotan Bocah Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet isexpected to be closer to the public, especially young people .The tools used by the camera person is DSLR camera. Journalistsuse DSLR cameras because of the standart in TV program. The process of editingscript created by the director . Editor cuts in each image according to the script,and also gives some effect to add to the aesthetics . Visual effects are useddocumentary is divided into 3 parts : Audio Transitions , Video Effects ,VideoTransitions . In documentary, journalists using Adobe Premier CS 5 forediting.Keywords : Reporter , Camera Person , Editor , Puppet , Koboy .PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massacetak maupun elektronik, karena publikasi di media massa adalah salahsatu syarat utama agar sebuah produk tersebut dapat dikatakan sebagaiproduk jurnalistik. Media massa elektronik salah satunya televisimerupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasisecara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalamwaktu bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditampilkan telahmampu menarik minat pemirsanya , dan mampu membius pemirsanyauntuk selalu menyaksikan berbagai tayangan yang disiarkan televisi.Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkan tampilan melaluibentuk audio visual (suara dan gambar) sehingga tentunya membuatmasyarakat lebih tertarik kepada televisi daripada media massa lainnya.Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efekyang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarangtelevisi adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225).Televisi menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkandengan masyarakat. Tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi jugamedia hiburan dan edukasi bagi masyarakat. Masyarakat dari segala usiamenjadi sangat akrab dengan TV. Banyaknya audien televisimejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang,kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massadominan (Vivian, 2008:225). Berbicara tentang televisi akan membawapada program-program yang ditayangkan di dalamnya, ada komedi situasi,berita, reality show, kuis, permainan dan salah satunya dokumenter.Dokumenter sebagai salah satu produk jurnalistik menjadi suatu programyang penting untuk tayang pada suatu stasiun televisi. Dokumenter sebagaisalah satu produk jurnalistik memiliki konten lengkap untuk dikonsumsi.Dokumenter mampu memberikan informasi, pendidikan, sekaligus hiburansecara mendalam terhadap suatu objek untuk audien.Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisimeliputi expository documenter (penutur tunggal narrator), documenterdrama, news feature, reality show dan investigasi. Kami sebagai jurnalisingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalam bentuk news feature denganformat documenter yang nantinya akan di publikasikan melalui mediatelevise. Alasan menggunakan format documenter karena kontendidalamnya lebih lengkap, yaitu seperti unsur informasi, ilmupengetahuan, dan yang dominan unsure hiburan yang kreatif (fachrudin,2012:314). Kami ingin mengangkat salah satu kesenian tradisional yangmulai terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anak muda khususnyaadalah kesenian wayang. Wayang selama ini kita kenal sebagai kekayaanbudaya jawa. Wayang telah menjadi etos dan pandangan hidup masyarakatjawa. Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa. Bagi masyarakat Jawa,wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayangbukan hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai mediakomunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Wayang telahmenjadi asset kebudayaan nasional, maka kewajiban itu berarti terletak dipundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah masyarakat Jawakhususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaanbudayanya yang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini.Berbicara tentang eksistensi keberadaan wayang di tengah-tengahmasyarakat. Wayang atau dunia pewayangan pastilah akan lenyapmanakala masyarakat sudah tidak menyukainya lagi. Dan kesukaan ataukegemaran masyarakat itu pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Olehkarena itu yang paling penting dalam upaya pelestarian wayang adalahmengusahakan agar masyarakat tetap menyenangi dan mencintai wayang.Upaya strategis untuk melestarikan eksistensi wayang yang paling menarikminat para pemuda dan anak-anak untuk menyenangi dan mencintaiwayang. Dalam hubungan ini kita perlu ingat pada pepatah lama: “ Takkenal maka tak sayang” atau ungkapan Jawa dengan makna yang sama,yakni : Witing trisna jalaran saka kulina. Jadi, sejak kecil mereka harusdibiasakan untuk mengenal ( menonton ) wayang. Ini berarti frekuensipertunjukkan wayang perlu digalakkan atau dipersering.Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitungsedikit terutama generasi muda. Salah satunya komunitas koboy(komplotan bocah wayang) yang berpusat di Sobokartti yang melakukankegiatan pelestarian dan pengenalan wayang dengan pelatihan dalang bagianak maupun remaja dan proses pembuatan wayang dengan berbagaimedium. Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibatdalam kegiatan pewayangan namun kegiatan yang mereka lakukan denganmengenalkan wayang melalui workshop ke sekolah-sekolah atau tempattempatumum, sudah menjadi salah satu cara pelestarian terhadap wayang.Meski hanya workshop, setidaknya kegiatan itu mampu memberi pesanuntuk mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepada anak-anak danorang tua, apabila kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukanmerupakan kegagalan para koboy, yang terpenting adalah masyarakat yangterutama anak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai peninggalankebudayaan yang sangat bernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperandalam melestarikan wayang meski tidak mampu meneruskan kebudayaansebagai pelaku, setidaknya koboy dapat meneruskan tongkat estafetkepada generasi muda, yang seharusnya tongkat estafet tersebut dibawaoleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jamansekarang banyak yang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentangpewayangan, maka para orang tua sendiri tidak mampu berperan untukmengenalkan wayang kepada anak-anaknya didalam sistem pelestariankebudayaan wayang saat ini.1.2. PermasalahanMaka kami selaku para jurnalis melihat adanya persoalan mengenaiwayang yang tersisihkan, dengan ini kami ingin mengangkat tema iniuntuk menumbuhkan kembali rasa bangga kepada budaya kesenianwayang melalui news feature yang dikemas dalam video documenter.1.3. TujuanProduk Jurnalistik yang akan kami produksi dalam bentuk videodokunmenter dengan mengambil contoh kongkrit Koboy (KomunitasBocah Wayang), yang bertujuan untuk menginformasikan kepada targetaudiens bahwa masih ada anak muda yang masih peduli dan mencintaiwayang, mereka mempunyai upaya untuk melestarikan seni budayawayang, dan dengan melalui news feature ini supaya bisa menumbuhkankembali rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap budaya kesenianwayang.1.4. Kerangka Pemikiran1. Jurnalistik dalam DokumenterJurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari,mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwayang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segalakebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifatpendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.(Suhandang, 2004:21).Pengertian lain menyebutkan bahwa Good Journalism adalah kegiatan danproduk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis.Berbagai gambaran informasi dan krisis yang terjadi dan disampaikan mestimenjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian terjadi, media mampumemberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Fakta-fakta,penjelasan dan ruang diskusi yang menolong banyak orang terhadap sesuatuyang tak terduga kejadiannya. Downie dan Kaiser (dalam Santana, 2005:4).Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft newsyang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secaramenarik (Morrison, 2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satudari sekian media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburan untuk kahalayak atau cakupanmassa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukan kepada khalayakdan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secara massiveyaitu televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yangtidak terpisahkan dengan masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk didalamnya adalah remaja yang sangat akrab dengan televisi. Menurut Vivian(2008:16) televisi merupakan salah satu media yang tidak menuntutaudiensnya untuk terlalu aktif , bahkan cukup pasif saja (cool media). Mediaseperti televisi, radio dan film yang diputar pada televisi merupakan jenisjenismedia yang masuk kedalam kategori itu.Dalam televisi, pemirsa tidak membutuhkan usaha intelektual apapun untukmenikmati sebagian besar acara. Selain itu, televisi menjadi media yang cukupstrategis untuk menayangkan produk jurnalistik seperti video dokumenter,karena hampir seluruh kalangan bisa mengakses media ini. Beberapa stasiuntelevisi baik berskala lokal maupun nasional sendiri juga telah memiliki jenisprogram dokumenter. Sehingga dengan tayangnya video dokumenter ini ditelevisi diharapkan semua pemirsa, khususnya yang berusia antara 15-35tahun sebagai target audiens utama karena dalam masa-masa usia tersebutaudiens dapat mencerna makna dengan baik dari sebuah informasi yangdikemas dalam bentuk audio-visual ini.2. Gaya Bertutur dan Strukur DokumenterAda banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter. Dalambeberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang membedakan adalahspesifikasinya. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertuturitu, antara lain: laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan,kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, associationpicture story, buku harian, dan dokudrama.Dalam pembuatan dokumenter ini, kami para jurnalis memilih menggunakangaya rekonstruksi. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan atau bagian –bagianperistiwa masalampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksiberdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa,latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnyamenjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut. Konsep penuturanrekonstruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatic tetapi lebihterkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa (Ayawaila, 2008:40-43).Selain itu terdapat pula tiga cara umum berkaitan dengan stuktur penuturandokumenter, yakni secara kronologis, tematis, dan dialektik. Berkaitan denganpembuatan dokumenter televisi Koboy, kami para jurnalis menggunakanstruktur penuturan tematis dimana cerita dipecah kedalam beberapa kelompoktema yang menempatkan sebab dan akibat digabungkan kedalam tiap sekuens.Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuahobjek lokasi yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya.Seperti halnya Perkumpulan Koboy dimana merupakan sebagai tempatberkumpulnya para para pencinta atau penggiat kesenian wayang dikalangananak muda dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, yang berpusat diSobokartti.1.5. Signifikansi1. Signifikansi Praktis- Bagi media TV lokal yang menayangkan, video dokumenter ini bisamenjadi salah satu tayangan yang mendidik bagi masyarakat luas.- Video ini menjadi salah satu acuan bagi pelaku dokumenter baik yangsudah maupun baru akan memulai praktek dokumenter. Dokumenterini juga menjadi media komunikasi baru selain media-media yangtelah ada, seperti televisi, radio, surat kabar, internet dan lain-lain.2. Signifikansi Akademis- Laporan ini dibuat dalam bentuk video dokumenter, merupakan salahsatu dari aplikasi matakuliah konsentrasi jurnalistik dalam bidangjurnalistik televisi. Video dokumenter ini menjadi salah satu kontribusijurnalistik dalam betuk audio visual.- Agar tidak hanya melihat berita-berita hangat saja, tapi melihat sesuatujuga harus dapat mengedukasi ketika dibagikan.3. Signifikansi SosialVideo documenter ini akan dikemas semenarik mungkin agar dapat mudahditerima oleh permirsa/ masyarakat yang menonton, dan mengajakmasyarakat agar bisa lebih menyukai menonton tayangan videodocumenter, serta tertarik untuk menonton video documenter-documenterlainnya.1.6. Format sajian dan Konsep FilmFormat sajian yang digunakan dalam project ini adalah video Dokumenter.Dengan durasi 20 – 24 menit. Rencana akan ditayangkan di Cakra Tv Semarangdalam acara „Sluman-Slumun‟. Video dokumenter ini dibagi menjadi 3 segment,yaitu : Segment 1 : menyajikan sebuah permasalahan yang terjadi, karena jarakgenerasi muda dengan kesenian wayang sangat jauh, maka itu persoalanyang harus dipecahkan. Segment 2 : menyajikan sebuah komunitas koboy yang berusaha menjadipemecah permasalahan itu dengan berperan sebagai penyalur tongkatesatafet tersebut, agar kesenian wayang bisa sampai ke generasi muda. Segment 3 : menyajikan solusi-solusi yang ditawarkan oleh narasumber..1.7. Personel dan Job DescriptionKarya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalamsebuah sistem kerja yang dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yangindependen dalam laporan yang disusun. Personil dan Job descriptiontersebut sebagai berikut :1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042) Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan Lobi Narasumber Penanggung jawab anggaran untuk produksi2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129) Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber,riset stockshoot kota semarang, melakukan pengambilan gambarwawancara, melakukan pengambilan gambar saat kegiatan objekdokumenter, memindahkan file untuk editor. Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio.3. Yuniawan Eko (D2C009136) Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalammengarahkan suatu proses produksi acara radio atau televisi. Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput ataupencari berita, menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu eventatau peristiwa atau kejadian pada media radio tau televisi.1.8. Time ScheduleNOPROSES LANGKAH09/2013 10/2013 11/2013 12/20131 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 PraProduksi Riset danpembuatanproposalFilter proposalPembuatankonsep visualMembuatshooting scriptdan daftarinterviewPengajuanproposal keCakra TVDeal denganCakra TV2 Produksi Pengambilanstock shotsPengambilangambarPengambilangambarwawancaranarasumber3 PaskaproduksiEditing & mixingLaporan karyabidangFinal ReleasePENUTUPPertama-tama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah news feature yaituriset objek yang akan anda angkat secara dalam, riset juga lokasi dan narasumberyang ingin dimunculkan, dan pilihlah dengan alasan yang tepat. Semisal dalampemilihan narasumber, pertimbangkan latar belakang objek, apakah objek yangakan diambil sebagai narasumber mempunyai kapasitas dalam tema dan judulyang akan diangkat atau tidak. Untuk. Penentuan lokasi untuk stockshoot danwawancara narasumber harus diperhatikan, dan jangan lupakan nilai etika danestetika.Kesimpulan4.1. Kesimpulan1. Jurnalis sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara,video dokumenter ini menampilkan sebuah komunitas komplotanbocah wayang atau koboy yaitu sekumpulan anak muda yang cintadengan wayang. Koboy sendiri mempunyai visi misi menumbuhkanrasa cinta dan bangga kepada anak muda dengan melakukan kegiatanmengenalkan wayang ke sekolah-sekolah. Hal ini sangat menarik danpatut mendapatkan apresiasi yang tinggi.2. Terdapat beberapa tanggung jawab jurnalis sebagai Camera Personterutama pada saat persiapan produksi dan saat produksi berlangsung,yaitu: meninjau lokasi tempat pengambilan pada saat produksiberlangsung, menentukan dimana akan dilakukan wawancara,mempersiapkan kelengkapan alat yang akan digunakan, danmengambil beberapa stok gambar, baik dalam bentuk foto maupunvideo untuk kepentingan dokumentasi produksi. Stok gambar tersebutberfungsi untuk memberi gambaran awal pada saat produksi danmembantu pembuatan shoting script yang dilakukan sutradara besertapenulis naskah.3. Pendalaman tokoh narasumber dan objek yang akan diangkat menjadiperhatian khusus, karena dengan memiliki kedekatan yang lebih intim,tidak lupa juga riset objek yang akan diangkat dan stockshoot kotasemarang untuk memudahkan dalam menentukan angle saat prosespengambilan gambar.4. Jurnalis sebagai Camera Person sekaligus editor ikut membantusutradara melakukan proses pemilihan data. Serta Proses lainnyaadalahpemindahan data hasil gambar dari MMC ke Komputer PC dan lalu dihubungkan ke perangkat komputer editing dengan software tertentu.Software yang di pakai untuk transfer data adalah Adobe Premiere ProCS 5.5. Editor melakukan pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskaheditor yang dibuat oleh sutradara, selain itu editor memberi beberapaefek agar menjadi satu kesatuan. Visual effects yang digunakandokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu Audio Transitions,Video Effects, VideoTransitions. Selain itu editor menambahkan titleyang dilakuakan untuk memperjelas video.6. Alat yang digunakan oleh jurnalis Camera person dalam pengambilangambar adalah DSLR. Dokumentaris menggunkaan kamera DSLRkarena fitur DSRL sangat memudahkan kami untuk mendapatkan hasilyang dibutuhkan televisi. Agar lebih mendalami pembuatan newsfeature ini, riset secara mendalam sangat perlu dilakukan agar sudutpandang/Angle news feature yang dikerjakan nanti memiliki kualitasyang dibutuhkan industri televisi.7. Pengetahuan tentang kamera, jenis lensa dan kegunaanya sangatmutlak bagi seorang juru kamera, sehingga jika terdapat kendaladilapangan khususnya pencahayaan, tidak menjadi hambatan ketikamemasuki proses editing.8. Penggunaan SOP dalam sebuah stasiun Tv sangat penting di berikankepada mahasiswa yang akan membuat karya bidang, karena ini akanberkaitan dengan produk yang akan dibuat oleh mahasiswa tersebut.Informasi tentang “apakah munculnya running text mengganggugrafis, tittle dalam karya tersebut. Pemotongan adegan, gambar ataustatement dan lain sebagainya. Pada proses ini jurnalis, melakukankesalahan perhitungan lebar running text. Pada saat editing grafis/tittleyang telah dibuat oleh editor tertutupi oleh keberadaan running texttersebut. Sehingga bisa membuat informasi yang disampaikan tidaksampai.Daftar PustakaBukuVivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik. Bandung:Nuansa.Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi.Jakarta: FFTV -IKJ PRESS.Ernanto. 2c005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Y0gyakarta: M humAndi fachrudin. 2012. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Jakarta:Kencana Prenada Media GroupMorisson. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi MengelolaRadio dan Televisi. Jakarta : Kencana.Santana, Setiawan K. ( 2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.Internethttp://sobokartti.wordpress.com/ (diakses tanggal 5 September 2013)http://www.shnews.co/detile-26402-kutang-antakusuma-vs-%E2%80%9Ctank-top%E2%80%9D.html (diakses tanggal 16 oktober2013)
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.