slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv | Trianggoro | Interaksi Online skip to main content

Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv


Citation Format:
Abstract

Produksi Program Kebudayaan “Koboy Melukis Pusaka Jawa” Pada
Program Acara Sluman Slumun Semarangan di Cakra Semarang Tv
ABSTRAK
Video dokumenter merupakan salah satu produk jurnalistik dalam
bentuk audio visual. Terdapat tim yang bekerja dari pra hingga pasca produksi
untuk pembuatannya, dokumentaris dalam hal ini menjabat posisi sebagai
cameraperson dan merangkap sebagai editor. Pemilihan posisi tersebut
merupakan kemauan dan kemampuan jurnalis dalam menjalankan proyek
dokumenter ini. Dokumentaris berkerja sesuai dengan naskah sekenario yang di
buat oleh sutradara. Dokumenter Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)
yang berjudul “Koboy Melukis Pusaka Jawa” menampilkan sekumpulan anak
muda yang gemar mengikuti kegiatan pewayangan di Sobokartti. Anak-anak
muda ini bersepakat untuk menggelorakan semangat cinta wayang pada
masyarakat Semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat terhadap dunia
pewayangan. Namun sayangnya tidak banyak generasi muda yang tertarik kepada
wayang kulit. Wayang kulit selama ini identik dengan generasi lama atau orang
tua, kuno, serta kolot untuk anak muda saat ini, karena bahasa pengantarnya
bahasa Jawa yang tidak populer lagi di kalangan generasi muda. Untuk menarik
minat generasi muda pada wayang sebagai kesenian tradisional, akhirnya mereka
berdua berusaha memberikan inovasi terhadap pewayangan dengan sentuhan
kreatif yaitu dengan membuat sebuah wayang kreasi baru, yaitu dengan
menggunakan fiber, tekson, kardus, serta e-wayang yang bisa diaplikasikan
menjadi komik, poster, video animasi, dan yang bersentuhan dengan bidang
digital teknologi agar bisa lebih mendekatkan dan menarik minat anak muda
sekarang.
Mereka sangat totalitas dalam menggelorakan semangat cinta
wayang pada masyarakat semarang dan menghimpun siapa saja yang berminat
terhadap dunia pewayangan, tergambar pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh Koboy. Dari sekolah ke sekolah mereka bawa tongkat estafet budaya wayang
yang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengenalkan kembali ke anak-anak
muda saat ini, Koboy menjembatani dengan ketulusan mereka, ketekunan serta
semangat dan upaya-upaya agar anak muda semakin mengenal dan bangga serta
dapat ikut menjaga kelestarian seni tradisional wayang dalam wadah komunitas
Komplotan Bocah Wayang atau Koboy. Melalui Koboy, diharapkan wayang bisa
lebih dekat dengan masyarakat khususnya anak muda.
Alat yang digunakan oleh jurnalis cameraperson dalam
pengambilan gambar adalah DSLR. Jurnalis menggunkaan kamera DSLR karena
penggunaannya di Semarang TV sudah memiliki standart HD dalam setiap
progamnya, tentunya aspek itu perlu di perhatikan. Proses editing dilakukan
berdasarkan naskah editing yang dibuat oleh sutradara. Editor melakukan
pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah editing yang dibuat oleh
sutradara, selain itu editor memberi beberapa efek untuk menambah estetika.
Visual effects yang digunakan dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu
Audio Transitions, Video Effects, VideoTransitions. Dalam proses editing jurnalis
menggunakan aplikasi Adobe Premier CS 5
Kata kunci: jurnalis, camera person, Editor, Wayang, Koboy.
ABSTRACT
Video documentary is one of audio-visual journalism product .
There is a team working from pre to post-production to production, documentary
in this case serves as a cameraperson and a concurrent position as editor . The
selection of these positions is the willingness and ability of journalists to carry out
this documentary project . Documentary work in accordance with the scenario
script made by the director . Komunitas Komplotan Bocah Wayang (Koboy)
entitled “Koboy Draws Java‟s Heritage” featuring a bunch of young people who
love to take part in Sobokartti puppet . They are agreed to foster a spirit of love
puppets in Semarang and gather people who are interested in the puppet world .
But unfortunately not many young people are attracted to the shadow play .
Wayang kulit is synonymous with the old generation or the old , ancient , and oldfashioned
for today's youth , because language introduction to the Java language
is no longer popular among the younger generation . To attract young people to
the puppet as traditional art , finally they both tried to deliver innovation to the
puppet with a creative touch to create a new puppet creations , using fiber , tekson
, cardboard , as well as e - puppets that can be applied into comics , posters , video
animation , and is in contact with the field of digital technology in order to get
closer and attract young people today .
They are very total in spreading spirit of love puppets in Semarang
and raise public who are interested in the puppet world , reflected in the activities
undertaken by Koboy . From school to school they carry the baton puppet culture
inherited by the ancestors to introduce back to young kids today, Koboy bridge
with their sincerity , passion and perseverance as well as efforts to bring more
young people to know and be proud of and care for preservation of traditional art
puppets Komplotan Bocah Wayang or Koboy gang. Through Koboy , puppet is
expected to be closer to the public, especially young people .
The tools used by the camera person is DSLR camera. Journalists
use DSLR cameras because of the standart in TV program. The process of editing
script created by the director . Editor cuts in each image according to the script,
and also gives some effect to add to the aesthetics . Visual effects are used
documentary is divided into 3 parts : Audio Transitions , Video Effects ,
VideoTransitions . In documentary, journalists using Adobe Premier CS 5 for
editing.
Keywords : Reporter , Camera Person , Editor , Puppet , Koboy .
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media massa
cetak maupun elektronik, karena publikasi di media massa adalah salah
satu syarat utama agar sebuah produk tersebut dapat dikatakan sebagai
produk jurnalistik. Media massa elektronik salah satunya televisi
merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi
secara cepat dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalam
waktu bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditampilkan telah
mampu menarik minat pemirsanya , dan mampu membius pemirsanya
untuk selalu menyaksikan berbagai tayangan yang disiarkan televisi.
Terlebih lagi TV merupakan media yang menyuguhkan tampilan melalui
bentuk audio visual (suara dan gambar) sehingga tentunya membuat
masyarakat lebih tertarik kepada televisi daripada media massa lainnya.
Banyaknya audien televisi mejadikannya sebagai medium dengan efek
yang besar terhadap orang, kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang
televisi adalah media massa dominan (Vivian, 2008:225).
Televisi menjadi media komunikasi massa yang tidak terpisahkan
dengan masyarakat. Tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga
media hiburan dan edukasi bagi masyarakat. Masyarakat dari segala usia
menjadi sangat akrab dengan TV. Banyaknya audien televisi
mejadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang,
kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah media massa
dominan (Vivian, 2008:225). Berbicara tentang televisi akan membawa
pada program-program yang ditayangkan di dalamnya, ada komedi situasi,
berita, reality show, kuis, permainan dan salah satunya dokumenter.
Dokumenter sebagai salah satu produk jurnalistik menjadi suatu program
yang penting untuk tayang pada suatu stasiun televisi. Dokumenter sebagai
salah satu produk jurnalistik memiliki konten lengkap untuk dikonsumsi.
Dokumenter mampu memberikan informasi, pendidikan, sekaligus hiburan
secara mendalam terhadap suatu objek untuk audien.
Beberapa jenis dan bentuk pengembangan documenter televisi
meliputi expository documenter (penutur tunggal narrator), documenter
drama, news feature, reality show dan investigasi. Kami sebagai jurnalis
ingin mebuat sebuah produk jurnalistik dalam bentuk news feature dengan
format documenter yang nantinya akan di publikasikan melalui media
televise. Alasan menggunakan format documenter karena konten
didalamnya lebih lengkap, yaitu seperti unsur informasi, ilmu
pengetahuan, dan yang dominan unsure hiburan yang kreatif (fachrudin,
2012:314). Kami ingin mengangkat salah satu kesenian tradisional yang
mulai terpinggirkan bahkan mulai ditinggalkan oleh anak muda khususnya
adalah kesenian wayang. Wayang selama ini kita kenal sebagai kekayaan
budaya jawa. Wayang telah menjadi etos dan pandangan hidup masyarakat
jawa. Bahkan wayang menjadi esensi budaya jawa. Bagi masyarakat Jawa,
wayang tidaklah hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan.Wayang
bukan hanya sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media
komunikasi, media penyuluhan dan media pendidikan. Wayang telah
menjadi asset kebudayaan nasional, maka kewajiban itu berarti terletak di
pundak masyarakat Indonesia seluruhnya.Tetapi tentulah masyarakat Jawa
khususnya yang harus merasa lebih terpanggil untuk nguri-uri kekayaan
budayanya yang indah dan sarat nilai-nilai budaya yang adiluhung ini.
Berbicara tentang eksistensi keberadaan wayang di tengah-tengah
masyarakat. Wayang atau dunia pewayangan pastilah akan lenyap
manakala masyarakat sudah tidak menyukainya lagi. Dan kesukaan atau
kegemaran masyarakat itu pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu yang paling penting dalam upaya pelestarian wayang adalah
mengusahakan agar masyarakat tetap menyenangi dan mencintai wayang.
Upaya strategis untuk melestarikan eksistensi wayang yang paling menarik
minat para pemuda dan anak-anak untuk menyenangi dan mencintai
wayang. Dalam hubungan ini kita perlu ingat pada pepatah lama: “ Tak
kenal maka tak sayang” atau ungkapan Jawa dengan makna yang sama,
yakni : Witing trisna jalaran saka kulina. Jadi, sejak kecil mereka harus
dibiasakan untuk mengenal ( menonton ) wayang. Ini berarti frekuensi
pertunjukkan wayang perlu digalakkan atau dipersering.
Berbicara mengenai upaya pelestarian wayang masih terhitung
sedikit terutama generasi muda. Salah satunya komunitas koboy
(komplotan bocah wayang) yang berpusat di Sobokartti yang melakukan
kegiatan pelestarian dan pengenalan wayang dengan pelatihan dalang bagi
anak maupun remaja dan proses pembuatan wayang dengan berbagai
medium. Meskipun mereka bukan pelaku seni atau orang yang terlibat
dalam kegiatan pewayangan namun kegiatan yang mereka lakukan dengan
mengenalkan wayang melalui workshop ke sekolah-sekolah atau tempattempat
umum, sudah menjadi salah satu cara pelestarian terhadap wayang.
Meski hanya workshop, setidaknya kegiatan itu mampu memberi pesan
untuk mengenalkan tentang wayang terlebih dahulu kepada anak-anak dan
orang tua, apabila kedepannya wayang tetap tidak diminatipun itu bukan
merupakan kegagalan para koboy, yang terpenting adalah masyarakat yang
terutama anak-anak mengetahui bahwa kita mempunyai peninggalan
kebudayaan yang sangat bernilai yaitu wayang. Koboy sangat berperan
dalam melestarikan wayang meski tidak mampu meneruskan kebudayaan
sebagai pelaku, setidaknya koboy dapat meneruskan tongkat estafet
kepada generasi muda, yang seharusnya tongkat estafet tersebut dibawa
oleh orangtua untuk anak-anaknya namun terbentur orang tua jaman
sekarang banyak yang tidak peduli atau malah tidak mengenal tentang
pewayangan, maka para orang tua sendiri tidak mampu berperan untuk
mengenalkan wayang kepada anak-anaknya didalam sistem pelestarian
kebudayaan wayang saat ini.
1.2. Permasalahan
Maka kami selaku para jurnalis melihat adanya persoalan mengenai
wayang yang tersisihkan, dengan ini kami ingin mengangkat tema ini
untuk menumbuhkan kembali rasa bangga kepada budaya kesenian
wayang melalui news feature yang dikemas dalam video documenter.
1.3. Tujuan
Produk Jurnalistik yang akan kami produksi dalam bentuk video
dokunmenter dengan mengambil contoh kongkrit Koboy (Komunitas
Bocah Wayang), yang bertujuan untuk menginformasikan kepada target
audiens bahwa masih ada anak muda yang masih peduli dan mencintai
wayang, mereka mempunyai upaya untuk melestarikan seni budaya
wayang, dan dengan melalui news feature ini supaya bisa menumbuhkan
kembali rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap budaya kesenian
wayang.
1.4. Kerangka Pemikiran
1. Jurnalistik dalam Dokumenter
Jurnalistik didefinisikan sebagai seni dan ketrampilan mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa
yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat
pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.
(Suhandang, 2004:21).
Pengertian lain menyebutkan bahwa Good Journalism adalah kegiatan dan
produk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis.
Berbagai gambaran informasi dan krisis yang terjadi dan disampaikan mesti
menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian terjadi, media mampu
memberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Fakta-fakta,
penjelasan dan ruang diskusi yang menolong banyak orang terhadap sesuatu
yang tak terduga kejadiannya. Downie dan Kaiser (dalam Santana, 2005:4).
Video dokumenter merupakan sebuah produk jurnalistik berbentuk soft news
yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan secara
menarik (Morrison, 2008:211). Sehingga dokumenter pun menjadi salah satu
dari sekian media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,
pendidikan, pengaruh dan sekaligus hiburan untuk kahalayak atau cakupan
massa. Video dokumenter dapat diputar dan dipertunjukan kepada khalayak
dan target audience melalui ruang-ruang komunitas maupun secara massive
yaitu televisi. Televisi sendiri telah menjadi media komunikasi massa yang
tidak terpisahkan dengan masyarakat. Masyarakat dari segala usia termasuk di
dalamnya adalah remaja yang sangat akrab dengan televisi. Menurut Vivian
(2008:16) televisi merupakan salah satu media yang tidak menuntut
audiensnya untuk terlalu aktif , bahkan cukup pasif saja (cool media). Media
seperti televisi, radio dan film yang diputar pada televisi merupakan jenisjenis
media yang masuk kedalam kategori itu.
Dalam televisi, pemirsa tidak membutuhkan usaha intelektual apapun untuk
menikmati sebagian besar acara. Selain itu, televisi menjadi media yang cukup
strategis untuk menayangkan produk jurnalistik seperti video dokumenter,
karena hampir seluruh kalangan bisa mengakses media ini. Beberapa stasiun
televisi baik berskala lokal maupun nasional sendiri juga telah memiliki jenis
program dokumenter. Sehingga dengan tayangnya video dokumenter ini di
televisi diharapkan semua pemirsa, khususnya yang berusia antara 15-35
tahun sebagai target audiens utama karena dalam masa-masa usia tersebut
audiens dapat mencerna makna dengan baik dari sebuah informasi yang
dikemas dalam bentuk audio-visual ini.
2. Gaya Bertutur dan Strukur Dokumenter
Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter. Dalam
beberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang membedakan adalah
spesifikasinya. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertutur
itu, antara lain: laporan perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan,
kontradiksi, ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, association
picture story, buku harian, dan dokudrama.
Dalam pembuatan dokumenter ini, kami para jurnalis memilih menggunakan
gaya rekonstruksi. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan atau bagian –bagian
peristiwa masalampau maupun masa kini disusun atau direkonstruksi
berdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi suatu peristiwa,
latarbelakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan masyarakatnya
menjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut. Konsep penuturan
rekonstruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatic tetapi lebih
terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa (Ayawaila, 2008:
40-43).
Selain itu terdapat pula tiga cara umum berkaitan dengan stuktur penuturan
dokumenter, yakni secara kronologis, tematis, dan dialektik. Berkaitan dengan
pembuatan dokumenter televisi Koboy, kami para jurnalis menggunakan
struktur penuturan tematis dimana cerita dipecah kedalam beberapa kelompok
tema yang menempatkan sebab dan akibat digabungkan kedalam tiap sekuens.
Struktur penuturan ini biasanya digunakan apabila fokus cerita adalah sebuah
objek lokasi yang merupakan tempat sejumlah orang melakukan aktivitasnya.
Seperti halnya Perkumpulan Koboy dimana merupakan sebagai tempat
berkumpulnya para para pencinta atau penggiat kesenian wayang dikalangan
anak muda dalam melakukan kegiatan-kegiatannya, yang berpusat di
Sobokartti.
1.5. Signifikansi
1. Signifikansi Praktis
- Bagi media TV lokal yang menayangkan, video dokumenter ini bisa
menjadi salah satu tayangan yang mendidik bagi masyarakat luas.
- Video ini menjadi salah satu acuan bagi pelaku dokumenter baik yang
sudah maupun baru akan memulai praktek dokumenter. Dokumenter
ini juga menjadi media komunikasi baru selain media-media yang
telah ada, seperti televisi, radio, surat kabar, internet dan lain-lain.
2. Signifikansi Akademis
- Laporan ini dibuat dalam bentuk video dokumenter, merupakan salah
satu dari aplikasi matakuliah konsentrasi jurnalistik dalam bidang
jurnalistik televisi. Video dokumenter ini menjadi salah satu kontribusi
jurnalistik dalam betuk audio visual.
- Agar tidak hanya melihat berita-berita hangat saja, tapi melihat sesuatu
juga harus dapat mengedukasi ketika dibagikan.
3. Signifikansi Sosial
Video documenter ini akan dikemas semenarik mungkin agar dapat mudah
diterima oleh permirsa/ masyarakat yang menonton, dan mengajak
masyarakat agar bisa lebih menyukai menonton tayangan video
documenter, serta tertarik untuk menonton video documenter-documenter
lainnya.
1.6. Format sajian dan Konsep Film
Format sajian yang digunakan dalam project ini adalah video Dokumenter.
Dengan durasi 20 – 24 menit. Rencana akan ditayangkan di Cakra Tv Semarang
dalam acara „Sluman-Slumun‟. Video dokumenter ini dibagi menjadi 3 segment,
yaitu :
 Segment 1 : menyajikan sebuah permasalahan yang terjadi, karena jarak
generasi muda dengan kesenian wayang sangat jauh, maka itu persoalan
yang harus dipecahkan.
 Segment 2 : menyajikan sebuah komunitas koboy yang berusaha menjadi
pemecah permasalahan itu dengan berperan sebagai penyalur tongkat
esatafet tersebut, agar kesenian wayang bisa sampai ke generasi muda.
 Segment 3 : menyajikan solusi-solusi yang ditawarkan oleh narasumber..
1.7. Personel dan Job Description
Karya bidang ini dibuat oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa dalam
sebuah sistem kerja yang dirancang sedemikian rupa untuk penilaian yang
independen dalam laporan yang disusun. Personil dan Job description
tersebut sebagai berikut :
1. Rizka Putra Dinanti (D2C607042)
 Producer : Penanggung jawab dalam suatu produksi acara
 Lobi dengan pihak stasiun televisi untuk penayangan
 Lobi Narasumber
 Penanggung jawab anggaran untuk produksi
2. Wisnuadi Trianggoro (D2C009129)
 Juru Kamera (cameraman) : melakukan riset lokasi riset narasumber,
riset stockshoot kota semarang, melakukan pengambilan gambar
wawancara, melakukan pengambilan gambar saat kegiatan objek
dokumenter, memindahkan file untuk editor.
 Editor : bertugas memilih dan menyambung gambar atau siaran audio.
3. Yuniawan Eko (D2C009136)
 Program Director/Sutradara : Orang yang bertanggung jawab dalam
mengarahkan suatu proses produksi acara radio atau televisi.
 Penulis Naskah/Reporter : Orang yang berprofesi sebagai peliput atau
pencari berita, menulis naskah atau melaporkan (to report) suatu event
atau peristiwa atau kejadian pada media radio tau televisi.
1.8. Time Schedule
NO
PROSES LANGKAH
09/2013 10/2013 11/2013 12/2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra
Produksi Riset dan
pembuatan
proposal
Filter proposal
Pembuatan
konsep visual
Membuat
shooting script
dan daftar
interview
Pengajuan
proposal ke
Cakra TV
Deal dengan
Cakra TV
2 Produksi Pengambilan
stock shots
Pengambilan
gambar
Pengambilan
gambar
wawancara
narasumber
3 Paska
produksi
Editing & mixing
Laporan karya
bidang
Final Release
PENUTUP
Pertama-tama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah news feature yaitu
riset objek yang akan anda angkat secara dalam, riset juga lokasi dan narasumber
yang ingin dimunculkan, dan pilihlah dengan alasan yang tepat. Semisal dalam
pemilihan narasumber, pertimbangkan latar belakang objek, apakah objek yang
akan diambil sebagai narasumber mempunyai kapasitas dalam tema dan judul
yang akan diangkat atau tidak. Untuk. Penentuan lokasi untuk stockshoot dan
wawancara narasumber harus diperhatikan, dan jangan lupakan nilai etika dan
estetika.
Kesimpulan
4.1. Kesimpulan
1. Jurnalis sesuai dengan naskah sekenario yang di buat oleh sutradara,
video dokumenter ini menampilkan sebuah komunitas komplotan
bocah wayang atau koboy yaitu sekumpulan anak muda yang cinta
dengan wayang. Koboy sendiri mempunyai visi misi menumbuhkan
rasa cinta dan bangga kepada anak muda dengan melakukan kegiatan
mengenalkan wayang ke sekolah-sekolah. Hal ini sangat menarik dan
patut mendapatkan apresiasi yang tinggi.
2. Terdapat beberapa tanggung jawab jurnalis sebagai Camera Person
terutama pada saat persiapan produksi dan saat produksi berlangsung,
yaitu: meninjau lokasi tempat pengambilan pada saat produksi
berlangsung, menentukan dimana akan dilakukan wawancara,
mempersiapkan kelengkapan alat yang akan digunakan, dan
mengambil beberapa stok gambar, baik dalam bentuk foto maupun
video untuk kepentingan dokumentasi produksi. Stok gambar tersebut
berfungsi untuk memberi gambaran awal pada saat produksi dan
membantu pembuatan shoting script yang dilakukan sutradara beserta
penulis naskah.
3. Pendalaman tokoh narasumber dan objek yang akan diangkat menjadi
perhatian khusus, karena dengan memiliki kedekatan yang lebih intim,
tidak lupa juga riset objek yang akan diangkat dan stockshoot kota
semarang untuk memudahkan dalam menentukan angle saat proses
pengambilan gambar.
4. Jurnalis sebagai Camera Person sekaligus editor ikut membantu
sutradara melakukan proses pemilihan data. Serta Proses lainnyaadalah
pemindahan data hasil gambar dari MMC ke Komputer PC dan lalu di
hubungkan ke perangkat komputer editing dengan software tertentu.
Software yang di pakai untuk transfer data adalah Adobe Premiere Pro
CS 5.
5. Editor melakukan pemotongan di setiap gambar sesuai dengan naskah
editor yang dibuat oleh sutradara, selain itu editor memberi beberapa
efek agar menjadi satu kesatuan. Visual effects yang digunakan
dokumentaris dibagi menjadi 3 antara lain yaitu Audio Transitions,
Video Effects, VideoTransitions. Selain itu editor menambahkan title
yang dilakuakan untuk memperjelas video.
6. Alat yang digunakan oleh jurnalis Camera person dalam pengambilan
gambar adalah DSLR. Dokumentaris menggunkaan kamera DSLR
karena fitur DSRL sangat memudahkan kami untuk mendapatkan hasil
yang dibutuhkan televisi. Agar lebih mendalami pembuatan news
feature ini, riset secara mendalam sangat perlu dilakukan agar sudut
pandang/Angle news feature yang dikerjakan nanti memiliki kualitas
yang dibutuhkan industri televisi.
7. Pengetahuan tentang kamera, jenis lensa dan kegunaanya sangat
mutlak bagi seorang juru kamera, sehingga jika terdapat kendala
dilapangan khususnya pencahayaan, tidak menjadi hambatan ketika
memasuki proses editing.
8. Penggunaan SOP dalam sebuah stasiun Tv sangat penting di berikan
kepada mahasiswa yang akan membuat karya bidang, karena ini akan
berkaitan dengan produk yang akan dibuat oleh mahasiswa tersebut.
Informasi tentang “apakah munculnya running text mengganggu
grafis, tittle dalam karya tersebut. Pemotongan adegan, gambar atau
statement dan lain sebagainya. Pada proses ini jurnalis, melakukan
kesalahan perhitungan lebar running text. Pada saat editing grafis/tittle
yang telah dibuat oleh editor tertutupi oleh keberadaan running text
tersebut. Sehingga bisa membuat informasi yang disampaikan tidak
sampai.
Daftar Pustaka
Buku
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.
Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik. Bandung:Nuansa.
Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter dari Ide sampai Produksi.
Jakarta: FFTV -IKJ PRESS.
Ernanto. 2c005. Wawasan Jurnalistik Praktis. Y0gyakarta: M hum
Andi fachrudin. 2012. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Morisson. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola
Radio dan Televisi. Jakarta : Kencana.
Santana, Setiawan K. ( 2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Internet
http://sobokartti.wordpress.com/ (diakses tanggal 5 September 2013)
http://www.shnews.co/detile-26402-kutang-antakusuma-vs-
%E2%80%9Ctank-top%E2%80%9D.html (diakses tanggal 16 oktober
2013)

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.