BibTex Citation Data :
@article{IO4310, author = {Rani Wiranto and Sunarto Sunarto and Muchamad Yulianto}, title = {ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENGENAI UJIAN NASIONAL 2013 DI HARIAN KOMPAS}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENGENAI UJIAN NASIONAL 2013 DI HARIAN KOMPAS Rani Rakhmaputri Wiranto D2C009095 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT National test is held as a way to syncronise education level throughout Indonesia. Nevertheless it is always be a controversy that never end on each year. Many said this year is the worst national test because the test itself didn’t held at same time. This problem had rose many opinion about the importance of national test. Kompas used this as headline. Every media has unique characteristic that differensiate between one and another. this characteristic made every newspaper has different ways to write the news. Kompas chose to focus the news on people opinion about the national test. This research used descriptive methos with framin analysis method which is developed by Robert N Entman. The purpose of this study is to analyse the way Kompas wrire the news and to understand the background why Kompas write the news as the way it was. This research indicate that Kompas was focused to the effect of the delay of national test. It can be seen with impact framing that Kompas used and used human interest and information frame to make analysis. Kompas tried to picture about the mess of management of education in Indonesia as the caused of the national test delay. Every problem that happened in each national test only indicate that ministry of education cannot do their job professionally. Kompas also showed the effect of national test delay on students. Every student that happened the national test delay has their psychological taken the toll. Every stakeholder must realized that every problem happened in national test caused stress to students. Kompas used this method as their vision “amanat hati nurani rakyat”. Key word: national test, Kompas, framing ABSTRAKSI Idealita ujian nasional dilaksanakan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia. Akan tetapi, pelaksanaan ujian nasional sendiri, selalu menuai kontroversi dari tahun ke tahun. Pada tahun ini,ujian nasional dianggap sebagai ujian nasional terburuk dikarenakan tidak serempaknya pelaksanaan ujian nasional di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi berita utama di berbagai media massa dan membuat berbagai opini publik bermunculan mengenai fungsi ujian nasional itu sendiri, terkait masih penting atau tidaknya diadakan ujian nasional pada tahun depan. Kompas, sebagai koran nasional, tentu saja tidak melewatkan berita ini untuk ditampilkan sebagai headline news. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga dengan harian Kompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkan kebijakan redaksi yang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompas memberikan gambaran tersendiri mengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujian nasional diberitakan, nantinya akan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujian nasional itu sendiri. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode análisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembingkaian harian Kompas tentang pemberitaan mengenai pelaksanaan ujian nasional 2013 dan juga memahami latar belakang pembingkaian tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kompas membuat penonjolan terhadap dampakdampak yang terjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi pola bingkai Impact, yang lebih ditonjolkan dalam headline. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujian nasional, Kompas juga menggunakan pola bingkai Human Interest dan Information. Kompas mencoba membentuk kontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi, menunjukkan bahwa sebenarnya manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagai permasalahan yang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidak profesional. Dalam pemberitaannya, Kompas juga tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yang terjadi pada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yang mengalami penundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehingga pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal tersebut juga terkait dengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankan humanitas dan “Amanat Hati Nurani Rakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Key words : ujian nasional, koran Kompas, pola bingkai 1. Pendahuluan Ujian nasional yang diadakan setiap tahun, baik di tingkat SD, SLTP, maupun SLTA bertujuan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Selama ini kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak sama. Kualitas pendidikan di pulau Jawa tidak sama dengan kualitas pendidikan di pulau Papua. Dengan dilaksanakannya ujian nasional, diharapkan dapat diketahui kualitas pendidikan di masing-masing daerah, sehingga pemerintah bisa mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Namun dalam kenyataannya ujian nasional yang dimaksudkan untuk mencapai standar kemampuan siswa, justru memunculkan berbagai persoalan. Dari tahun ke tahun UN (Ujian Nasional) selalu menuai banyak kontroversi. Banyak pihak-pihak yang merasa bahwa ujian nasional tidak perlu dilaksanakan dengan berbagai alasan. Masalah Ujian Nasional (UN) tiap tahun selalu ramai dibicarakan, mulai dari persiapan siswa dengan berbagai bimbingan belajar, orang tua dengan menyiapkan materi untuk mendukung para putranya, pihak sekolah dengan berbagai penganyaan dan uji coba UN, pemerintah dengan memberikan materi pokok UN, masyarakat dengan katentuan / syarat pelulusan yang sangat memberatkan. Selain kebocoran soal, penyelenggaraan UN juga ditandai dengan adanya pecontekan massal yang sangat tidak etis dalam dunia pendidikan, apalagi menyangkut peserta didik yang masih anak-anak. Belum selesai dengan itu semua, persoalan baru muncul ketika Kemendikbud melakukan suatu terobosan untuk memerangi kecurangan UN dengan menciptakan set soal sebanyak peserta di ruang ujian. Terdapat 20 set soal yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang sama, sehingga para siswa tidak dapat melakukan kecurangan karena setiap siswa mengerjakan soal yang berbeda. Namun ternyata terobosan ini menyebabkan permasalahan baru, ketika perusahaan percetakan tidak bisa mendistribusikan soal UN dengan tepat waktu. Pelaksanaan UN 2013 pada jenjang SMA/SMK/MA/SMALB yang direncanakan diadakan secara serentak di Indonesia pada tanggal 15 April mengalami kekacauan dikarenakan terlambatnya distribusi soal di 11 provinsi di Indonesia. Pengumuman penundaan ini pun baru diberitahukan sehari sebelum pelaksanaan UN yaitu pada tanggal 14 April. UN baru akan dilaksanakan di 11 provinsi yang mengalami keterlambatan pada tanggal 18, 19, 22 dan 23 April. Hal ini tentu saja mengundang berbagai komentar dari berbagai pihak, apalagi ini merupakan kejadian pertama dalam penyelenggaraan UN di Indonesia. Tidak hanya permasalahan mengenai keterlambatan soal saja yang mewarnai UN kali ini. Pelaksanaan UN 2013 tingkat SMA/SMK/MA/SMALB di sejumlah daerah juga mengalami kekacauan. Berbagai kesalahan teknis terjadi, sehingga menyebabkan berbagai persoalan. Mulai dari rendahnya kualitas lembar jawaban UN, tertukarnya paket-paket soal, kurangnya naskah soal dan lembar jawaban UN, hingga indikasi kecurangan yang mulai dlaporkan ke posko pengaduan UN ataupun yang diungkapkan melalui media sosial. Kondisi tersebut seolah menyempurnakan amburadulnya pelaksanaan UN pada tahun ini. Oleh sebab itu, tidak heran jika media menjadikan berita ini sebagai berita utama (headline). Ketika pengumuman pengunduran UN pada tingkat SMA ini diumumkan, semua media langsung meliput berita ini dan menjadikannya sebagai headline news. Media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas. Selain itu media massa bukan hanya memberikan informasi dan hiburan, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada khalayak sehingga proses berfikir dan menganalisis sesuatu berkembang dan pada akhirnya membawa pada suatu kerangka berpikir sosial bagi terbentuknya sebuah kebijakan publik yang merupakan implikasi dari proses yang dilakukan elemen-elemen tersebut. Hal ini merupakan bagian bagaimana media merekontruksi realitas sosial di masyarakat. (Tamburaka, 2012 : 84) Dalam kurun waktu selama kurang lebih sebulan, yaitu dari tanggal 13 April hingga 15 Mei, pemberitaan mengenai ujian nasional dibahas dalam ketiga surat kabar yakni Kompas, Suara Merdeka, dan juga Kedaulatan Rakyat. Untuk lebih jelas melihat ragam berita yang dihadirkan oleh Kompas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat mengenai ujian nasional edisi 13 April sampai 15 Mei 2013, disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Perbandingan jumlah ragam berita dalam surat kabar Suara Merdeka, Kompas, dan Kedaulatan Rakyat edisi 13 April – 15 Mei 2013. Ragam Berita Media Suara Merdeka Kompas Kedaulatan Rakyat Headline 7 judul 10 judul 7 judul Artikel 23 judul 24 judul 24 judul Opini 5 judul 8 judul 6 judul Jumlah 35 judul 43 judul 37 judul Pada pemberitaannya, Kompas selama ini mencoba menempatkan dirinya sebagai koran nasional yang obyektif dan independen sehingga cenderung hati-hati dalam memberitakan suatu peristiwa. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga dengan harian Kompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkan kebijakan redaksi yang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompas memberikan gambaran tersendiri mengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujian nasional diberitakan, nantinya akan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujian nasional itu sendiri. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana peneliti akan menggambarkan bingkai pemberitaan yang dilakukan oleh harian Kompas terkait dengan pemberitaan ujian nasional dengan menggunakan metode analisis framing. Analisis framing mencoba menangkap bentuk pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana orientasi sebuah media memperlakukan fakta tertentu. (Nugroho, 1999;8) Subjek penelitian ini adalah pemberitaan pada harian Kompas tentang pelaksanaan ujian nasional 2013 pada periode tanggal 13 April – 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 berita yang dijadikan sebagai headline. Pengumpulan serta analisis data untuk analisis framing ini dilakukan secara langsung dengan mengidentifikasi wacana berita pada harian Kompas mengenai pemberitaan ujian nasional 2013 yang kemudian dianalis dengan menggunakan perangkat framing dari Robert N. Entmant. Entmant menekankan pada empat perangkat framing (Eriyanto, 2004 : 189- 195) yaitu (1) Define Problems; (2) Diagnose Causes; (3) Make Moral Judgement; (4) Treatment Recommendation 3. Hasil Penelitian Dalam tabel dibawah tercantum daftar berita yang telah diteliti. Berita-berita tersebut adalah sebagian berita yang terkait dengan berita mengenai ujian nasional 2013 yang dimuat dalam harian Kompas selama periode 13 April hingga 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 berita yang dijadikan sebagai headline. Tabel 3.1 Hasil Analisis Seleksi Isu 10 Berita N o Berita Define Problem Diagnose Causes Make Moral Judgement Treatment Recommendatio n 1 Ditunda Kamis, UN dibayangi Kebocoran. (15 April 2013) Framing :Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Manajemen pendidikan buruk Kinerja Kemdikbud yang tidak profesional Tidak serentaknya ujian nasional merupakan preseden buruk dalam pendidikan nasional Pemerintah harus berani mengevaluasi apakah UN memang dibutuhkan untuk menentukan kelulusan siswa atau seharusnya dipakai untuk pemetaan pendidikan. 2 Pelaksanaan Ujian Nasional Kacau (16 April 2013) Framing : Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Pelaksanaan UN kacau Distribusi naskah perwilayah terkendala Dapat merusak motivasi dan konsentrasi siswa Berbagai upaya dilakukan untuk mendistribusikan soal ke beberapa daerah. 3 Kami seperti Kelinci Percobaan (16 April 2013) Framing : Pola bingkai Human Interest Penekanan masalah : Siswa SMA seperti kelinci percobaan Karut marutnya penyelanggaraa n ujian nasional tahun ini Pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN agar siswa tidak menjadi korban terus menerus Kemdikbud perlu mengkaji ulang kebijakan pencetakan naskah soal UN 4 Distribusi Soal Belum Tuntas (17 April 2013) Framing : Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Sejumlah daerah belum menerima paket soal Distribusi soal tidak gampang untuk sekolah – sekolah yang Presiden bersama-sama dengan Kemdikbud dan Distribusi soal belum tuntas berada di kepulauan. juga jajaran tertinggi TNI/Polri mencari cara bagaimana agar ujian ini dapat dilakukan dengan terbaik 5 Ujian Nasional Jalan Terus (18 April 2013) Framing : Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Ujian nasional “gelombang kedua” jalan terus. Ketersediaan paket soal masih menjadi persoalan di sejumlah daerah Untuk mengantisipasi agar tidak ada lagi keterlambatan proses percetakan, Kemdikbud memutuskan untuk mengalihkan tugas percetakan dan pengepakan naskah soal UN dari PT Ghalia Indonesia Printing. Hasil UN gelombang kedua akan tetap memiliki bobot dan fungsi yang sama dengan hasil UN di provinsi lainnya 6 Harap harap Cemas Siswa Berkepanjanga n (18 April 2013) Framing : Pola bingkai Human Interest Penekanan masalah : Karut marut pelaksanaan UN mengusik konsentrasi para siswa Para siswa telah mempersiapka n diri secara intensif setahun belakangan ini. Manajemen UN sendiri mencerminkan buruknya kinerja jajaran Kemdikbud Pemerintah harus berani mengevaluasi apakah UN memang dibutuhkan untuk menentukan kelulusan siswa atau seharusnya dipakai untuk pemetaan pendidikan. 7 Investigasi UN Framing : Pola Sejumlah UN gelombang Investigasi di dua Persoalan (19 April 2013) bingkai Impact Penekanan masalah : Distribusi soal belum beres. daerah belum menerima paket soal. kedua masa harus ditunda lagi terhadap kekacauan penyelenggaraan ujian nasional difokuskan di dua persoalan, yakni distribusi soal dan persoalan tender. 8 Keabsahan Ujian Nasional Diragukan (22 April 2013) Framing : Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Keabsahan ujian nasional diragukan oleh banyak pihak. Banyak prosedur standar yang dilanggar. UN kali ini tidak menggambarka n prestasi siswa yang sebenarnya. Pemerintah harus berani bersikap tegas. 9 Ujian Nasional Tetap Jadi Syarat (23 April 2013) Framing : Pola bingkai Impact Penekanan masalah : Hasil UN tetap menjadi syarat masuk PTN Terjadi banyak kekacauan dalam pelaksanaan UN Kekacauan UN kali ini bukan kesalahan siswa, sehingga akan dibicarakan lagi soal pertimbangan nilai UN untuk masuk PTN Siswa harus lulus UN terlebih dahulu untuk bisa diterima di PTN. 10 BPK Sarankan Cetak di Provinsi (26 April 2013) Framing : Pola bingkai Information Penekanan masalah : Proses distribusi naskah soal UN didesentralisasika n. BPK menyikapi kekisruhan pencetakan dan distribusi naskah soal UN Pencetakan naskah soal di daerah ataupun di pusat hanya masalah cara. Proses pencetakan bisa saja dilakukan di provinsi tetapi harus betul betul dapat dipercaya. 4. Pembahasan Terdapat 43 berita yang dimuat oleh harian Kompas terkait dengan pemberitaan mengenai ujian nasional 2013. 10 judul berita merupakan headline, 24 judul berita termasuk ke dalam artikel pendidikan dan kebudayaan, dan 8 judul lainnya berupa opini yang dikeluarkan oleh Kompas mengenai ujian nasional. Dengan intesitas pemberitaan yang cukup tinggi mengenai ujian nasional, penelitian ini difokuskan kepada 10 judul berita yang dijadikan sebagai headline oleh Kompas. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan menggunakan perangkat framing Entman, dapat diketahui bagaimana sikap Kompas terhadap pemberitaan mengenai ujian nasional. Berikut penjabarannya : Define problem atau pendefinisian masalah. Dalam membahas mengenai pemberitaan ujian nasional, 10 berita yang diturunkan oleh Kompas sebagai headline news didominasi oleh frame dengan pola bingkai impact. Tercatat dari 10 berita yang diberitakan, ada 7 berita yang menggunakan pola bingkai impact dengan 2 berita menekankan masalah pada distribusi soal yang belum tuntas, 2 berita menekankan masalah terhadap keabsahan ujian nasional, 2 berita menekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yang kacau, 1 berita menekankan terhadap manajemen pendidikan buruk, dan 1 berita menekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yang kacau. 2 berita lain menggunakan pola bingkai human interest dengan menekankan masalah terhadap kondisi psikologis yang dialami oleh para siswa yang mengalami penundaan UN. 1 berita lain menggunakan pola bingkai information dengan menekankan masalah agar proses pendistribusian soal didesentralisasikan atau dikembalikan ke provinsi. Dari penjelasan di atas, temuan yang didapat oleh peneliti menjadi pembenaran asumsi penelitian di bab pertama, bahwa dalam setiap pemberitaannya Kompas menggunakan beberapa pola bingkai. Dalam pemberitaannya mengenai ujian nasional, Kompas menggunakan dominasi pola bimgkai impact. Kompas lebih menonjolkan aspek dampak yang terjadi diakibatkan penundaan ujian nasional dibandingkan dengan aspek aspek lainnya. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. (Sumadiria, 2008 : 82). Dengan dampak-dampak yang ditampilkan oleh Kompas mengenai penundaan ujian nasional, seolah-olah mengajak para pembaca Kompas untuk mempertanyakan fungsi dan tujuan dari ujian nasional itu sendiri, apakah memang masih bermanfaat untuk dijadikan sebagai tolak ukur penentuan nasib kelulusan para siswa. Masalah terjadi disebabkan karena distribusi soal yang belum beres di sejumlah daerah sehingga berbagai kekacauan terjadi. Dengan berbagai kekacauan dan prosedur yang dilanggar, tentu saja keabsahan pada hasil UN tahun ini dipertanyakan apakah memang sesuai untuk dijadikan sebagai syarat masuk PTN. Terlepas dari itu semua, manajamen UN sendiri mencerminkan bahwa manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Ujian nasional telah diselenggarakan dari tahun ke tahun. Dengan alokasi anggaran UN lebih dari Rp 500 miliar, tentu saja seharusnya persiapan dan pelaksanaan UN di tingkat pusat terus membaik. Diagnose Causes atau memperkirakan penyebab masalah. Dalam memberitakan ujian nasional 2013, Kompas menyoroti distribusi naskah soal yang terkendala sebagai penyebab utama dari kekacauan ujian nasional kali ini. Tercatat dari 10 berita yang diturunkan oleh Kompas sebagai headline news, 5 berita menyoroti kekacauan yang terjadi pada UN tahun ini, sehingga keabsahan UN masih dipertanyakan dan juga membuat konsentrasi para siswa menjadi terusik, 4 berita menyoroti bagaimana distribusi naskah soal yang terkendala, dan bagaimana ketersedian paket soal masih menjadi persoalan di sejumlah daerah, 1 berita menyoroti kinerja Kemdikbud yang tidak profesional. Dalam pemberitaannya Kompas menyoroti berbagai permasalahan terjadi disebabkan karena distribusi naskah soal yang terkendala di sejumlah daerah. Terlepas dari itu, manajemen UN itu sendiri mencerminkan buruknya kinerja jajaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, karena mengurus pendistribusian naskah soal saja tidak beres. Make Moral Judgement atau evaluasi moral. Menanggapi kekacauan yang terjadi akibat ujian nasional, ada tiga evaluasi moral yang diberikan oleh Kompas, yaitu : Pertama, Pemerintah dinilai perlu untuk mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN agar siswa tidak terus menerus menjadi korban. Kedua, untuk mengantisipasi agar tidak ada lagi keterlambatan proses pencetakan naskah soal, sebaiknya Kemdikbud mengembalikan proses distribusi naskah soal lagi ke provinsi, atau didesentralisasikan. Ketiga, kekacauan UN kali ini membuat UN tidak menggambarkan prestasi siswa yang sebenarnya, sehingga tidak tepat untuk dijadikan pertimbangan nilai untuk masuk PTN. Treatment Recommendation atau menentukan penyelesaian. Kompas memberikan empat rekomendasi yang bisa dilakukan dalam pemberitaan mengenai kacaunya pelaksanaan UN tahun ini : Pertama, Pemerintah harus berani mengevaluasi apakah UN memang dibutuhkan untuk menentukan kelulusan siswa atau seharusnya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Kedua, berbagai upaya telah dilakukan oleh Kemdikbud untuk mendistribusikan soal ke berbagai daerah, salah satunya dengan mengajak jajaran tinggi TNI/POLRI. Ketiga, hasil UN gelombang kedua akan tetap memiliki bobot dan fungsi yang sama dengan hasil UN di provinsi lainnya. Keempat, siswa harus lulus UN terlebih dahulu untuk bisa diterima di PTN berapapun nilainya. Jika dilihat dari pemberitaan yang dimunculkan, Kompas mencoba mengarahkan opini publik agar mendesak pemerintah untuk mengevaluasi UN, apakah memang dibutuhkan untuk menentukan kelulusan siswa atau hanya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Seperti yang dikatakan Wiryanto, adanya istilah “the powerfull effect”, bahwa media memiliki suatu kekutan dalam membentuk satu pikiran atau persepsi melalui terpaan media atau media exposure. Hal ini bertujuan agar publik yang memanfaatkan media (baik cetak maupun elektronik) menjadi terpengaruh oleh pemberitaan media. (Wiryanto: 2005, 58). Kompas dalam pemberitaannya, memfokuskan masalah pada distribusi soal yang tidak tuntas. Secara tidak langsung, Kompas ingin menyampaikan bahwa kinerja Kemdikbud tidak profesional dan juga masih buruknya manajemen pendidikan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan strategi pembahasan yang dilakukan Kompas ketika berusaha mengupas sebuah masalah sensitif yang berkembang di tengah masyarakat dengan menggunakan model jalan tengah (MJT), yaitu menggugat secara tidak langsung: mengkritik tapi disampaikan secara santun, terkesan berputarputar dan mengaburkan pesan yang hendak disampaikan. Tidak lupa dalam setiap pemberitaanya mengenai ujian naisonal, Kompas berbekal dengan tagline “Amanat Hati Nurani Rakyat” juga menyertakan berbagai dampak psikologis yang dirasakan oleh para siswa yang mengalami penundaan ujian nasional. Seperti yang dimuat dalam Kompas pada tanggal 16 April 2013 dan 18 April 2013 dengan judul berita “Kami seperti Kelinci Percobaan” dan “Harap-harap Cemas Siswa Berkepanjangan”. Dalam kedua berita tersebut ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehingga pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal ini sesuai dengan visi humanisme transdental, Kompas menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transeden atau mengatasi kepentingan kelompok. Oleh karena itu, pemberitaan Kompas yang kritis mengupas masalahmasalah yang ada dalam masyarakat serta cenderung berpihak kepada rakyat. 5. Penutup Setelah terselesaikannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam pemberitaan mengenai ujian nasional adalah Kompas membuat penonjolan terhadap dampak-dampak yang terjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi pola bingkai Impact, yang lebih ditonjolkan dalam headline yang dimunculkan oleh Kompas mengenai ujian nasional. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Ujian nasional kali ini menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat, terutama untuk para siswa. Dengan dampak yang ditimbulkan karena penundaannya, ujian nasional kali ini dianggap penting dan layak dijadikan berita. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujian nasional, Kompas juga menggunakan pola bingkai Human Interest dan Information. Kompas mencoba mengkontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi, menunjukkan manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagai permasalahan yang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidak profesional. Dalam pemberitaannya, Kompas tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yang terjadi pada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yang mengalami penundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehingga pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal tersebut juga terkait dengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankan humanitas dan “Amanat Hati Nurani Rakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2007). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Bungin, Burhan, (2008). Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik terhadap PETER L. BERGER & THOMAS LUCKMANN. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Chaer, Abdul. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta : Rineke Cipta Dewabrata, AM. (2004). Kalimat Jurnalistik : Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta : Kompas Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. Diterjemahkan oleh Dariyanto dkk dengan judul Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya Eriyanto. (2003). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : PT. LKiS Yogyakarta. Eriyanto. (2003). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : PT. LKiS Yogyakarta. Ishwara, Luwi. (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta : Kompas Hamad, Ibnu. (2004). Kontruksi Realitas Politik Dalam Media Massa : Sebuah Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta : Granit Kusumaningrat, Hikmat. (2005). Jurnalistik : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, J. Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedy. (2007). Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta. LKiS Pelangi Aksara Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Rahardi, Kunjana. (2011). Bahasa Jurnalistik : Pedoman Kebahasan untuk Mahasiswa, Jurnalis, dan Umum. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia Rolnicky, Tom E, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta : Kencana. Santoso, FA. (2010). Sejarah, Organisasi dan Visi Misi Kompas. Pusat Informasi Kompas Shahab, A.A. (2008). Cara Mudah Menjadi Jurnalis. Jakarta : Diwan Publishing Sudibyo, Agus. (2006). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta. Suhandang, Kustadi. (2010). Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung : Nuansa Sumadiria, Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung : Remaja Rosdakarya Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisi Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta : Rineke Cipta Tamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo, Persada Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Grasindo Zaenuddin, HM. (2011). The Journalist : Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan Para Mahasiswa Jurnalistik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media Sumber dari internet : Hemas, GKR. (2013). Ujian Nasional Tidak Mendidik. Dalam http://www.tempo.co/read/kolom/2013/04/24/694/Ujian-Nasional-Tidak-Mendidik diunduh pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 17.30 Purwoko. (2013). Apakah UN (Ujian Nasional) Harus Tetap Diadakan? Dalam http://alumniits. blogspot.jp/2013/04/apakah-un-ujian-nasional-harus-tetap.html diunduh pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 18.30 }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4310} }
Refworks Citation Data :
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENGENAIUJIAN NASIONAL 2013 DI HARIAN KOMPASRani Rakhmaputri WirantoD2C009095Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas Diponegoro SemarangABSTRACTNational test is held as a way to syncronise education level throughout Indonesia. Nevertheless it isalways be a controversy that never end on each year. Many said this year is the worst national testbecause the test itself didn’t held at same time. This problem had rose many opinion about the importanceof national test.Kompas used this as headline. Every media has unique characteristic that differensiate between oneand another. this characteristic made every newspaper has different ways to write the news. Kompaschose to focus the news on people opinion about the national test.This research used descriptive methos with framin analysis method which is developed by RobertN Entman. The purpose of this study is to analyse the way Kompas wrire the news and to understand thebackground why Kompas write the news as the way it was.This research indicate that Kompas was focused to the effect of the delay of national test. It can beseen with impact framing that Kompas used and used human interest and information frame to makeanalysis.Kompas tried to picture about the mess of management of education in Indonesia as the caused ofthe national test delay. Every problem that happened in each national test only indicate that ministry ofeducation cannot do their job professionally.Kompas also showed the effect of national test delay on students. Every student that happened thenational test delay has their psychological taken the toll. Every stakeholder must realized that everyproblem happened in national test caused stress to students. Kompas used this method as their vision“amanat hati nurani rakyat”.Key word: national test, Kompas, framingABSTRAKSIIdealita ujian nasional dilaksanakan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan diwilayah Indonesia. Akan tetapi, pelaksanaan ujian nasional sendiri, selalu menuai kontroversi dari tahunke tahun. Pada tahun ini,ujian nasional dianggap sebagai ujian nasional terburuk dikarenakan tidakserempaknya pelaksanaan ujian nasional di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi beritautama di berbagai media massa dan membuat berbagai opini publik bermunculan mengenai fungsi ujiannasional itu sendiri, terkait masih penting atau tidaknya diadakan ujian nasional pada tahun depan.Kompas, sebagai koran nasional, tentu saja tidak melewatkan berita ini untuk ditampilkan sebagaiheadline news. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga dengan harianKompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkan kebijakan redaksiyang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompas memberikan gambaran tersendirimengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujian nasional diberitakan, nantinya akanmempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujian nasional itu sendiri.Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode análisis framing yangdikembangkan oleh Robert N. Entman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembingkaian harianKompas tentang pemberitaan mengenai pelaksanaan ujian nasional 2013 dan juga memahami latarbelakang pembingkaian tersebut.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kompas membuat penonjolan terhadap dampakdampakyang terjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi polabingkai Impact, yang lebih ditonjolkan dalam headline. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujiannasional, Kompas juga menggunakan pola bingkai Human Interest dan Information.Kompas mencoba membentuk kontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi,menunjukkan bahwa sebenarnya manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagaipermasalahan yang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yangdiselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidak profesional.Dalam pemberitaannya, Kompas juga tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yang terjadipada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yang mengalamipenundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehinggapemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal tersebut juga terkaitdengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankan humanitas dan “Amanat Hati NuraniRakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untuk menyampaikan apa yang dirasakan olehmasyarakat.Key words : ujian nasional, koran Kompas, pola bingkai1. PendahuluanUjian nasional yang diadakan setiap tahun, baik di tingkat SD, SLTP, maupun SLTA bertujuanuntuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Selama inikualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak sama. Kualitas pendidikan di pulau Jawatidak sama dengan kualitas pendidikan di pulau Papua. Dengan dilaksanakannya ujian nasional,diharapkan dapat diketahui kualitas pendidikan di masing-masing daerah, sehingga pemerintahbisa mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antara daerah satu dengan daerah lainnya.Namun dalam kenyataannya ujian nasional yang dimaksudkan untuk mencapai standarkemampuan siswa, justru memunculkan berbagai persoalan.Dari tahun ke tahun UN (Ujian Nasional) selalu menuai banyak kontroversi. Banyakpihak-pihak yang merasa bahwa ujian nasional tidak perlu dilaksanakan dengan berbagai alasan.Masalah Ujian Nasional (UN) tiap tahun selalu ramai dibicarakan, mulai dari persiapan siswadengan berbagai bimbingan belajar, orang tua dengan menyiapkan materi untuk mendukung paraputranya, pihak sekolah dengan berbagai penganyaan dan uji coba UN, pemerintah denganmemberikan materi pokok UN, masyarakat dengan katentuan / syarat pelulusan yang sangatmemberatkan. Selain kebocoran soal, penyelenggaraan UN juga ditandai dengan adanyapecontekan massal yang sangat tidak etis dalam dunia pendidikan, apalagi menyangkut pesertadidik yang masih anak-anak.Belum selesai dengan itu semua, persoalan baru muncul ketika Kemendikbud melakukansuatu terobosan untuk memerangi kecurangan UN dengan menciptakan set soal sebanyak pesertadi ruang ujian. Terdapat 20 set soal yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang sama, sehinggapara siswa tidak dapat melakukan kecurangan karena setiap siswa mengerjakan soal yangberbeda. Namun ternyata terobosan ini menyebabkan permasalahan baru, ketika perusahaanpercetakan tidak bisa mendistribusikan soal UN dengan tepat waktu. Pelaksanaan UN 2013 padajenjang SMA/SMK/MA/SMALB yang direncanakan diadakan secara serentak di Indonesia padatanggal 15 April mengalami kekacauan dikarenakan terlambatnya distribusi soal di 11 provinsi diIndonesia. Pengumuman penundaan ini pun baru diberitahukan sehari sebelum pelaksanaan UNyaitu pada tanggal 14 April. UN baru akan dilaksanakan di 11 provinsi yang mengalamiketerlambatan pada tanggal 18, 19, 22 dan 23 April. Hal ini tentu saja mengundang berbagaikomentar dari berbagai pihak, apalagi ini merupakan kejadian pertama dalam penyelenggaraanUN di Indonesia.Tidak hanya permasalahan mengenai keterlambatan soal saja yang mewarnai UN kali ini.Pelaksanaan UN 2013 tingkat SMA/SMK/MA/SMALB di sejumlah daerah juga mengalamikekacauan. Berbagai kesalahan teknis terjadi, sehingga menyebabkan berbagai persoalan. Mulaidari rendahnya kualitas lembar jawaban UN, tertukarnya paket-paket soal, kurangnya naskahsoal dan lembar jawaban UN, hingga indikasi kecurangan yang mulai dlaporkan ke poskopengaduan UN ataupun yang diungkapkan melalui media sosial. Kondisi tersebut seolahmenyempurnakan amburadulnya pelaksanaan UN pada tahun ini. Oleh sebab itu, tidak heran jikamedia menjadikan berita ini sebagai berita utama (headline).Ketika pengumuman pengunduran UN pada tingkat SMA ini diumumkan, semua medialangsung meliput berita ini dan menjadikannya sebagai headline news. Media massa merupakansarana penyampaian komunikasi dan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas.Selain itu media massa bukan hanya memberikan informasi dan hiburan, tetapi juga memberikanpengetahuan kepada khalayak sehingga proses berfikir dan menganalisis sesuatu berkembangdan pada akhirnya membawa pada suatu kerangka berpikir sosial bagi terbentuknya sebuahkebijakan publik yang merupakan implikasi dari proses yang dilakukan elemen-elemen tersebut.Hal ini merupakan bagian bagaimana media merekontruksi realitas sosial di masyarakat.(Tamburaka, 2012 : 84)Dalam kurun waktu selama kurang lebih sebulan, yaitu dari tanggal 13 April hingga 15Mei, pemberitaan mengenai ujian nasional dibahas dalam ketiga surat kabar yakni Kompas,Suara Merdeka, dan juga Kedaulatan Rakyat. Untuk lebih jelas melihat ragam berita yangdihadirkan oleh Kompas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat mengenai ujian nasional edisi 13April sampai 15 Mei 2013, disajikan dalam tabel berikut :Tabel 1.1Perbandingan jumlah ragam berita dalam surat kabar Suara Merdeka, Kompas,dan Kedaulatan Rakyat edisi 13 April – 15 Mei 2013.Ragam Berita MediaSuara Merdeka Kompas Kedaulatan RakyatHeadline 7 judul 10 judul 7 judulArtikel 23 judul 24 judul 24 judulOpini 5 judul 8 judul 6 judulJumlah 35 judul 43 judul 37 judulPada pemberitaannya, Kompas selama ini mencoba menempatkan dirinya sebagai korannasional yang obyektif dan independen sehingga cenderung hati-hati dalam memberitakan suatuperistiwa. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga denganharian Kompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkankebijakan redaksi yang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompasmemberikan gambaran tersendiri mengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujiannasional diberitakan, nantinya akan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujiannasional itu sendiri.2. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana peneliti akanmenggambarkan bingkai pemberitaan yang dilakukan oleh harian Kompas terkait denganpemberitaan ujian nasional dengan menggunakan metode analisis framing. Analisis framingmencoba menangkap bentuk pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana orientasi sebuahmedia memperlakukan fakta tertentu. (Nugroho, 1999;8)Subjek penelitian ini adalah pemberitaan pada harian Kompas tentang pelaksanaan ujiannasional 2013 pada periode tanggal 13 April – 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 berita yangdijadikan sebagai headline.Pengumpulan serta analisis data untuk analisis framing ini dilakukan secara langsungdengan mengidentifikasi wacana berita pada harian Kompas mengenai pemberitaan ujiannasional 2013 yang kemudian dianalis dengan menggunakan perangkat framing dari Robert N.Entmant. Entmant menekankan pada empat perangkat framing (Eriyanto, 2004 : 189- 195) yaitu(1) Define Problems; (2) Diagnose Causes; (3) Make Moral Judgement; (4) TreatmentRecommendation3. Hasil PenelitianDalam tabel dibawah tercantum daftar berita yang telah diteliti. Berita-berita tersebut adalahsebagian berita yang terkait dengan berita mengenai ujian nasional 2013 yang dimuat dalamharian Kompas selama periode 13 April hingga 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 beritayang dijadikan sebagai headline.Tabel 3.1Hasil Analisis Seleksi Isu 10 BeritaNoBerita Define Problem DiagnoseCausesMake MoralJudgementTreatmentRecommendation1 DitundaKamis, UNdibayangiKebocoran.(15 April 2013)Framing :Polabingkai ImpactPenekananmasalah :Manajemenpendidikan burukKinerjaKemdikbudyang tidakprofesionalTidakserentaknyaujian nasionalmerupakanpreseden burukdalampendidikannasionalPemerintahharus beranimengevaluasiapakah UNmemangdibutuhkanuntukmenentukankelulusan siswaatau seharusnyadipakai untukpemetaanpendidikan.2 PelaksanaanUjian NasionalKacau(16 April 2013)Framing : Polabingkai ImpactPenekananmasalah :Pelaksanaan UNkacauDistribusinaskah perwilayahterkendalaDapat merusakmotivasi dankonsentrasisiswaBerbagai upayadilakukan untukmendistribusikansoal ke beberapadaerah.3 Kami sepertiKelinciPercobaan(16 April 2013)Framing : Polabingkai HumanInterestPenekananmasalah : SiswaSMA sepertikelinci percobaanKarutmarutnyapenyelanggaraan ujiannasional tahuniniPemerintahdinilai perlumengambillangkah tegasuntukmengevaluasiUN agar siswatidak menjadikorban terusmenerusKemdikbudperlu mengkajiulang kebijakanpencetakannaskah soal UN4 Distribusi SoalBelum Tuntas(17 April 2013)Framing : Polabingkai ImpactPenekananmasalah :Sejumlahdaerah belummenerimapaket soalDistribusi soaltidak gampanguntuk sekolah– sekolah yangPresidenbersama-samadenganKemdikbud danDistribusi soalbelum tuntasberada dikepulauan.juga jajarantertinggiTNI/Polrimencari carabagaimana agarujian ini dapatdilakukandengan terbaik5 Ujian NasionalJalan Terus(18 April 2013)Framing : Polabingkai ImpactPenekananmasalah : Ujiannasional“gelombangkedua” jalanterus.Ketersediaanpaket soalmasih menjadipersoalan disejumlahdaerahUntukmengantisipasiagar tidak adalagiketerlambatanprosespercetakan,Kemdikbudmemutuskanuntukmengalihkantugaspercetakan danpengepakannaskah soalUN dari PTGhaliaIndonesiaPrinting.Hasil UNgelombangkedua akan tetapmemiliki bobotdan fungsi yangsama denganhasil UN diprovinsi lainnya6 Harap harapCemas SiswaBerkepanjangan(18 April 2013)Framing : Polabingkai HumanInterestPenekananmasalah : Karutmarutpelaksanaan UNmengusikkonsentrasi parasiswaPara siswatelahmempersiapkan diri secaraintensifsetahunbelakangan ini.ManajemenUN sendirimencerminkanburuknyakinerja jajaranKemdikbudPemerintahharus beranimengevaluasiapakah UNmemangdibutuhkanuntukmenentukankelulusan siswaatau seharusnyadipakai untukpemetaanpendidikan.7 Investigasi UN Framing : Pola Sejumlah UN gelombangInvestigasidi duaPersoalan(19 April 2013)bingkai ImpactPenekananmasalah :Distribusi soalbelum beres.daerah belummenerimapaket soal.kedua masaharus ditundalagiterhadapkekacauanpenyelenggaraanujian nasionaldifokuskan didua persoalan,yakni distribusisoal danpersoalan tender.8 KeabsahanUjian NasionalDiragukan(22 April 2013)Framing : Polabingkai ImpactPenekananmasalah :Keabsahan ujiannasionaldiragukan olehbanyak pihak.Banyakprosedurstandar yangdilanggar.UN kali initidakmenggambarkan prestasisiswa yangsebenarnya.Pemerintahharus beranibersikap tegas.9 Ujian NasionalTetap JadiSyarat(23 April 2013)Framing : Polabingkai ImpactPenekananmasalah : HasilUN tetap menjadisyarat masukPTNTerjadi banyakkekacauandalampelaksanaanUNKekacauan UNkali ini bukankesalahansiswa,sehingga akandibicarakanlagi soalpertimbangannilai UN untukmasuk PTNSiswa haruslulus UN terlebihdahulu untukbisa diterima diPTN.10 BPK SarankanCetak diProvinsi(26 April 2013)Framing : PolabingkaiInformationPenekananmasalah : Prosesdistribusi naskahsoal UNdidesentralisasikan.BPKmenyikapikekisruhanpencetakan dandistribusinaskah soalUNPencetakannaskah soal didaerah ataupundi pusat hanyamasalah cara.Prosespencetakan bisasaja dilakukan diprovinsi tetapiharus betul betuldapat dipercaya.4. PembahasanTerdapat 43 berita yang dimuat oleh harian Kompas terkait dengan pemberitaan mengenai ujiannasional 2013. 10 judul berita merupakan headline, 24 judul berita termasuk ke dalam artikelpendidikan dan kebudayaan, dan 8 judul lainnya berupa opini yang dikeluarkan oleh Kompasmengenai ujian nasional. Dengan intesitas pemberitaan yang cukup tinggi mengenai ujiannasional, penelitian ini difokuskan kepada 10 judul berita yang dijadikan sebagai headline olehKompas. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan menggunakan perangkat framingEntman, dapat diketahui bagaimana sikap Kompas terhadap pemberitaan mengenai ujiannasional. Berikut penjabarannya :Define problem atau pendefinisian masalah. Dalam membahas mengenai pemberitaanujian nasional, 10 berita yang diturunkan oleh Kompas sebagai headline news didominasi olehframe dengan pola bingkai impact. Tercatat dari 10 berita yang diberitakan, ada 7 berita yangmenggunakan pola bingkai impact dengan 2 berita menekankan masalah pada distribusi soalyang belum tuntas, 2 berita menekankan masalah terhadap keabsahan ujian nasional, 2 beritamenekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yang kacau, 1 berita menekankan terhadapmanajemen pendidikan buruk, dan 1 berita menekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yangkacau. 2 berita lain menggunakan pola bingkai human interest dengan menekankan masalahterhadap kondisi psikologis yang dialami oleh para siswa yang mengalami penundaan UN. 1berita lain menggunakan pola bingkai information dengan menekankan masalah agar prosespendistribusian soal didesentralisasikan atau dikembalikan ke provinsi.Dari penjelasan di atas, temuan yang didapat oleh peneliti menjadi pembenaran asumsipenelitian di bab pertama, bahwa dalam setiap pemberitaannya Kompas menggunakan beberapapola bingkai. Dalam pemberitaannya mengenai ujian nasional, Kompas menggunakan dominasipola bimgkai impact. Kompas lebih menonjolkan aspek dampak yang terjadi diakibatkanpenundaan ujian nasional dibandingkan dengan aspek aspek lainnya. Berita adalah segala sesuatuyang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupanmasyarakat. (Sumadiria, 2008 : 82).Dengan dampak-dampak yang ditampilkan oleh Kompas mengenai penundaan ujiannasional, seolah-olah mengajak para pembaca Kompas untuk mempertanyakan fungsi dan tujuandari ujian nasional itu sendiri, apakah memang masih bermanfaat untuk dijadikan sebagai tolakukur penentuan nasib kelulusan para siswa.Masalah terjadi disebabkan karena distribusi soal yang belum beres di sejumlah daerahsehingga berbagai kekacauan terjadi. Dengan berbagai kekacauan dan prosedur yang dilanggar,tentu saja keabsahan pada hasil UN tahun ini dipertanyakan apakah memang sesuai untukdijadikan sebagai syarat masuk PTN. Terlepas dari itu semua, manajamen UN sendirimencerminkan bahwa manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Ujian nasional telahdiselenggarakan dari tahun ke tahun. Dengan alokasi anggaran UN lebih dari Rp 500 miliar,tentu saja seharusnya persiapan dan pelaksanaan UN di tingkat pusat terus membaik.Diagnose Causes atau memperkirakan penyebab masalah. Dalam memberitakan ujiannasional 2013, Kompas menyoroti distribusi naskah soal yang terkendala sebagai penyebabutama dari kekacauan ujian nasional kali ini. Tercatat dari 10 berita yang diturunkan olehKompas sebagai headline news, 5 berita menyoroti kekacauan yang terjadi pada UN tahun ini,sehingga keabsahan UN masih dipertanyakan dan juga membuat konsentrasi para siswa menjaditerusik, 4 berita menyoroti bagaimana distribusi naskah soal yang terkendala, dan bagaimanaketersedian paket soal masih menjadi persoalan di sejumlah daerah, 1 berita menyoroti kinerjaKemdikbud yang tidak profesional.Dalam pemberitaannya Kompas menyoroti berbagai permasalahan terjadi disebabkankarena distribusi naskah soal yang terkendala di sejumlah daerah. Terlepas dari itu, manajemenUN itu sendiri mencerminkan buruknya kinerja jajaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,karena mengurus pendistribusian naskah soal saja tidak beres.Make Moral Judgement atau evaluasi moral. Menanggapi kekacauan yang terjadi akibatujian nasional, ada tiga evaluasi moral yang diberikan oleh Kompas, yaitu :Pertama, Pemerintah dinilai perlu untuk mengambil langkah tegas untuk mengevaluasiUN agar siswa tidak terus menerus menjadi korban. Kedua, untuk mengantisipasi agar tidak adalagi keterlambatan proses pencetakan naskah soal, sebaiknya Kemdikbud mengembalikan prosesdistribusi naskah soal lagi ke provinsi, atau didesentralisasikan. Ketiga, kekacauan UN kali inimembuat UN tidak menggambarkan prestasi siswa yang sebenarnya, sehingga tidak tepat untukdijadikan pertimbangan nilai untuk masuk PTN.Treatment Recommendation atau menentukan penyelesaian. Kompas memberikan empatrekomendasi yang bisa dilakukan dalam pemberitaan mengenai kacaunya pelaksanaan UN tahunini :Pertama, Pemerintah harus berani mengevaluasi apakah UN memang dibutuhkan untukmenentukan kelulusan siswa atau seharusnya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Kedua,berbagai upaya telah dilakukan oleh Kemdikbud untuk mendistribusikan soal ke berbagai daerah,salah satunya dengan mengajak jajaran tinggi TNI/POLRI. Ketiga, hasil UN gelombang keduaakan tetap memiliki bobot dan fungsi yang sama dengan hasil UN di provinsi lainnya. Keempat,siswa harus lulus UN terlebih dahulu untuk bisa diterima di PTN berapapun nilainya.Jika dilihat dari pemberitaan yang dimunculkan, Kompas mencoba mengarahkan opinipublik agar mendesak pemerintah untuk mengevaluasi UN, apakah memang dibutuhkan untukmenentukan kelulusan siswa atau hanya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Seperti yangdikatakan Wiryanto, adanya istilah “the powerfull effect”, bahwa media memiliki suatu kekutandalam membentuk satu pikiran atau persepsi melalui terpaan media atau media exposure. Hal inibertujuan agar publik yang memanfaatkan media (baik cetak maupun elektronik) menjaditerpengaruh oleh pemberitaan media. (Wiryanto: 2005, 58).Kompas dalam pemberitaannya, memfokuskan masalah pada distribusi soal yang tidaktuntas. Secara tidak langsung, Kompas ingin menyampaikan bahwa kinerja Kemdikbud tidakprofesional dan juga masih buruknya manajemen pendidikan di Indonesia. Hal ini sesuai denganstrategi pembahasan yang dilakukan Kompas ketika berusaha mengupas sebuah masalah sensitifyang berkembang di tengah masyarakat dengan menggunakan model jalan tengah (MJT), yaitumenggugat secara tidak langsung: mengkritik tapi disampaikan secara santun, terkesan berputarputardan mengaburkan pesan yang hendak disampaikan.Tidak lupa dalam setiap pemberitaanya mengenai ujian naisonal, Kompas berbekaldengan tagline “Amanat Hati Nurani Rakyat” juga menyertakan berbagai dampak psikologisyang dirasakan oleh para siswa yang mengalami penundaan ujian nasional. Seperti yang dimuatdalam Kompas pada tanggal 16 April 2013 dan 18 April 2013 dengan judul berita “Kami sepertiKelinci Percobaan” dan “Harap-harap Cemas Siswa Berkepanjangan”. Dalam kedua beritatersebut ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehinggapemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal ini sesuaidengan visi humanisme transdental, Kompas menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi,mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transeden atau mengatasikepentingan kelompok. Oleh karena itu, pemberitaan Kompas yang kritis mengupas masalahmasalahyang ada dalam masyarakat serta cenderung berpihak kepada rakyat.5. PenutupSetelah terselesaikannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam pemberitaanmengenai ujian nasional adalah Kompas membuat penonjolan terhadap dampak-dampak yangterjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi pola bingkaiImpact, yang lebih ditonjolkan dalam headline yang dimunculkan oleh Kompas mengenai ujiannasional. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Ujian nasional kali ini menimbulkandampak besar dalam kehidupan masyarakat, terutama untuk para siswa. Dengan dampak yangditimbulkan karena penundaannya, ujian nasional kali ini dianggap penting dan layak dijadikanberita. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujian nasional, Kompas juga menggunakanpola bingkai Human Interest dan Information.Kompas mencoba mengkontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi,menunjukkan manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagai permasalahanyang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yangdiselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidakprofesional.Dalam pemberitaannya, Kompas tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yangterjadi pada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yangmengalami penundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korbanterus menerus sehingga pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasiUN. Hal tersebut juga terkait dengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankanhumanitas dan “Amanat Hati Nurani Rakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untukmenyampaikan apa yang dirasakan oleh masyarakat.DAFTAR PUSTAKAAgus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara WacanaArdianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2007). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar.Bandung : Simbiosa Rekatama Media.Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media GroupBungin, Burhan, (2008). Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa,Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik terhadap PETER L. BERGER &THOMAS LUCKMANN. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.Chaer, Abdul. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta : Rineke CiptaDewabrata, AM. (2004). Kalimat Jurnalistik : Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta :KompasDenzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research.Diterjemahkan oleh Dariyanto dkk dengan judul Handbook of Qualitative Research.Yogyakarta: Pustaka PelajarEffendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : RemajaRosdakaryaEriyanto. (2003). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : PT. LKiSYogyakarta.Eriyanto. (2003). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : PT.LKiS Yogyakarta.Ishwara, Luwi. (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta : KompasHamad, Ibnu. (2004). Kontruksi Realitas Politik Dalam Media Massa : Sebuah CriticalDiscourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta : GranitKusumaningrat, Hikmat. (2005). Jurnalistik : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya.Moleong, J. Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja RosdakaryaMulyana, Dedy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi danIlmu Sosial Lainnya). Bandung : Remaja RosdakaryaMulyana, Dedy. (2007). Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta.LKiS Pelangi AksaraNurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo PersadaRahardi, Kunjana. (2011). Bahasa Jurnalistik : Pedoman Kebahasan untuk Mahasiswa, Jurnalis,dan Umum. Bogor : Penerbit Ghalia IndonesiaRolnicky, Tom E, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme(Scholastic Journalism). Jakarta : Kencana.Santoso, FA. (2010). Sejarah, Organisasi dan Visi Misi Kompas. Pusat Informasi KompasShahab, A.A. (2008). Cara Mudah Menjadi Jurnalis. Jakarta : Diwan PublishingSudibyo, Agus. (2006). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.Suhandang, Kustadi. (2010). Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, dan KodeEtik. Bandung : NuansaSumadiria, Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung : RemajaRosdakaryaSobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, AnalisisSemiotik, dan Analisi Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional dalamPusaran Kekuasaan. Jakarta : Rineke CiptaTamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo, PersadaWiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT. GrasindoZaenuddin, HM. (2011). The Journalist : Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan ParaMahasiswa Jurnalistik. Bandung : Simbiosa Rekatama MediaSumber dari internet :Hemas, GKR. (2013). Ujian Nasional Tidak Mendidik. Dalamhttp://www.tempo.co/read/kolom/2013/04/24/694/Ujian-Nasional-Tidak-Mendidik diunduh padatanggal 20 Mei 2013 pukul 17.30Purwoko. (2013). Apakah UN (Ujian Nasional) Harus Tetap Diadakan? Dalam http://alumniits.blogspot.jp/2013/04/apakah-un-ujian-nasional-harus-tetap.html diunduh pada tanggal 20 Mei2013 pukul 18.30
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.