skip to main content

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENGENAI UJIAN NASIONAL 2013 DI HARIAN KOMPAS


Citation Format:
Abstract

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN MENGENAI
UJIAN NASIONAL 2013 DI HARIAN KOMPAS
Rani Rakhmaputri Wiranto
D2C009095
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT
National test is held as a way to syncronise education level throughout Indonesia. Nevertheless it is
always be a controversy that never end on each year. Many said this year is the worst national test
because the test itself didn’t held at same time. This problem had rose many opinion about the importance
of national test.
Kompas used this as headline. Every media has unique characteristic that differensiate between one
and another. this characteristic made every newspaper has different ways to write the news. Kompas
chose to focus the news on people opinion about the national test.
This research used descriptive methos with framin analysis method which is developed by Robert
N Entman. The purpose of this study is to analyse the way Kompas wrire the news and to understand the
background why Kompas write the news as the way it was.
This research indicate that Kompas was focused to the effect of the delay of national test. It can be
seen with impact framing that Kompas used and used human interest and information frame to make
analysis.
Kompas tried to picture about the mess of management of education in Indonesia as the caused of
the national test delay. Every problem that happened in each national test only indicate that ministry of
education cannot do their job professionally.
Kompas also showed the effect of national test delay on students. Every student that happened the
national test delay has their psychological taken the toll. Every stakeholder must realized that every
problem happened in national test caused stress to students. Kompas used this method as their vision
“amanat hati nurani rakyat”.
Key word: national test, Kompas, framing
ABSTRAKSI
Idealita ujian nasional dilaksanakan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di
wilayah Indonesia. Akan tetapi, pelaksanaan ujian nasional sendiri, selalu menuai kontroversi dari tahun
ke tahun. Pada tahun ini,ujian nasional dianggap sebagai ujian nasional terburuk dikarenakan tidak
serempaknya pelaksanaan ujian nasional di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi berita
utama di berbagai media massa dan membuat berbagai opini publik bermunculan mengenai fungsi ujian
nasional itu sendiri, terkait masih penting atau tidaknya diadakan ujian nasional pada tahun depan.
Kompas, sebagai koran nasional, tentu saja tidak melewatkan berita ini untuk ditampilkan sebagai
headline news. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga dengan harian
Kompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkan kebijakan redaksi
yang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompas memberikan gambaran tersendiri
mengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujian nasional diberitakan, nantinya akan
mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujian nasional itu sendiri.
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode análisis framing yang
dikembangkan oleh Robert N. Entman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembingkaian harian
Kompas tentang pemberitaan mengenai pelaksanaan ujian nasional 2013 dan juga memahami latar
belakang pembingkaian tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kompas membuat penonjolan terhadap dampakdampak
yang terjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi pola
bingkai Impact, yang lebih ditonjolkan dalam headline. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujian
nasional, Kompas juga menggunakan pola bingkai Human Interest dan Information.
Kompas mencoba membentuk kontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi,
menunjukkan bahwa sebenarnya manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagai
permasalahan yang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidak profesional.
Dalam pemberitaannya, Kompas juga tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yang terjadi
pada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yang mengalami
penundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehingga
pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal tersebut juga terkait
dengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankan humanitas dan “Amanat Hati Nurani
Rakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh
masyarakat.
Key words : ujian nasional, koran Kompas, pola bingkai
1. Pendahuluan
Ujian nasional yang diadakan setiap tahun, baik di tingkat SD, SLTP, maupun SLTA bertujuan
untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Selama ini
kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak sama. Kualitas pendidikan di pulau Jawa
tidak sama dengan kualitas pendidikan di pulau Papua. Dengan dilaksanakannya ujian nasional,
diharapkan dapat diketahui kualitas pendidikan di masing-masing daerah, sehingga pemerintah
bisa mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antara daerah satu dengan daerah lainnya.
Namun dalam kenyataannya ujian nasional yang dimaksudkan untuk mencapai standar
kemampuan siswa, justru memunculkan berbagai persoalan.
Dari tahun ke tahun UN (Ujian Nasional) selalu menuai banyak kontroversi. Banyak
pihak-pihak yang merasa bahwa ujian nasional tidak perlu dilaksanakan dengan berbagai alasan.
Masalah Ujian Nasional (UN) tiap tahun selalu ramai dibicarakan, mulai dari persiapan siswa
dengan berbagai bimbingan belajar, orang tua dengan menyiapkan materi untuk mendukung para
putranya, pihak sekolah dengan berbagai penganyaan dan uji coba UN, pemerintah dengan
memberikan materi pokok UN, masyarakat dengan katentuan / syarat pelulusan yang sangat
memberatkan. Selain kebocoran soal, penyelenggaraan UN juga ditandai dengan adanya
pecontekan massal yang sangat tidak etis dalam dunia pendidikan, apalagi menyangkut peserta
didik yang masih anak-anak.
Belum selesai dengan itu semua, persoalan baru muncul ketika Kemendikbud melakukan
suatu terobosan untuk memerangi kecurangan UN dengan menciptakan set soal sebanyak peserta
di ruang ujian. Terdapat 20 set soal yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang sama, sehingga
para siswa tidak dapat melakukan kecurangan karena setiap siswa mengerjakan soal yang
berbeda. Namun ternyata terobosan ini menyebabkan permasalahan baru, ketika perusahaan
percetakan tidak bisa mendistribusikan soal UN dengan tepat waktu. Pelaksanaan UN 2013 pada
jenjang SMA/SMK/MA/SMALB yang direncanakan diadakan secara serentak di Indonesia pada
tanggal 15 April mengalami kekacauan dikarenakan terlambatnya distribusi soal di 11 provinsi di
Indonesia. Pengumuman penundaan ini pun baru diberitahukan sehari sebelum pelaksanaan UN
yaitu pada tanggal 14 April. UN baru akan dilaksanakan di 11 provinsi yang mengalami
keterlambatan pada tanggal 18, 19, 22 dan 23 April. Hal ini tentu saja mengundang berbagai
komentar dari berbagai pihak, apalagi ini merupakan kejadian pertama dalam penyelenggaraan
UN di Indonesia.
Tidak hanya permasalahan mengenai keterlambatan soal saja yang mewarnai UN kali ini.
Pelaksanaan UN 2013 tingkat SMA/SMK/MA/SMALB di sejumlah daerah juga mengalami
kekacauan. Berbagai kesalahan teknis terjadi, sehingga menyebabkan berbagai persoalan. Mulai
dari rendahnya kualitas lembar jawaban UN, tertukarnya paket-paket soal, kurangnya naskah
soal dan lembar jawaban UN, hingga indikasi kecurangan yang mulai dlaporkan ke posko
pengaduan UN ataupun yang diungkapkan melalui media sosial. Kondisi tersebut seolah
menyempurnakan amburadulnya pelaksanaan UN pada tahun ini. Oleh sebab itu, tidak heran jika
media menjadikan berita ini sebagai berita utama (headline).
Ketika pengumuman pengunduran UN pada tingkat SMA ini diumumkan, semua media
langsung meliput berita ini dan menjadikannya sebagai headline news. Media massa merupakan
sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas.
Selain itu media massa bukan hanya memberikan informasi dan hiburan, tetapi juga memberikan
pengetahuan kepada khalayak sehingga proses berfikir dan menganalisis sesuatu berkembang
dan pada akhirnya membawa pada suatu kerangka berpikir sosial bagi terbentuknya sebuah
kebijakan publik yang merupakan implikasi dari proses yang dilakukan elemen-elemen tersebut.
Hal ini merupakan bagian bagaimana media merekontruksi realitas sosial di masyarakat.
(Tamburaka, 2012 : 84)
Dalam kurun waktu selama kurang lebih sebulan, yaitu dari tanggal 13 April hingga 15
Mei, pemberitaan mengenai ujian nasional dibahas dalam ketiga surat kabar yakni Kompas,
Suara Merdeka, dan juga Kedaulatan Rakyat. Untuk lebih jelas melihat ragam berita yang
dihadirkan oleh Kompas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat mengenai ujian nasional edisi 13
April sampai 15 Mei 2013, disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1.1
Perbandingan jumlah ragam berita dalam surat kabar Suara Merdeka, Kompas,
dan Kedaulatan Rakyat edisi 13 April – 15 Mei 2013.
Ragam Berita Media
Suara Merdeka Kompas Kedaulatan Rakyat
Headline 7 judul 10 judul 7 judul
Artikel 23 judul 24 judul 24 judul
Opini 5 judul 8 judul 6 judul
Jumlah 35 judul 43 judul 37 judul
Pada pemberitaannya, Kompas selama ini mencoba menempatkan dirinya sebagai koran
nasional yang obyektif dan independen sehingga cenderung hati-hati dalam memberitakan suatu
peristiwa. Institusi media massa memiliki karakteristik atau kepribadian, begitu juga dengan
harian Kompas. Karakteristik inilah yang mendorong setiap institusi media massa melahirkan
kebijakan redaksi yang berbeda. Pemberitaan mengenai ujian nasional di koran Kompas
memberikan gambaran tersendiri mengenai ujian nasional di Indonesia. Bagaimana ujian
nasional diberitakan, nantinya akan mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap ujian
nasional itu sendiri.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana peneliti akan
menggambarkan bingkai pemberitaan yang dilakukan oleh harian Kompas terkait dengan
pemberitaan ujian nasional dengan menggunakan metode analisis framing. Analisis framing
mencoba menangkap bentuk pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana orientasi sebuah
media memperlakukan fakta tertentu. (Nugroho, 1999;8)
Subjek penelitian ini adalah pemberitaan pada harian Kompas tentang pelaksanaan ujian
nasional 2013 pada periode tanggal 13 April – 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 berita yang
dijadikan sebagai headline.
Pengumpulan serta analisis data untuk analisis framing ini dilakukan secara langsung
dengan mengidentifikasi wacana berita pada harian Kompas mengenai pemberitaan ujian
nasional 2013 yang kemudian dianalis dengan menggunakan perangkat framing dari Robert N.
Entmant. Entmant menekankan pada empat perangkat framing (Eriyanto, 2004 : 189- 195) yaitu
(1) Define Problems; (2) Diagnose Causes; (3) Make Moral Judgement; (4) Treatment
Recommendation
3. Hasil Penelitian
Dalam tabel dibawah tercantum daftar berita yang telah diteliti. Berita-berita tersebut adalah
sebagian berita yang terkait dengan berita mengenai ujian nasional 2013 yang dimuat dalam
harian Kompas selama periode 13 April hingga 15 Mei 2013 yang terdiri sebanyak 10 berita
yang dijadikan sebagai headline.
Tabel 3.1
Hasil Analisis Seleksi Isu 10 Berita
N
o
Berita Define Problem Diagnose
Causes
Make Moral
Judgement
Treatment
Recommendatio
n
1 Ditunda
Kamis, UN
dibayangi
Kebocoran.
(15 April 2013)
Framing :Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah :
Manajemen
pendidikan buruk
Kinerja
Kemdikbud
yang tidak
profesional
Tidak
serentaknya
ujian nasional
merupakan
preseden buruk
dalam
pendidikan
nasional
Pemerintah
harus berani
mengevaluasi
apakah UN
memang
dibutuhkan
untuk
menentukan
kelulusan siswa
atau seharusnya
dipakai untuk
pemetaan
pendidikan.
2 Pelaksanaan
Ujian Nasional
Kacau
(16 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah :
Pelaksanaan UN
kacau
Distribusi
naskah perwilayah
terkendala
Dapat merusak
motivasi dan
konsentrasi
siswa
Berbagai upaya
dilakukan untuk
mendistribusikan
soal ke beberapa
daerah.
3 Kami seperti
Kelinci
Percobaan
(16 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Human
Interest
Penekanan
masalah : Siswa
SMA seperti
kelinci percobaan
Karut
marutnya
penyelanggaraa
n ujian
nasional tahun
ini
Pemerintah
dinilai perlu
mengambil
langkah tegas
untuk
mengevaluasi
UN agar siswa
tidak menjadi
korban terus
menerus
Kemdikbud
perlu mengkaji
ulang kebijakan
pencetakan
naskah soal UN
4 Distribusi Soal
Belum Tuntas
(17 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah :
Sejumlah
daerah belum
menerima
paket soal
Distribusi soal
tidak gampang
untuk sekolah
– sekolah yang
Presiden
bersama-sama
dengan
Kemdikbud dan
Distribusi soal
belum tuntas
berada di
kepulauan.
juga jajaran
tertinggi
TNI/Polri
mencari cara
bagaimana agar
ujian ini dapat
dilakukan
dengan terbaik
5 Ujian Nasional
Jalan Terus
(18 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah : Ujian
nasional
“gelombang
kedua” jalan
terus.
Ketersediaan
paket soal
masih menjadi
persoalan di
sejumlah
daerah
Untuk
mengantisipasi
agar tidak ada
lagi
keterlambatan
proses
percetakan,
Kemdikbud
memutuskan
untuk
mengalihkan
tugas
percetakan dan
pengepakan
naskah soal
UN dari PT
Ghalia
Indonesia
Printing.
Hasil UN
gelombang
kedua akan tetap
memiliki bobot
dan fungsi yang
sama dengan
hasil UN di
provinsi lainnya
6 Harap harap
Cemas Siswa
Berkepanjanga
n
(18 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Human
Interest
Penekanan
masalah : Karut
marut
pelaksanaan UN
mengusik
konsentrasi para
siswa
Para siswa
telah
mempersiapka
n diri secara
intensif
setahun
belakangan ini.
Manajemen
UN sendiri
mencerminkan
buruknya
kinerja jajaran
Kemdikbud
Pemerintah
harus berani
mengevaluasi
apakah UN
memang
dibutuhkan
untuk
menentukan
kelulusan siswa
atau seharusnya
dipakai untuk
pemetaan
pendidikan.
7 Investigasi UN Framing : Pola Sejumlah UN gelombang
Investigasi
di dua
Persoalan
(19 April 2013)
bingkai Impact
Penekanan
masalah :
Distribusi soal
belum beres.
daerah belum
menerima
paket soal.
kedua masa
harus ditunda
lagi
terhadap
kekacauan
penyelenggaraan
ujian nasional
difokuskan di
dua persoalan,
yakni distribusi
soal dan
persoalan tender.
8 Keabsahan
Ujian Nasional
Diragukan
(22 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah :
Keabsahan ujian
nasional
diragukan oleh
banyak pihak.
Banyak
prosedur
standar yang
dilanggar.
UN kali ini
tidak
menggambarka
n prestasi
siswa yang
sebenarnya.
Pemerintah
harus berani
bersikap tegas.
9 Ujian Nasional
Tetap Jadi
Syarat
(23 April 2013)
Framing : Pola
bingkai Impact
Penekanan
masalah : Hasil
UN tetap menjadi
syarat masuk
PTN
Terjadi banyak
kekacauan
dalam
pelaksanaan
UN
Kekacauan UN
kali ini bukan
kesalahan
siswa,
sehingga akan
dibicarakan
lagi soal
pertimbangan
nilai UN untuk
masuk PTN
Siswa harus
lulus UN terlebih
dahulu untuk
bisa diterima di
PTN.
10 BPK Sarankan
Cetak di
Provinsi
(26 April 2013)
Framing : Pola
bingkai
Information
Penekanan
masalah : Proses
distribusi naskah
soal UN
didesentralisasika
n.
BPK
menyikapi
kekisruhan
pencetakan dan
distribusi
naskah soal
UN
Pencetakan
naskah soal di
daerah ataupun
di pusat hanya
masalah cara.
Proses
pencetakan bisa
saja dilakukan di
provinsi tetapi
harus betul betul
dapat dipercaya.
4. Pembahasan
Terdapat 43 berita yang dimuat oleh harian Kompas terkait dengan pemberitaan mengenai ujian
nasional 2013. 10 judul berita merupakan headline, 24 judul berita termasuk ke dalam artikel
pendidikan dan kebudayaan, dan 8 judul lainnya berupa opini yang dikeluarkan oleh Kompas
mengenai ujian nasional. Dengan intesitas pemberitaan yang cukup tinggi mengenai ujian
nasional, penelitian ini difokuskan kepada 10 judul berita yang dijadikan sebagai headline oleh
Kompas. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan menggunakan perangkat framing
Entman, dapat diketahui bagaimana sikap Kompas terhadap pemberitaan mengenai ujian
nasional. Berikut penjabarannya :
Define problem atau pendefinisian masalah. Dalam membahas mengenai pemberitaan
ujian nasional, 10 berita yang diturunkan oleh Kompas sebagai headline news didominasi oleh
frame dengan pola bingkai impact. Tercatat dari 10 berita yang diberitakan, ada 7 berita yang
menggunakan pola bingkai impact dengan 2 berita menekankan masalah pada distribusi soal
yang belum tuntas, 2 berita menekankan masalah terhadap keabsahan ujian nasional, 2 berita
menekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yang kacau, 1 berita menekankan terhadap
manajemen pendidikan buruk, dan 1 berita menekankan masalah terhadap pelaksanaan UN yang
kacau. 2 berita lain menggunakan pola bingkai human interest dengan menekankan masalah
terhadap kondisi psikologis yang dialami oleh para siswa yang mengalami penundaan UN. 1
berita lain menggunakan pola bingkai information dengan menekankan masalah agar proses
pendistribusian soal didesentralisasikan atau dikembalikan ke provinsi.
Dari penjelasan di atas, temuan yang didapat oleh peneliti menjadi pembenaran asumsi
penelitian di bab pertama, bahwa dalam setiap pemberitaannya Kompas menggunakan beberapa
pola bingkai. Dalam pemberitaannya mengenai ujian nasional, Kompas menggunakan dominasi
pola bimgkai impact. Kompas lebih menonjolkan aspek dampak yang terjadi diakibatkan
penundaan ujian nasional dibandingkan dengan aspek aspek lainnya. Berita adalah segala sesuatu
yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan
masyarakat. (Sumadiria, 2008 : 82).
Dengan dampak-dampak yang ditampilkan oleh Kompas mengenai penundaan ujian
nasional, seolah-olah mengajak para pembaca Kompas untuk mempertanyakan fungsi dan tujuan
dari ujian nasional itu sendiri, apakah memang masih bermanfaat untuk dijadikan sebagai tolak
ukur penentuan nasib kelulusan para siswa.
Masalah terjadi disebabkan karena distribusi soal yang belum beres di sejumlah daerah
sehingga berbagai kekacauan terjadi. Dengan berbagai kekacauan dan prosedur yang dilanggar,
tentu saja keabsahan pada hasil UN tahun ini dipertanyakan apakah memang sesuai untuk
dijadikan sebagai syarat masuk PTN. Terlepas dari itu semua, manajamen UN sendiri
mencerminkan bahwa manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Ujian nasional telah
diselenggarakan dari tahun ke tahun. Dengan alokasi anggaran UN lebih dari Rp 500 miliar,
tentu saja seharusnya persiapan dan pelaksanaan UN di tingkat pusat terus membaik.
Diagnose Causes atau memperkirakan penyebab masalah. Dalam memberitakan ujian
nasional 2013, Kompas menyoroti distribusi naskah soal yang terkendala sebagai penyebab
utama dari kekacauan ujian nasional kali ini. Tercatat dari 10 berita yang diturunkan oleh
Kompas sebagai headline news, 5 berita menyoroti kekacauan yang terjadi pada UN tahun ini,
sehingga keabsahan UN masih dipertanyakan dan juga membuat konsentrasi para siswa menjadi
terusik, 4 berita menyoroti bagaimana distribusi naskah soal yang terkendala, dan bagaimana
ketersedian paket soal masih menjadi persoalan di sejumlah daerah, 1 berita menyoroti kinerja
Kemdikbud yang tidak profesional.
Dalam pemberitaannya Kompas menyoroti berbagai permasalahan terjadi disebabkan
karena distribusi naskah soal yang terkendala di sejumlah daerah. Terlepas dari itu, manajemen
UN itu sendiri mencerminkan buruknya kinerja jajaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
karena mengurus pendistribusian naskah soal saja tidak beres.
Make Moral Judgement atau evaluasi moral. Menanggapi kekacauan yang terjadi akibat
ujian nasional, ada tiga evaluasi moral yang diberikan oleh Kompas, yaitu :
Pertama, Pemerintah dinilai perlu untuk mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi
UN agar siswa tidak terus menerus menjadi korban. Kedua, untuk mengantisipasi agar tidak ada
lagi keterlambatan proses pencetakan naskah soal, sebaiknya Kemdikbud mengembalikan proses
distribusi naskah soal lagi ke provinsi, atau didesentralisasikan. Ketiga, kekacauan UN kali ini
membuat UN tidak menggambarkan prestasi siswa yang sebenarnya, sehingga tidak tepat untuk
dijadikan pertimbangan nilai untuk masuk PTN.
Treatment Recommendation atau menentukan penyelesaian. Kompas memberikan empat
rekomendasi yang bisa dilakukan dalam pemberitaan mengenai kacaunya pelaksanaan UN tahun
ini :
Pertama, Pemerintah harus berani mengevaluasi apakah UN memang dibutuhkan untuk
menentukan kelulusan siswa atau seharusnya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Kedua,
berbagai upaya telah dilakukan oleh Kemdikbud untuk mendistribusikan soal ke berbagai daerah,
salah satunya dengan mengajak jajaran tinggi TNI/POLRI. Ketiga, hasil UN gelombang kedua
akan tetap memiliki bobot dan fungsi yang sama dengan hasil UN di provinsi lainnya. Keempat,
siswa harus lulus UN terlebih dahulu untuk bisa diterima di PTN berapapun nilainya.
Jika dilihat dari pemberitaan yang dimunculkan, Kompas mencoba mengarahkan opini
publik agar mendesak pemerintah untuk mengevaluasi UN, apakah memang dibutuhkan untuk
menentukan kelulusan siswa atau hanya dipakai untuk pemetaan pendidikan. Seperti yang
dikatakan Wiryanto, adanya istilah “the powerfull effect”, bahwa media memiliki suatu kekutan
dalam membentuk satu pikiran atau persepsi melalui terpaan media atau media exposure. Hal ini
bertujuan agar publik yang memanfaatkan media (baik cetak maupun elektronik) menjadi
terpengaruh oleh pemberitaan media. (Wiryanto: 2005, 58).
Kompas dalam pemberitaannya, memfokuskan masalah pada distribusi soal yang tidak
tuntas. Secara tidak langsung, Kompas ingin menyampaikan bahwa kinerja Kemdikbud tidak
profesional dan juga masih buruknya manajemen pendidikan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan
strategi pembahasan yang dilakukan Kompas ketika berusaha mengupas sebuah masalah sensitif
yang berkembang di tengah masyarakat dengan menggunakan model jalan tengah (MJT), yaitu
menggugat secara tidak langsung: mengkritik tapi disampaikan secara santun, terkesan berputarputar
dan mengaburkan pesan yang hendak disampaikan.
Tidak lupa dalam setiap pemberitaanya mengenai ujian naisonal, Kompas berbekal
dengan tagline “Amanat Hati Nurani Rakyat” juga menyertakan berbagai dampak psikologis
yang dirasakan oleh para siswa yang mengalami penundaan ujian nasional. Seperti yang dimuat
dalam Kompas pada tanggal 16 April 2013 dan 18 April 2013 dengan judul berita “Kami seperti
Kelinci Percobaan” dan “Harap-harap Cemas Siswa Berkepanjangan”. Dalam kedua berita
tersebut ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban terus menerus sehingga
pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi UN. Hal ini sesuai
dengan visi humanisme transdental, Kompas menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi,
mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transeden atau mengatasi
kepentingan kelompok. Oleh karena itu, pemberitaan Kompas yang kritis mengupas masalahmasalah
yang ada dalam masyarakat serta cenderung berpihak kepada rakyat.
5. Penutup
Setelah terselesaikannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam pemberitaan
mengenai ujian nasional adalah Kompas membuat penonjolan terhadap dampak-dampak yang
terjadi akibat penundaan ujian nasional. Hal ini terlihat dari digunakannya dominasi pola bingkai
Impact, yang lebih ditonjolkan dalam headline yang dimunculkan oleh Kompas mengenai ujian
nasional. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Ujian nasional kali ini menimbulkan
dampak besar dalam kehidupan masyarakat, terutama untuk para siswa. Dengan dampak yang
ditimbulkan karena penundaannya, ujian nasional kali ini dianggap penting dan layak dijadikan
berita. Selain itu, dalam pemberitannya mengenai ujian nasional, Kompas juga menggunakan
pola bingkai Human Interest dan Information.
Kompas mencoba mengkontruksi bahwa penundaan ujian nasional yang terjadi,
menunjukkan manajemen pendidikan di Indonesia masih buruk. Dengan berbagai permasalahan
yang terjadi dalam ujian nasional yang merupakan agenda nasional tahunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, mencerminkan juga bahwa kinerja Kemdikbud tidak
profesional.
Dalam pemberitaannya, Kompas tidak hanya menampilkan mengenai kekacauan yang
terjadi pada ujian nasional, tetapi juga menampilkan dampak dampak psikologis pada siswa yang
mengalami penundaan ujian nasional. Ditampilkan bahwa seolah-olah siswa menjadi korban
terus menerus sehingga pemerintah dinilai perlu mengambil langkah tegas untuk mengevaluasi
UN. Hal tersebut juga terkait dengan visi humanisme transendentalnya yang mengutamankan
humanitas dan “Amanat Hati Nurani Rakyat” sehingga Kompas mengemban tugas mulia untuk
menyampaikan apa yang dirasakan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2007). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan, (2008). Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik terhadap PETER L. BERGER &
THOMAS LUCKMANN. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Chaer, Abdul. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta : Rineke Cipta
Dewabrata, AM. (2004). Kalimat Jurnalistik : Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta :
Kompas
Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research.
Diterjemahkan oleh Dariyanto dkk dengan judul Handbook of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Effendi, Onong Uchjana. (1993). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Eriyanto. (2003). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : PT. LKiS
Yogyakarta.
Eriyanto. (2003). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : PT.
LKiS Yogyakarta.
Ishwara, Luwi. (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta : Kompas
Hamad, Ibnu. (2004). Kontruksi Realitas Politik Dalam Media Massa : Sebuah Critical
Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta : Granit
Kusumaningrat, Hikmat. (2005). Jurnalistik : Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Moleong, J. Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Dedy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya). Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyana, Dedy. (2007). Analisis Framing : Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta.
LKiS Pelangi Aksara
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Rahardi, Kunjana. (2011). Bahasa Jurnalistik : Pedoman Kebahasan untuk Mahasiswa, Jurnalis,
dan Umum. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia
Rolnicky, Tom E, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme
(Scholastic Journalism). Jakarta : Kencana.
Santoso, FA. (2010). Sejarah, Organisasi dan Visi Misi Kompas. Pusat Informasi Kompas
Shahab, A.A. (2008). Cara Mudah Menjadi Jurnalis. Jakarta : Diwan Publishing
Sudibyo, Agus. (2006). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.
Suhandang, Kustadi. (2010). Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik. Bandung : Nuansa
Sumadiria, Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisi Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan : Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Pusaran Kekuasaan. Jakarta : Rineke Cipta
Tamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo, Persada
Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Grasindo
Zaenuddin, HM. (2011). The Journalist : Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan Para
Mahasiswa Jurnalistik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Sumber dari internet :
Hemas, GKR. (2013). Ujian Nasional Tidak Mendidik. Dalam
http://www.tempo.co/read/kolom/2013/04/24/694/Ujian-Nasional-Tidak-Mendidik diunduh pada
tanggal 20 Mei 2013 pukul 17.30
Purwoko. (2013). Apakah UN (Ujian Nasional) Harus Tetap Diadakan? Dalam http://alumniits.
blogspot.jp/2013/04/apakah-un-ujian-nasional-harus-tetap.html diunduh pada tanggal 20 Mei
2013 pukul 18.30

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.