BibTex Citation Data :
@article{IO4308, author = {Hani Faurizka and Sunarto Sunarto and Adi Nugroho}, title = {Analisis Framing Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi Di Partai KeadilanSejahtera (PKS) Dalam Koran Tempo}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { ABSTRACT JUDUL : Framing Analysist of Beef Import Quota Bribery Case in Partai Keadilan Sejahtera (PKS) within The Koran Tempo NAMA : HANI FAURIZKA NIM : D2C009005 The mass media always saw political issues as an attractive publicity and also something with a high news value. In several recent years, news reports in Indonesia has always marred by many Indonesian political elites allegations of bribery cases. One of several authority and power abusement cases by cadres of political parties in Indonesia were the suspected fund bribery of beef imports quota in Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Media reporting activities in political cases made them involved in making of political discourse. Media wasn’t act as news courier only but they act as political agent also, they do framing the message for making up issues, and Koran Tempo is on the list with all of its interest attribute within this case. This was descriptive research with framing analysis approach developed by Robert N. Enmant. This research was conducted to determine the frame formed by Koran Tempo in every their news about the bribery case of beef import quotas that occurred in PKS. Result of this study indicated that the Koran Tempo news was dominated by “news maker” frame pattern. Tempo tried to form a view that the names of PKS leaders who are involved in cases is seen as a mistake. The non-PKS resource persons been chosen to corroborate the indications statements of the names of this Islamic-based party leaders involvement. Legal system and the KPK’s process of investigation considered as the only right way to solve the problem. In the end, Koran Tempo is clearly not a neutral media. Koran Tempo’s news keep the journalists subjectivity that is based on an ideology as a critical and courageous media in their every news publication. Key words : Political party, Bribery case, Koran Tempo ABSTRAK JUDUL : Analisis Framing Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi Di Partai KeadilanSejahtera (PKS) Dalam Koran Tempo NAMA : HANI FAURIZKA NIM : D2C009005 Media massa selalu melihat persoalan politik sebagai bahan pemberitaan yang menarik dan memiliki nilai berita yang tinggi. Beberapa tahun terakhir pemberitaan di indonesia selalu diwarnai oleh dugaan kasus suap yang banyak menimpa elite partai politik. Salah satu kasus penyalahgunaan wewenang dan jabatan oleh kader-kader partai politik di Indonesia adalah adanya dugaan dana suap kuota impor daging sapi yang mengalir di tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa-peristiwa politik membuat media seringkali terlibat dalam pembuatan wacana politik. Media tidak hanya bertindak sebagai penyalur pesan melainkan juga sebagai agen politik yang melakukan proses pembingkaian pesan untuk mengkonstruksi sebuah isu, tak terkecuali Koran Tempo dengan segala atribut kepentingannya dalam menyoroti kasus ini. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Enmant. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui frame yang dibentuk oleh Koran Tempo dalam setiap pemberitaannya mengenai kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberitaan Tempo di dominasi oleh pola bingkai News maker. Tempo mencoba membentuk konstruksi bahwa nama-nama petinggi PKS yang terlibat dipandang sebagai suatu hal yang salah. Pemilihan narasumber non-PKS dipilih Tempo untuk menguatkan keterangan adanya indikasi keterlibatan nama-nama petinggi partai berbasis islam tersebut. Jalur hukum serta proses penyidikan KPK dianggap sebagai satu-satunya cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya jelas Tempo bukanlah media yang netral. Pemberitaan Tempo menyimpan subjektivitas wartawan yang dilandasi oleh ideologi sebagai media cetak yang kritis dan berani dalam setiap menurunkan berita kepada pembacanya. Key words : Partai politik, Praktik suap, Koran Tempo PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus korupsi yang terjadi diIndonesia seakan – akan menjadi suatu budaya yang tidak bisa dihilangkan sejak zaman orde baru dan telah menjadi fenomena sosial yang terjadi pada tatanan pemerintahan. Korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan demi mengeduk keuntungan pribadi, dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal untuk memperkaya diri sendiri. Salah satu bentuk tindak korupsi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan adalah masalah suap. Berbagai bentuk praktik korupsi suap menyuap banyak terjadi di lingkungan pejabat birokrasi pemerintah ataupun lembaga publik yang pelaksanaannya bersentuhan dengan masyarakat, tak terkecuali partai politik. Jika dilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik, disebutkan bahwa terdapat tiga fungsi umum sebuah partai politik, yaitu (1) melaksanakan pendidikan politik dengan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (2) menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara melalui mekanisme badan-badan permusyawaratan/ perwakilan rakyat; dan (3) mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Namun setelah melihat kasus-kasus diatas,bisa disimpulkan bahwa terjadi disfungsi dari keberadaan partai politik di Indonesia. Demokrasi partai dalam mencetak kader-kader partai yang bersih sebagai lembaga penyalur aspirasi rakyat, seakan jauh dari kata ideal. Elite partai banyak yang menggunakan wewenang dan kekuasaannya untuk memperkaya kepentingan pribadi, yakni terlibat dalam praktik korupsi seperti pencucian uang maupun suap. Dari sekian banyak isu kasus suap yang melibatkan para elite partai politik di Indonesia, peneliti tertarik pada kasus aliran dana suap penambahan kuota impor daging sapi PT. Indoguna Utama yang mengalir di tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kasus ini terkuak sejak tertangkapnya sosok Ahmad Fathanah di hotel Le Meridien pada dini hari tanggal 29 Januari 2013, yang kemudian menyeret nama kader sekaligus mantan presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq, serta petinggi PKS lainnya untuk turut berurusan dengan KPK. Pada kasus dugaan suap impor daging sapi ini, Luthfi Hasan Ishaaq dan Fathanah ditetapkan sebagai tersangka bersama dua bos PT. Indoguna Utama (perusahaan pengimpor daging) yaitu Juard Effendi dan Arya Abadi Effendy. Selain sebagai presiden PKS kala itu, Luthfi juga tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2009-2014. Ia duduk di Komisi I. Sebagai anggota Komisi I, Luthfi hanya bertugas dalam urusan soal komunikasi, informasi, keamanan, dan pertahanan. Urusan peternakan dan impor daging menjadi ranah Komisi IV dan Komisi VI. Dugaan keterlibatan Luthfi dalam kasus ini adalah, ia diduga \"menjual\" otoritas yang dimilikinya untuk memengaruhi kebijakan soal kuota impor daging. Sebagai petinggi PKS, ia memiliki pengaruh yang besar. Kuota impor daging sapi menjadi kewenangan Kementerian Pertanian, di mana menteri yang menjabat, Suswono, adalah kader PKS. Dari beberapa hasil penyidikan KPK, Luthfi pun diteteapkan sebagi tersangka kasus suap kuota impor daging sapi atas hubungannya dengan Suswono, kader PKS yang menjabat sebagai Menteri Pertanian tersebut. Keterlibatan Luthfi Hasan Ishaaq dalam memanfaatkan jabatan/posisinya untuk berhubungan dengan Mentan Suswono melatarbelakangi penetapan statusnya sebagai tersangka suap, dimana melanggar pasal 12 Huruf a atau b atau Pasal 5 Ayat (2) atau Pasal 11 Undang-Undang No. 31/1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang No. 20/2001 jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP mengenai penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji terkait kewajibannya. Dari awal tertangkapnya Ahmad Fathanah hingga ditetapkannya Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka pencucian uang, berbagai media massa berbondong-bondong menyajikan laporan berita ter-update untuk mengulas kasus ini. Salah satu jenis media massa adalah media massa cetak yang disebut surat kabar atau koran. Dua nama surat kabar nasional di Indonesia yang tak luput mengulas perkembangan kasus suap daging impor di PKS adalah Kompas dan Tempo. Dalam kurun waktu selama kurang lebih 5 bulan, yaitu dari tanggal 31 Januari hingga 30 Mei, pemberitaan mengenai kasus ini masih dibahas dalam kedua surat kabar tersebut. Untuk lebih jelas melihat ragam berita yang dihadirkan oleh Kompas dan Tempo mengenai kasus suap di PKS edisi 31 Januari – 30 Mei 2013, disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Perbandingan jumlah ragam berita dalam surat kabar Kompas dan Tempo edisi 31 Januari – 30 Mei 2013 Ragam Berita Media Kompas Tempo Headline 8 judul 25 judul Berita Utama - 52 judul Nasional - 25 judul Politik dan Hukum 35 judul - Skandal Suap Guncang PKS - 15 judul Jumlah Berita 43 judul 117 judul Keterangan: rincian pada lampiran Terkait dengan berita kasus suap di PKS ini, Tempo menurunkan 25 judul headline pada halaman cover surat kabar, dibandingkan dengan Kompas yang hanya 8 judul headline. Mengingat pentingnya kedudukan sebuah Headline dalam surat kabar, dimana sangat mempengaruhi pembaca dimana memudahkan dalam mengetahui perkembangan kasus yang terjadi serta menumbuhkan motivasi, mendorong dan mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang disajikan pada berbagai media cetak yang ada di masyarakat. Perbedaan penyampaian suatu berita di berbagai media juga dipengaruhi oleh latar belakang seorang wartawan dari media yang bersangkutan. Dalam Kode Etik Jurnalistik Indonesia dalam Undang-Undang Pers, pasal 1 disebutkan bahwa : “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”. Namun saat ini, seiring perkembangan pers serta kekebasan wartawan dalam menghasilkan berita tak sedikit ditemukan berita-berita yang dinilai tidak berimbang sesuai dengan ketentuan kode etik jurnalistik. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektifitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penelitian berita menyimpan ideology dan campur tangan wartawan. Seorang wartawan pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh dilapangan. Dalam kasus yang diangkat ini dapat tersaji dengan jelas, bagaimana media massa menggambarkan identitas para actor yang menjadi sorotan utama mendominsi teks (profil) yang menjadi sorotan. Adanya proses seleksi isu dan penekanan pada isi berita yang dianggap layak ditampilkan, dipengaruhi juga oleh persepsi wartawan, yang jelas sangat beragam. Interpretasi sangat dilandasi dengan kepentingan masingmasing media massa tak terkecuali Koran Tempo dalam pemberitaannya seputar kasus suap impor daging sapi yang melibatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). B. Permasalahan Bagaimana majalah Tempo membingkai berita tentang kasus suap daging sapi impor yang melibatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ? PEMBAHASAN Berdasarkan data empirik penelitian, sejak kasus ini terkuak, Tempo tercatat menurunkan 25 judul headline mengenai kasus suap kuota impor daging sapi. Namun penelitian ini hanya merujuk pada 10 judul headline pada tanggal 10 Mei hingga 30 Mei 2013, dimana dalam periode tersebut pembahasan berita kasus suap impor daging sapi yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih terfokus, serta menjadi cover pemberitaan paling banyak. Dengan menggunakan perangkat framing Entman, akan diketahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan Tempo terhadap kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi di PKS. Berikut penjabarannya : Define Problems atau pendefinisian masalah. Dalam membahas masalah kasus suap kuota impor daging sapi di PKS ini, 10 berita yang diturunkan oleh Tempo hampir sebagian besar terfokus pada framing pola bingkai News Maker/Public Figure, berita-berita yang disajikan selalu terkait dengan nama-nama besar petinggi PKS yang terlibat didalamnya. Tercatat dari 10 berita tersebut, ada 9 berita menggunakan pola bingkai News Maker. Terlihat disini bagaimana Tempo mencoba untuk memberikan gambaran bahwa kasus yang menyeret nama orang-orang penting, orang-orang terkemuka, lembaga penting, menjadi salah satu hal yang menarik untuk dijadikan berita. Dalam hal ini baik itu petinggi partai, menteri dan lembaga tinggi negara yang bersentuhan dengan kasus hukum mau tak mau akan ditindak lanjuti pula berdasarkan hukum yang berlaku. Diagnose Causes atau memperkirakan penyebab masalah. Dalam memberitakan tentang kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi di PKS ini secara tidak langsung tampak bahwa Tempo menganggap bahwa kesaksian sumber berita di luar PKS menjadi penyebab masalah dalam kisruh yang melibatkan nama-nama petinggi partainya dan lembaganya itu sendiri. Disini tampak bagaimana Tempo berusaha menyudutkan pihak PKS dengan dengan keterangan-keterangan sumber di luar PKS yang sebagian besar mengungkapkan fakta adanya keterlibatan para petinggi PKS dalam kasus suap kuota impor daging sapi. Make Moral Judgement atau membuat keputusan moral. Menanggapi kasus suap impor daging yang yang melibatkan para petinggi Partai Keadilan Sejahtera ini, ada 5 evaluasi moral yang diberikan oleh Tempo: pertama, keterlibatan para petinggi PKS dinilai salah karena tugas dan wewenang mereka dalam struktur kepartaian tidak ada hubungannya dengan kasus penambahan kuota impor daging sapi. Kedua, status hukum Suswono dalam kasus impor daging masih sebatas saksi atas dua tersangka sebelumnya, Luthfi Hasan Ishaaq dan Fathanah . Ketiga, benda-benda yang terkait dengan aliran dana dari Fathanah dikategorikan sebagai hasil pencucian uang dan tindak suap. Keempat, KPK dinilai lamban dalam memproses status hukum dan melakukan pemeriksaan terhadap para petinggi PKS yang terlibat. Kelima, laporan PKS atas KPK termasuk dalam upaya mengkriminalkan KPK, alasannya karena PKS melaporkan KPK dengan pasal pidana, yakni pencemaran nama baik. Kemudian dalam Treatment recommendation, menurut Tempo rekomendasi yang bisa dilakukan dalam menghadapi kisruh kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi di PKS ini adalah dengan menyerahkan proses dan penyelidikan sepenuhnya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tempo menggarisbawahi bahwa semua petinggi PKS yang terlibat kasus ini harus di sikapi secara serius, salah satunya dengan penyelidikan dan pemeriksaan sesuai prosedur hukum yang berlaku. Koran Tempo melihat bahwa penyelidikan yang dilakukan pihak KPK merupakan suatu cara agar masyarakat melihat bahwa segala bentuk praktik korupsi yang dilakukan elite parpol adalah masalah yang serius dan harus ditangani oleh lembaga yang berwenang. Dari keseluruhan pemberitaan yang di munculkan, Tempo mencoba mengarahkan opini public bahwa kasus suap impor daging yang terjadi di PKS ini dianggap salah dan melanggar ketentuan hukum sehingga pantas untuk diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Tempo juga menggunakan menggunakan gaya bahasanya cenderung lebih berani. Apalagi, jenis berita yang disampaikan berupa isu yang sensitif. Keberanian dalam menulis berita yang sensitif itu diikuti dengan kreativitas dalam mengolah berita menjadi sesuatu yang menarik atensi pembaca. PENUTUP Kesimpulan Melalui hasil analisis dengan menggunakan perangkat framing Robert N. Enmant, penulis telah menemukan pola bingkai (frame) yang digunakan oleh Tempo dalam kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam periode 10-30 Mei 2013. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberitaan Tempo didominasi oleh pola bingkai News maker. Nilai berita News maker pada pemberitaan Tempo mendapat porsi yang lebih besar dibandingkan nilai berita konflik. Tempo menilai bahwa nama-nama petinggi PKS yang terlibat dalam kasus ini penting dan layak dijadikan berita, hal ini sesuai dengan teori jurnalistik yang menyebutkan bahwa nama selalu menciptakan berita (names make news). Teori tersebut dapat dianalogikan dengan pernyataan bahwa segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh orang-orang penting selalu dikutip oleh media dan menjadi berita, sekalipun hal itu bersifat negatif. Tempo mencoba mengkonstruksikan bahwa petinggi PKS yang terlibat kasus tindak pidana korupsi, baik dalam bentuk suap maupun pencucian uang, merupakan suatu bentuk penyalahgunaan wewenang dan kedudukan karena tidak seharusnya figur yang menjadi panutan dalam partai terlibat dalam sebuah kasus. Hal ini dipandang oleh Tempo sebagai suatu kesalahan, dan jalur hukum menjadi satusatunya cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Sikap Tempo tersebut juga didukung dengan pemilihan narasumber yang digunakan dalam pemberitaan. Mayoritas sumber berita yang ditampilkan Tempo adalah pihak-pihak non-PKS. Kesaksian sumber berita tersebut cenderung membenarkan fakta keterlibatan para petinggi PKS dalam kasus suap impor daging. Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa Tempo bukanlah media yang netral dalam mengkonstruksikan suatu isu. Pemberitaan Tempo menyimpan subyektivitas wartawan yang dilandasi oleh ideologi sebagai media cetak yang kritis dan berani dalam setiap menurunkan berita kepada pembacanya. Daftar Pustaka Referensi Buku Ardianto, Elvinaro., Erdinaya., Komala, Lukiati. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group Chaer, Abdul. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (1994). Handbook of Qualitative Research. London: SAGE Publications Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. Diterjemahkan oleh Dariyanto dkk dengan judul Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Effendy, Onong Uchjana. (2005). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara Eriyanto. (2007). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : PT. LKiS Yogyakarta. Junaedhi, Kurniawan. (1995). Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit Moleong, J. Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Rahardi, Kunjana. (2011). Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia Rolnicky, Tom. E, C. Dow Tate, Sherri A Taylor. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastis Journalism). Jakarta: Kencana Sobur, Alex. (2005). Analisis Teks Media Massa, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya Steelw, Janet E. (2007). Wars within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia. Jakarta: PT Equinox Publishing Indonesia. Sudibyo, Agus. (2001) . Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LkiS Suhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Nuansa Sumadiria, Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia:Menulis Berita dan Feature. Bandung: Remaja Rosdakarya Syah, Sirikit. (2011). Rambu-Rambu Jurnalistik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Tamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo, Persada Wiryanto. ( 2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grameia Wiiasarana Indonesia. Internet Dwi Wedhaswary , Inggried. (2013). Citra Partai Bersih PKS Tercoreng. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/01/31/09280349/Citra.Partai.Bersih.PKS.T ercoreng. Diunduh pada 3 Juni 2013 pukul 20.30 WIB Ruslan , Heri. (2013). Presiden PKS Bantah Terima Suap Impor Daging. Dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/01/31/mhgw0u-presidenpks- bantah-terima-suap-impor-daging. Diunduh pada 3 Juni 2013 pukul 21.00 WIB Suharman, Tri. (2013). Presiden PKS Tersangka Suap Rp 1 Milyar. Dalam http://koran.tempo.co/konten/2013/01/31/299464/SKANDAL-IMPORDAGINGPresiden- PKS-Tersangka-Suap-Rp-1-Miliar. Diunduh pada 3 Juni 2013 pukul 22.30 WIB Damanik, Caroline. (2013). Sudah Ditahan KPK Emir Masih Berstatus Ketua Komisi XI DPR. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/08/19/1222009/Sudah.Ditahan.KPK.Emir. Masih.Berstatus.Ketua.Komisi.XI.DPR. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul 09.00 WIB Suharman, Tri. (2011). Nazar Beberkan Peran Anas dan Angie di Kasus Hambalang. Dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/12/22/063373280/Nazar-Beberkan- Peran-Anas-dan-Angie-di-Kasus-Hambalang. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul 10.30 WIB Kurniawam, Bahri. (2013). ICW: Kader Golkar Paling Banyak Jadi Tersangka Korupsi. Dalam http://www.tribunnews.com/nasional/2012/10/04/icw-kadergolkar- paling-banyak-jadi-tersangka-korupsi. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul 13.00 WIB Meisikalesaran. (2011). Contoh Pelanggaran Kode Etik Pers. Dalam http://meisikalesaran.wordpress.com/2011/02/07/contoh-pelanggaran-kode-etikpers/. Diunduh pada 22 Juli 2013 pukul 20.00 WIB Blog Tempo Interaktif. (2007). Cergas. Dalam http://blog.tempointeraktif.com/tempo/cergas/. Diunduh pada 23 Juli 2013 pukul 21.00 WIB Dwi Wedhaswary, Inggried. (2013). Luthfi Diduga Jual Pengaruhnya Untuk Atur Impor Daging. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2013/01/31/15290283/Luthfi.Diduga.Jual.Penga ruhnya.untuk.Atur.Impor.Daging. Diunduh pada 28 Juli 2013 pukul 10.00 WIB Alfiyah, Nur. (2013). Luthfi Hasan Ishaaq Tersangka Pencucian Uang. Dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/03/26/078469527/Luthfi-Hasan-Ishaaq- Tersangka-Pencucian-Uang. Diunduh pada 29 Juli 2013 pukul 22.00 WIB Hendrawam, Parliza. (2013). Demokrat dan PKS Dianggap Juara Korupsi. Dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/02/19/078462351/Demokrat-dan-PKSDianggap- Juara-Korupsi. Diunduh pada 29 Juli 2013 pukul 23.30 WIB }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4308} }
Refworks Citation Data :
ABSTRACTJUDUL : Framing Analysist of Beef Import Quota Bribery Case in PartaiKeadilan Sejahtera (PKS) within The Koran TempoNAMA : HANI FAURIZKANIM : D2C009005The mass media always saw political issues as an attractive publicity and also something witha high news value. In several recent years, news reports in Indonesia has always marred by manyIndonesian political elites allegations of bribery cases. One of several authority and power abusementcases by cadres of political parties in Indonesia were the suspected fund bribery of beef imports quotain Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Media reporting activities in political cases made them involved in making of politicaldiscourse. Media wasn’t act as news courier only but they act as political agent also, they do framingthe message for making up issues, and Koran Tempo is on the list with all of its interest attributewithin this case.This was descriptive research with framing analysis approach developed by Robert N.Enmant. This research was conducted to determine the frame formed by Koran Tempo in every theirnews about the bribery case of beef import quotas that occurred in PKS.Result of this study indicated that the Koran Tempo news was dominated by “news maker”frame pattern. Tempo tried to form a view that the names of PKS leaders who are involved in cases isseen as a mistake. The non-PKS resource persons been chosen to corroborate the indicationsstatements of the names of this Islamic-based party leaders involvement. Legal system and the KPK’sprocess of investigation considered as the only right way to solve the problem. In the end, KoranTempo is clearly not a neutral media. Koran Tempo’s news keep the journalists subjectivity that isbased on an ideology as a critical and courageous media in their every news publication.Key words : Political party, Bribery case, Koran TempoABSTRAKJUDUL : Analisis Framing Kasus Suap Kuota Impor Daging Sapi Di PartaiKeadilanSejahtera (PKS) Dalam Koran TempoNAMA : HANI FAURIZKANIM : D2C009005Media massa selalu melihat persoalan politik sebagai bahan pemberitaan yang menarik danmemiliki nilai berita yang tinggi. Beberapa tahun terakhir pemberitaan di indonesia selalu diwarnaioleh dugaan kasus suap yang banyak menimpa elite partai politik. Salah satu kasus penyalahgunaanwewenang dan jabatan oleh kader-kader partai politik di Indonesia adalah adanya dugaan dana suapkuota impor daging sapi yang mengalir di tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa-peristiwa politik membuat media seringkaliterlibat dalam pembuatan wacana politik. Media tidak hanya bertindak sebagai penyalur pesanmelainkan juga sebagai agen politik yang melakukan proses pembingkaian pesan untukmengkonstruksi sebuah isu, tak terkecuali Koran Tempo dengan segala atribut kepentingannya dalammenyoroti kasus ini.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan analisis framing yang dikembangkan olehRobert N. Enmant. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui frame yang dibentuk oleh KoranTempo dalam setiap pemberitaannya mengenai kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi diPartai Keadilan Sejahtera (PKS).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberitaan Tempo di dominasi oleh pola bingkaiNews maker. Tempo mencoba membentuk konstruksi bahwa nama-nama petinggi PKS yang terlibatdipandang sebagai suatu hal yang salah. Pemilihan narasumber non-PKS dipilih Tempo untukmenguatkan keterangan adanya indikasi keterlibatan nama-nama petinggi partai berbasis islamtersebut. Jalur hukum serta proses penyidikan KPK dianggap sebagai satu-satunya cara yang tepatuntuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya jelas Tempo bukanlah media yang netral. PemberitaanTempo menyimpan subjektivitas wartawan yang dilandasi oleh ideologi sebagai media cetak yangkritis dan berani dalam setiap menurunkan berita kepada pembacanya.Key words : Partai politik, Praktik suap, Koran TempoPENDAHULUANA. Latar BelakangMaraknya kasus korupsi yang terjadi diIndonesia seakan – akan menjadi suatu budayayang tidak bisa dihilangkan sejak zaman orde baru dan telah menjadi fenomena sosialyang terjadi pada tatanan pemerintahan. Korupsi merupakan gejala salah pakai dansalah urus dari kekuasaan demi mengeduk keuntungan pribadi, dengan menggunakanwewenang dan kekuatan-kekuatan formal untuk memperkaya diri sendiri.Salah satu bentuk tindak korupsi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan adalahmasalah suap. Berbagai bentuk praktik korupsi suap menyuap banyak terjadi dilingkungan pejabat birokrasi pemerintah ataupun lembaga publik yangpelaksanaannya bersentuhan dengan masyarakat, tak terkecuali partai politik. Jikadilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1999 Tentang PartaiPolitik, disebutkan bahwa terdapat tiga fungsi umum sebuah partai politik, yaitu (1)melaksanakan pendidikan politik dengan menumbuhkan dan mengembangkankesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat dalam kehidupan berbangsa danbernegara; (2) menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakatdalam pembuatan kebijakan negara melalui mekanisme badan-badanpermusyawaratan/ perwakilan rakyat; dan (3) mempersiapkan anggota masyarakatuntuk mengisi jabatan jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Namunsetelah melihat kasus-kasus diatas,bisa disimpulkan bahwa terjadi disfungsi darikeberadaan partai politik di Indonesia. Demokrasi partai dalam mencetak kader-kaderpartai yang bersih sebagai lembaga penyalur aspirasi rakyat, seakan jauh dari kataideal. Elite partai banyak yang menggunakan wewenang dan kekuasaannya untukmemperkaya kepentingan pribadi, yakni terlibat dalam praktik korupsi sepertipencucian uang maupun suap.Dari sekian banyak isu kasus suap yang melibatkan para elite partai politik diIndonesia, peneliti tertarik pada kasus aliran dana suap penambahan kuota impordaging sapi PT. Indoguna Utama yang mengalir di tubuh Partai Keadilan Sejahtera(PKS). Kasus ini terkuak sejak tertangkapnya sosok Ahmad Fathanah di hotel LeMeridien pada dini hari tanggal 29 Januari 2013, yang kemudian menyeret namakader sekaligus mantan presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq, serta petinggi PKS lainnyauntuk turut berurusan dengan KPK.Pada kasus dugaan suap impor daging sapi ini, Luthfi Hasan Ishaaq danFathanah ditetapkan sebagai tersangka bersama dua bos PT. Indoguna Utama(perusahaan pengimpor daging) yaitu Juard Effendi dan Arya Abadi Effendy. Selainsebagai presiden PKS kala itu, Luthfi juga tercatat sebagai anggota Dewan PerwakilanRakyat (DPR) 2009-2014. Ia duduk di Komisi I. Sebagai anggota Komisi I, Luthfihanya bertugas dalam urusan soal komunikasi, informasi, keamanan, dan pertahanan.Urusan peternakan dan impor daging menjadi ranah Komisi IV dan Komisi VI.Dugaan keterlibatan Luthfi dalam kasus ini adalah, ia diduga "menjual" otoritas yangdimilikinya untuk memengaruhi kebijakan soal kuota impor daging. Sebagai petinggiPKS, ia memiliki pengaruh yang besar. Kuota impor daging sapi menjadi kewenanganKementerian Pertanian, di mana menteri yang menjabat, Suswono, adalah kader PKS.Dari beberapa hasil penyidikan KPK, Luthfi pun diteteapkan sebagi tersangka kasussuap kuota impor daging sapi atas hubungannya dengan Suswono, kader PKS yangmenjabat sebagai Menteri Pertanian tersebut.Keterlibatan Luthfi Hasan Ishaaq dalam memanfaatkan jabatan/posisinya untukberhubungan dengan Mentan Suswono melatarbelakangi penetapan statusnya sebagaitersangka suap, dimana melanggar pasal 12 Huruf a atau b atau Pasal 5 Ayat (2) atauPasal 11 Undang-Undang No. 31/1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 20/2001 jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP mengenai penyelenggaranegara yang menerima hadiah atau janji terkait kewajibannya.Dari awal tertangkapnya Ahmad Fathanah hingga ditetapkannya Luthfi HasanIshaaq sebagai tersangka pencucian uang, berbagai media massa berbondong-bondongmenyajikan laporan berita ter-update untuk mengulas kasus ini. Salah satu jenis mediamassa adalah media massa cetak yang disebut surat kabar atau koran. Dua nama suratkabar nasional di Indonesia yang tak luput mengulas perkembangan kasus suapdaging impor di PKS adalah Kompas dan Tempo. Dalam kurun waktu selama kuranglebih 5 bulan, yaitu dari tanggal 31 Januari hingga 30 Mei, pemberitaan mengenaikasus ini masih dibahas dalam kedua surat kabar tersebut. Untuk lebih jelas melihatragam berita yang dihadirkan oleh Kompas dan Tempo mengenai kasus suap di PKSedisi 31 Januari – 30 Mei 2013, disajikan dalam tabel berikut :Tabel 1.1Perbandingan jumlah ragam berita dalam surat kabar Kompas danTempo edisi 31 Januari – 30 Mei 2013Ragam BeritaMediaKompas TempoHeadline 8 judul 25 judulBerita Utama - 52 judulNasional - 25 judulPolitik danHukum35 judul -Skandal SuapGuncang PKS- 15 judulJumlah Berita 43 judul 117 judulKeterangan: rincian pada lampiranTerkait dengan berita kasus suap di PKS ini, Tempo menurunkan 25 judulheadline pada halaman cover surat kabar, dibandingkan dengan Kompas yang hanya 8judul headline. Mengingat pentingnya kedudukan sebuah Headline dalam surat kabar,dimana sangat mempengaruhi pembaca dimana memudahkan dalam mengetahuiperkembangan kasus yang terjadi serta menumbuhkan motivasi, mendorong danmengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif dalammenyikapi berita-berita yang disajikan pada berbagai media cetak yang ada dimasyarakat.Perbedaan penyampaian suatu berita di berbagai media juga dipengaruhi olehlatar belakang seorang wartawan dari media yang bersangkutan. Dalam Kode EtikJurnalistik Indonesia dalam Undang-Undang Pers, pasal 1 disebutkan bahwa :“Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dantidak beritikad buruk”. Namun saat ini, seiring perkembangan pers serta kekebasan wartawandalam menghasilkan berita tak sedikit ditemukan berita-berita yang dinilai tidak berimbangsesuai dengan ketentuan kode etik jurnalistik. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuahberita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuhdengan objektifitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betulgerak pers. Mereka akan menilai lebih terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiappenelitian berita menyimpan ideology dan campur tangan wartawan. Seorangwartawan pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-datayang diperoleh dilapangan.Dalam kasus yang diangkat ini dapat tersaji dengan jelas, bagaimana mediamassa menggambarkan identitas para actor yang menjadi sorotan utama mendominsiteks (profil) yang menjadi sorotan. Adanya proses seleksi isu dan penekanan pada isiberita yang dianggap layak ditampilkan, dipengaruhi juga oleh persepsi wartawan,yang jelas sangat beragam. Interpretasi sangat dilandasi dengan kepentingan masingmasingmedia massa tak terkecuali Koran Tempo dalam pemberitaannya seputarkasus suap impor daging sapi yang melibatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).B. PermasalahanBagaimana majalah Tempo membingkai berita tentang kasus suap daging sapi imporyang melibatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ?PEMBAHASANBerdasarkan data empirik penelitian, sejak kasus ini terkuak, Tempo tercatatmenurunkan 25 judul headline mengenai kasus suap kuota impor daging sapi. Namunpenelitian ini hanya merujuk pada 10 judul headline pada tanggal 10 Mei hingga 30Mei 2013, dimana dalam periode tersebut pembahasan berita kasus suap impor dagingsapi yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lebih terfokus, serta menjadicover pemberitaan paling banyak. Dengan menggunakan perangkat framing Entman,akan diketahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan Tempo terhadap kasus suapkuota impor daging sapi yang terjadi di PKS. Berikut penjabarannya :Define Problems atau pendefinisian masalah. Dalam membahas masalah kasussuap kuota impor daging sapi di PKS ini, 10 berita yang diturunkan oleh Tempohampir sebagian besar terfokus pada framing pola bingkai News Maker/Public Figure,berita-berita yang disajikan selalu terkait dengan nama-nama besar petinggi PKS yangterlibat didalamnya.Tercatat dari 10 berita tersebut, ada 9 berita menggunakan pola bingkai NewsMaker. Terlihat disini bagaimana Tempo mencoba untuk memberikan gambaranbahwa kasus yang menyeret nama orang-orang penting, orang-orang terkemuka,lembaga penting, menjadi salah satu hal yang menarik untuk dijadikan berita. Dalamhal ini baik itu petinggi partai, menteri dan lembaga tinggi negara yang bersentuhandengan kasus hukum mau tak mau akan ditindak lanjuti pula berdasarkan hukumyang berlaku.Diagnose Causes atau memperkirakan penyebab masalah. Dalam memberitakantentang kasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi di PKS ini secara tidaklangsung tampak bahwa Tempo menganggap bahwa kesaksian sumber berita di luarPKS menjadi penyebab masalah dalam kisruh yang melibatkan nama-nama petinggipartainya dan lembaganya itu sendiri. Disini tampak bagaimana Tempo berusahamenyudutkan pihak PKS dengan dengan keterangan-keterangan sumber di luar PKSyang sebagian besar mengungkapkan fakta adanya keterlibatan para petinggi PKSdalam kasus suap kuota impor daging sapi.Make Moral Judgement atau membuat keputusan moral. Menanggapi kasus suapimpor daging yang yang melibatkan para petinggi Partai Keadilan Sejahtera ini, ada 5evaluasi moral yang diberikan oleh Tempo: pertama, keterlibatan para petinggi PKSdinilai salah karena tugas dan wewenang mereka dalam struktur kepartaian tidak adahubungannya dengan kasus penambahan kuota impor daging sapi. Kedua, statushukum Suswono dalam kasus impor daging masih sebatas saksi atas dua tersangkasebelumnya, Luthfi Hasan Ishaaq dan Fathanah . Ketiga, benda-benda yang terkaitdengan aliran dana dari Fathanah dikategorikan sebagai hasil pencucian uang dantindak suap. Keempat, KPK dinilai lamban dalam memproses status hukum danmelakukan pemeriksaan terhadap para petinggi PKS yang terlibat. Kelima, laporanPKS atas KPK termasuk dalam upaya mengkriminalkan KPK, alasannya karena PKSmelaporkan KPK dengan pasal pidana, yakni pencemaran nama baik.Kemudian dalam Treatment recommendation, menurut Tempo rekomendasiyang bisa dilakukan dalam menghadapi kisruh kasus suap kuota impor daging sapiyang terjadi di PKS ini adalah dengan menyerahkan proses dan penyelidikansepenuhnya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tempo menggarisbawahibahwa semua petinggi PKS yang terlibat kasus ini harus di sikapi secara serius, salahsatunya dengan penyelidikan dan pemeriksaan sesuai prosedur hukum yang berlaku.Koran Tempo melihat bahwa penyelidikan yang dilakukan pihak KPK merupakansuatu cara agar masyarakat melihat bahwa segala bentuk praktik korupsi yangdilakukan elite parpol adalah masalah yang serius dan harus ditangani oleh lembagayang berwenang.Dari keseluruhan pemberitaan yang di munculkan, Tempo mencobamengarahkan opini public bahwa kasus suap impor daging yang terjadi di PKS inidianggap salah dan melanggar ketentuan hukum sehingga pantas untuk diprosessesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Tempo juga menggunakanmenggunakan gaya bahasanya cenderung lebih berani. Apalagi, jenis berita yangdisampaikan berupa isu yang sensitif. Keberanian dalam menulis berita yang sensitifitu diikuti dengan kreativitas dalam mengolah berita menjadi sesuatu yang menarikatensi pembaca.PENUTUPKesimpulanMelalui hasil analisis dengan menggunakan perangkat framing Robert N. Enmant,penulis telah menemukan pola bingkai (frame) yang digunakan oleh Tempo dalamkasus suap kuota impor daging sapi yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS)dalam periode 10-30 Mei 2013. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberitaanTempo didominasi oleh pola bingkai News maker. Nilai berita News maker padapemberitaan Tempo mendapat porsi yang lebih besar dibandingkan nilai beritakonflik.Tempo menilai bahwa nama-nama petinggi PKS yang terlibat dalam kasus inipenting dan layak dijadikan berita, hal ini sesuai dengan teori jurnalistik yangmenyebutkan bahwa nama selalu menciptakan berita (names make news). Teoritersebut dapat dianalogikan dengan pernyataan bahwa segala sesuatu yang dikatakandan dilakukan oleh orang-orang penting selalu dikutip oleh media dan menjadi berita,sekalipun hal itu bersifat negatif.Tempo mencoba mengkonstruksikan bahwa petinggi PKS yang terlibat kasustindak pidana korupsi, baik dalam bentuk suap maupun pencucian uang, merupakansuatu bentuk penyalahgunaan wewenang dan kedudukan karena tidak seharusnyafigur yang menjadi panutan dalam partai terlibat dalam sebuah kasus. Hal inidipandang oleh Tempo sebagai suatu kesalahan, dan jalur hukum menjadi satusatunyacara yang tepat untuk menyelesaikan masalah.Sikap Tempo tersebut juga didukung dengan pemilihan narasumber yangdigunakan dalam pemberitaan. Mayoritas sumber berita yang ditampilkan Tempoadalah pihak-pihak non-PKS. Kesaksian sumber berita tersebut cenderungmembenarkan fakta keterlibatan para petinggi PKS dalam kasus suap impor daging.Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa Tempo bukanlah media yang netraldalam mengkonstruksikan suatu isu. Pemberitaan Tempo menyimpan subyektivitaswartawan yang dilandasi oleh ideologi sebagai media cetak yang kritis dan beranidalam setiap menurunkan berita kepada pembacanya.Daftar PustakaReferensi BukuArdianto, Elvinaro., Erdinaya., Komala, Lukiati. (2004). Komunikasi Massa: SuatuPengantar. Bandung: RosdakaryaBungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media GroupChaer, Abdul. (2010). Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka CiptaDenzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (1994). Handbook of QualitativeResearch. London: SAGE PublicationsDenzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of QualitativeResearch. Diterjemahkan oleh Dariyanto dkk dengan judul Handbook ofQualitative Research. Yogyakarta: Pustaka PelajarEffendy, Onong Uchjana. (2005). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:Remaja RosdakaryaEriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta: PT. LKis Pelangi AksaraEriyanto. (2007). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta : PT. LKiS Yogyakarta.Junaedhi, Kurniawan. (1995). Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: GramediaPustaka Utama.Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: GranitMoleong, J. Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakaryaRahardi, Kunjana. (2011). Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia IndonesiaRolnicky, Tom. E, C. Dow Tate, Sherri A Taylor. (2008). Pengantar DasarJurnalisme (Scholastis Journalism). Jakarta: KencanaSobur, Alex. (2005). Analisis Teks Media Massa, Suatu Pengantar Untuk AnalisisWacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja RosdakaryaSteelw, Janet E. (2007). Wars within: The Story of Tempo, an Independent Magazinein Soeharto’s Indonesia. Jakarta: PT Equinox Publishing Indonesia.Sudibyo, Agus. (2001) . Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LkiSSuhandang, Kustadi. (2004). Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, danKode Etik. Bandung: NuansaSumadiria, Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia:Menulis Berita dan Feature.Bandung: Remaja RosdakaryaSyah, Sirikit. (2011). Rambu-Rambu Jurnalistik. Yogyakarta:Pustaka PelajarTamburaka, Apriadi. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo,PersadaWiryanto. ( 2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grameia WiiasaranaIndonesia.InternetDwi Wedhaswary , Inggried. (2013). Citra Partai Bersih PKS Tercoreng. Dalamhttp://nasional.kompas.com/read/2013/01/31/09280349/Citra.Partai.Bersih.PKS.Tercoreng. Diunduh pada 3 Juni 2013 pukul 20.30 WIBRuslan , Heri. (2013). Presiden PKS Bantah Terima Suap Impor Daging. Dalamhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/01/31/mhgw0u-presidenpks-bantah-terima-suap-impor-daging. Diunduh pada 3 Juni 2013 pukul 21.00WIBSuharman, Tri. (2013). Presiden PKS Tersangka Suap Rp 1 Milyar. Dalamhttp://koran.tempo.co/konten/2013/01/31/299464/SKANDAL-IMPORDAGINGPresiden-PKS-Tersangka-Suap-Rp-1-Miliar. Diunduh pada 3 Juni 2013pukul 22.30 WIBDamanik, Caroline. (2013). Sudah Ditahan KPK Emir Masih Berstatus Ketua KomisiXI DPR. Dalamhttp://nasional.kompas.com/read/2013/08/19/1222009/Sudah.Ditahan.KPK.Emir.Masih.Berstatus.Ketua.Komisi.XI.DPR. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul 09.00WIBSuharman, Tri. (2011). Nazar Beberkan Peran Anas dan Angie di Kasus Hambalang.Dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/12/22/063373280/Nazar-Beberkan-Peran-Anas-dan-Angie-di-Kasus-Hambalang. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul10.30 WIBKurniawam, Bahri. (2013). ICW: Kader Golkar Paling Banyak Jadi TersangkaKorupsi. Dalam http://www.tribunnews.com/nasional/2012/10/04/icw-kadergolkar-paling-banyak-jadi-tersangka-korupsi. Diunduh pada 16 Juli 2013 pukul13.00 WIBMeisikalesaran. (2011). Contoh Pelanggaran Kode Etik Pers. Dalamhttp://meisikalesaran.wordpress.com/2011/02/07/contoh-pelanggaran-kode-etikpers/.Diunduh pada 22 Juli 2013 pukul 20.00 WIBBlog Tempo Interaktif. (2007). Cergas. Dalamhttp://blog.tempointeraktif.com/tempo/cergas/. Diunduh pada 23 Juli 2013 pukul21.00 WIBDwi Wedhaswary, Inggried. (2013). Luthfi Diduga Jual Pengaruhnya Untuk AturImpor Daging. Dalamhttp://nasional.kompas.com/read/2013/01/31/15290283/Luthfi.Diduga.Jual.Pengaruhnya.untuk.Atur.Impor.Daging. Diunduh pada 28 Juli 2013 pukul 10.00 WIBAlfiyah, Nur. (2013). Luthfi Hasan Ishaaq Tersangka Pencucian Uang. Dalamhttp://www.tempo.co/read/news/2013/03/26/078469527/Luthfi-Hasan-Ishaaq-Tersangka-Pencucian-Uang. Diunduh pada 29 Juli 2013 pukul 22.00 WIBHendrawam, Parliza. (2013). Demokrat dan PKS Dianggap Juara Korupsi. Dalamhttp://www.tempo.co/read/news/2013/02/19/078462351/Demokrat-dan-PKSDianggap-Juara-Korupsi. Diunduh pada 29 Juli 2013 pukul 23.30 WIB
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.