skip to main content

Pengaruh Terpaan Kampanye Cagub-Cawagub, Intensitas Komunikasi Politik di dalam Keluarga, dan Kelompok Referensi terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula pada Pilgub Jateng 2013


Citation Format:
Abstract

Pengaruh Terpaan Kampanye Cagub-Cawagub,
Intensitas Komunikasi Politik di dalam Keluarga, dan Kelompok Referensi
terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula pada Pilgub Jateng 2013
ABSTRACT
On May 26th, 2013, people of Central Java implemented the Gubernatorial Election.
Various campaigns conducted to gain public sympathy. However, the number of abstentions was
very high, reaching 44 percent. On the other hand, youth voters have a significant impact to the
success of the elections, or the victory of candidate, based on the relatively large amount.
Adolescents at 17-18 years old, which when the Central Java Gubernatorial Election 2013, they
vote for the first time, most of them live with a family and at that age are also often involved in
some reference groups.
This study used quantitative research methods and the type is explanatory research,
which examines the relationship between variables through hypothesis testing. The population
used in this study were high school students, Madrasah Aliyah, and vocational high schools in
Semarang city, with multistage random sampling technique. This study used logistic regression
as statistical test. This test is used when the dependent variabel have dichotomous scale.
The results showed that exposure to the candidates’ campaigns has no effect on youth
voters political participation, while political communication intencity in the family and political
communication intencity in the reference group both has influence on youth voters political
participation. Opened campaign or through the media can’t reach youth voters effectively. On
the other side, youth voters need some party (but not political party) to mobilize their political
participation. So, this study suggested that the target of the campaign are families or groups who
have access to the youth voters. Family and reference group had a significant influence on the
political socialization process to the youth voters, so that will be more effective when the politic
or campaign informations delivered through the socialization agents.
Keywords : campaign, family, reference group, youth voters
ABSTRAKSI
Pada tanggal 26 Mei 2013, masyarakat Jawa Tengah melaksanakan pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur secara langsung. Namun, angka golput ternyata sangat tinggi, yaitu
mencapai angka 44 persen. Di sisi lain, pemilih pemula memiliki pengaruh yang cukup
signifikan bagi kesuksesan pemilihan umum, ataupun bagi kemenangan salah satu kandidat,
mengingat jumlah yang relatif besar. Remaja pada usia 17-18 tahun, di mana pada saat Pilgub
Jateng 2013 menjadi pemilih untuk pertama kalinya, sebagian besar tinggal dengan keluarga dan
pada usia tersebut juga sering terlibat dalam suatu kelompok referensi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian
eksplanatori, yaitu mengkaji hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA, MA, dan SMK di Kota Semarang, dengan
teknik multistage random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji
ini digunakan ketika variabel tetap berskala dikotomi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terpaan kampanye Cagub-Cawagub tidak
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula, sedangkan intensitas
komunikasi politik di dalam keluarga dan intensitas komunikasi politik di dalam kelompok
referensi memiliki pengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Kampanye terbuka atau
melalui media tidak dapat menjangkau pemilih pemula dengan efektif. Di sisi lain, pemilih
pemula membutuhkan pihak-pihak untuk memobilisasi partisipasi politik mereka. Untuk itu,
disarankan agar kampanye dilakukan untuk menyasar keluarga atau kelompok-kelompok yang
memiliki akses kepada pemilih pemula. Keluarga dan kelompok referensi memiliki pengaruh
yang signifikan dalam proses sosialisasi politik kepada pemilih pemula sehingga akan lebih
efektif ketika informasi politik atau informasi kampanye disampaikan melalui agen-agen
sosialisasi tersebut.
Kata kunci: kampanye, keluarga, kelompok, pemilih pemula
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Pertukaran pesan
dilakukan di antara manusia melalui komunikasi. Fungsi komunikasi untuk mempersuasi banyak
dijumpai dalam dunia politik. Komunikasi berperan sebagai penghubung antara pemerintah
dengan rakyat. Di Indonesia, dengan sistem pemerintahan yang republik, di mana republik
dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih
langsung oleh rakyat, maka komunikasi digunakan sebagai alat untuk mempersuasi masyarakat
agar memberi dukungan kepada suatu pihak atau golongan. Salah satu bentuk nyata dukungan
masyarakat terhadap suatu pihak atau golongan adalah melalui pemilihan umum (pemilu). Dalam
pemilu, para kandidat berlomba-lomba memperoleh suara rakyat untuk bisa menduduki jabatan
tertentu dalam pemerintahan. Komunikasi dalam kegiatan ini berperan penting untuk
mempersuasi masyarakat. Salah satu strategi komunikasi untuk mempersuasi masyarakat adalah
kampanye. Upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu berkaitan dengan aspek kognitif,
afektif, dan behavior. Namun, di tengah maraknya kampanye politik yang dilakukan partai
politik dalam pemilu di tahun 1999, 2004, dan 2009, didapat data bahwa partisipasi politik
masyarakat Indonesia dalam pemilu justru mengalami penurunan. Tidak hanya dalam Pemilu,
rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam Pilgub juga terasa. Data hasil Pilgub di beberapa
daerah juga menunjukkan bahwa tingkat Golput masyarakat sangat tinggi, yaitu Jawa Tengah
dengan tingkat Golput paling tinggi dari provinsi lain dengan 45,25 persen
(http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1432).
Keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi seseorang memiliki peran yang cukup penting
bagi perkembangan seseorang. Dalam dunia politik, keluarga, terutama orang tua memiliki
peranan untuk mengedukasi anaknya tentang politik. Tidak hanya melalui keluarga, pemilih
pemula yang masih berusia remaja cenderung terlibat dengan kelompok referensi dalam
pergaulannya. Kelompok referensi dalam bentuk kelompok teman sebaya, kelompok diskusi, dan
komunitas memiliki peran penting juga dalam kesuksesan pemilihan umum. Sosialisasi tentang
politik juga dapat terjadi dalam kelompok referensi, di mana dengan keberadaan kelompok
referensi, informasi, dalam hal ini informasi politik yang diperoleh masing-masing anggota dapat
dibagikan kepada anggota lain, sehingga menambah pengetahuan bagi anggota, sehingga
anggota dapat menentukan sikapnya terhadap politik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terpaan kampanye Cagub-Cawagub
Jateng 2013, intensitas komunikasi politik di dalam keluarga, dan intensitas komunikasi politik
di dalam kelompok referensi terhadap partisipasi politik pemilih pemula dalam Pilgub Jateng
2013.
Tipe penelitian ini adalah eksplanatori. Tipe penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
hubungan (korelasi) antar variabel melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa SMA, MA, dan SMK di Kota Semarang. Data diambil dari Profil Pendidikan Kota
Semarang Tahun 2012 dengan mengambil data kelompok usia 16-18 tahun. Pada tahun 2013,
usia terkecil dalam kelompok usia tersebut akan memenuhi syarat usia sebagai pemilih dalam
pemilihan umum, maka anggota kelompok usia tersebut pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah
2013 dianggap sebagai pemilih pemula. Jumlah anggota populasi ini adalah 50.419 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling.
Kerangka Teori
Beberapa studi menunjukkan bagaimana agenda kampanye mempengaruhi isu yang
menonjol di kalangan pemilih (Iyengar & Simon; Togeby, dalam Hansen, 2008: 8). Kampanye
sebagai sarana komunikasi persuasi kandidat digunakan untuk mengarahkan isu yang menonjol
di kalangan pemilih sesuai dengan keinginannya. Misalnya, De Vreese (dalam Hansen, 2008: 9)
menunjukkan bagaimana isu dari kampanye jajak pendapat menyebabkan pemilih mengevaluasi
kinerja politisi terhadap isu kampanye. Johnston dkk. (dalam Hansen, 2008: 9) menunjukkan
bagaimana isu perdagangan bebas meningkatkan isu yang menonjol selama kampanye dan
bagaimana pemilih mengevaluasi kandidat berdasar pengaruh yang kuat terhadap perdagangan
bebas pada pilihan mereka. Freedman dkk (dalam Hansen, 2008: 7) menemukan bahwa terpaan
kampanye meningkatkan ketertarikan politik, kesadaran, pengetahuan, dan kecenderungan untuk
memilih.
Para peneliti secara tradisional berkonsentrasi pada keluarga sebagai agen sosialisasi utama,
menemukan bahwa diskusi politik di dalam rumah, partisipasi orang tua dalam pemilihan, dan
sumber daya politik secara signifikan berdampak pada partisipasi politik remaja (Verba dkk;
Brady dkk, dalam Pacheco, 2008: 415). . Menurut beberapa ilmuwan, anak muda hanya memilih
seperti pilihan orang tua mereka (Rundio; dalam Armstrong, dkk, 2008: 1). Misalnya, jika orang
tua mereka Partai Republik, mereka cenderung memilih Partai Republik juga. Studi telah
menunjukkan bahwa arah politik dikalahkan oleh paksaan orang tua yang lebih banyak pada
tahun-tahun awal seseorang bergabung dalam pemilihan umum dan perlahan-lahan berkurang,
selalu tersisa sedikit pengaruh (Jennings; dalam Gross, 2007: 6).
Kelompok referensi adalah seseorang atau sekelompok orang yang mempengaruhi perilaku
individu secara signifikan (Bearden dan Etzel, 2001: 184). Dalam studi merek pilihan konsumen,
Witt (dalam Bearden dan Etzel, 2001: 183-184) menegaskan studi nonmarketing pada awalnya
mengindikasi bahwa kohesivitas kelompok mempengaruhi perilaku. Baron dan Byrne (dalam
Rakhmat, 2009: 149) berpendapat bahwa pengaruh sosial terjadi ketika perilaku, perasaan, atau
sikap kita diubah oleh apa yang orang lain katakan atau lakukan.
Hipotesis
1. Terpaan kampanye Cagub-Cawagub Jateng 2013 (X1) secara signifikan berpengaruh
terhadap partisipasi politik pemilih pemula (Y).
2. Intensitas komunikasi politik di dalam keluarga (X2) secara signifikan berpengaruh terhadap
partisipasi politik pemilih pemula (Y).
3. Intensitas komunikasi politik di dalam kelompok referensi (X3) secara signifikan
berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula (Y).
PEMBAHASAN
Regresi logistik merupakan pendekatan untuk memprediksi, seperti regresi Ordinary Least
Square (OLS). Namun, dengan regresi logistik, peneliti memprediksi hasil yang dikotomi, dalam
penelitian ini adalah partisipasi politik pemilih pemula, dengan nilai 1 untuk kategori
berpartisipasi dan nilai 0 untuk kategori tidak berpartisipasi. Situasi ini menimbulkan masalah
bagi asumsi OLS yang mengharuskan varians eror (nilai residual) terdistribusi normal.
Uji parsial dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu mempengaruhi
variabel terikat.
Tabel
Partial Test
B Sig. Exp(B)
x1 -.085 .633 .918
x2 1.085 .000 2.959
x3 1.239 .000 3.454
Constant -6.209 .000 .002
Ho : β = 0 (Variabel x tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen)
Ha : β ≠ 0 (Variabel x signifikan mempengaruhi variabel dependen)
Kriteria pengujian:
 Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima.
 Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, Ha ditolak.
Hasil pengujian :
Nilai signifikansi X1 = 0,633, berarti > 0,05
Nilai signifikansi X2 = 0,000, berarti < 0,05
Nilai signifikansi X3 = 0,000, berarti < 0,05
Karena ada satu variabel yang tidak signifikan, maka dilakukan penghitungan ulang dengan
membuang variabel yang tidak signifikan. Hasilnya sebagai berikut:
Tabel
Partial Test
B Sig. Exp(B)
x2 1.078 .000 2.938
x3 1.226 .000 3.409
Constant -6.526 .000 .001
Interpretasi Odds Ratio
Koefisien regresi pada regresi logistik sulit diinterpretasikan karena regresi logistik berbicara
mengenai probabilitas. Maka digunakan angka odds ratio, di mana nilai odds ratio ditunjukkan
pada kolom Exp(B).
1. Exp(B1) = 2,938
Artinya, semakin tinggi intensitas komunikasi politik di dalam keluarga yang dilakukan
pemilih pemula, maka kecenderungannya untuk ikut berpartisipasi politik meningkat.
Atau,
Kecenderungan pemilih pemula yang mengalami intensitas komunikasi politik di dalam
keluarga yang tinggi untuk berpartisipasi politik dalam Pilgub Jateng 2013 meningkat 2,938
kali lipat lebih tinggi dibanding pemilih pemula yang memiliki intensitas komunikasi politik
di dalam keluarga yang lebih rendah.
2. Exp(B2) = 3,409
Artinya, semakin tinggi intensitas komunikasi politik di dalam kelompok referensi yang
dilakukan pemilih pemula, maka kecenderungannya untuk ikut berpartisipasi politik
meningkat.
Atau,
Kecenderungan pemilih pemula yang mengalami intensitas komunikasi politik di dalam
kelompok referensi yang tinggi untuk berpartisipasi politik dalam Pilgub Jateng 2013
meningkat 3,409 kali lipat lebih tinggi dibanding pemilih pemula yang memiliki intensitas
komunikasi politik di dalam keluarga yang lebih rendah.
Pengaruh Terpaan Kampanye Cagub-Cawagub Jateng 2013, Intensitas Komunikasi
Politik di dalam Keluarga, dan Kelompok Referensi terhadap Partisipasi Politik Pemilih
Pemula dalam Pilgub Jateng 2013
Berdasarkan hasil analisis statistik, diketahui bahwa dari tiga variabel bebas yaitu terpaan
kampanye Cagub-Cawagub Jateng 2013, intensitas komunikasi politik di dalam keluarga, dan
intensitas komunikasi politik di dalam kelompok referensi, variabel terpaan kampanye Cagub-
Cawagub Jateng 2013 tidak berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Dari hasil
perhitungan, tidak terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis yang menyatakan bahwa
terpaan kampanye Cagub-Cawagub Jateng 2013 berpengaruh positif terhadap partisipasi politik
pemilih pemula.
Zaller (dalam Evans, 2004: 201) berpendapat bahwa dari sudut pandang statistika, meskipun
kita tahu dari perspektif dunia nyata bahwa terpaan kampanye memiliki efek pada bagaimana
orang-orang memilih (pemilu), belum ada yang formalisasi nyata dari efek kampanye karena
survey dengan ribuan responden pun tidak cukup besar untuk mendeteksi efeknya. Selaras
dengan hasil penelitian ini, bahwa terpaan kampanye yang diterima oleh kelompok pemilih
pemula ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap partisipasi politik pada pemilihan umum. Efek
kampanye pada Pilgub Jateng 2013 tidak terlihat pada kelompok pemilih pemula, karena tidak
mendapat cukup bukti yang mendukung hipotesis yang diajukan. Lebih lanjut, Newton (dalam
Farrell dan Beck, 2004: 184) berpendapat, pemilih membentuk preferensi mereka atas dasar
informasi selain yang disediakan dalam kampanye, dan terhadap informasi ini, pesan bias yang
dipikirkan oleh spesialis pemasaran tidak bisa menang. Artinya adalah bahwa pemilih,
memutuskan pilihan mereka pada pemilihan umum bukan berdasar informasi yang diberikan
dalam kampanye. Sedangkan pesan-pesan yang telah disusun oleh tim sukses kampanye, tidak
dapat menang melawan informasi yang diperoleh di luar kampanye. Dalam penelitian ini,
sumber informasi lain diperoleh melalui diskusi politik dalam keluarga dan kelompok referensi,
di mana keduanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi politik kelompok
pemilih pemula. Semakin intensif diskusi yang dilakukan, baik di dalam keluarga maupun
kelompok referensi, maka akan semakin tertanam dalam benak pemilih pemula, yang kemudian
mempengaruhi pandangan politiknya, sehingga partisipasi politiknya sebagai pengamat
terbentuk berdasarkan pandangan keluarga maupun kelompok referensi.
Berdasarkan seminar “Voting” (1954), oleh Bernard Berelson, Paul F. Lazarsfeld, dan
William N. McPhee, dan “The American Voter” (1960), oleh Angus Campbell, Philip E.
Converse, Warren E. Miller, dan Donald E. Stokes, pada penelitian terbaru, banyak ahli
berpendapat bahwa keputusan pemilihan bergantung pada identifikasi partisan dan sosiologi
yang sudah ada sebelum kampanye dimulai dan kampanye hanya mengaktifkan preferensi yang
tersembunyi ini (dalam Mayer, 2008: 59). Jadi, dalam sebuah keputusan partisipasi pemilih,
kampanye tidak memiliki pengaruh yang berarti, namun keputusan lebih dipengaruhi oleh
misalnya faktor lingkungan dan pandangan pribadi terhadap kandidat, di mana hal ini sudah
mulai berkembang di dalam benak kalangan pemilih sebelum dilakukannya kampanye. Kegiatan
kampanye diperlukan untuk hanya mengaktifkan ingatan tentang pandangan pribadi dan
lingkungan yang mempengaruhinya saat sebelum dilakukannya pemungutan suara. Kampanye
dalam hal ini tidak lebih sebagai pengingat saja tentang kegiatan pemilihan umum, hal ini
menggambarkan tidak adanya pengaruh yang diberikan kepada keputusan pemilih.
Kelompok yang menolak perlunya kampanye politik, berpendapat bahwa hasil pemilu
ditentukan oleh kinerja pemerintah dan bahwa kampanye hanya berarti sedikit dalam
menentukan hasil pemilu. Mengikuti tradisi klasik dari V.O. Key (dalam Maisel dkk, 2007: 3),
peneliti tersebut menekankan model reward atau hukuman berdasarkan indikator pemerintahan
yang sebenarnya, seperti perekonomian atau perang dan damai. Jika perekonomian berjalan
dengan baik dan masyarakat puas dengan kinerja keseluruhan pemerintahan saat ini, mereka
harus memilih anggota partai tersebut, dan jika mereka tidak puas, mereka harus menghukum
partai tersebut dengan menolak memilih partai tersebut. Model demokrasi ini, menurut Popkin
(dalam Maisel dkk, 2007: 3) hanya membutuhkan informasi dan pilihan yang minim sebagai
bagian dari pemilihan umum. Pemilih tidak diharuskan mengikuti debat dengan sangat hati-hati
atau mencari detail dari program kerja kandidat. Sebaliknya, mereka hanya harus mampu menilai
yang telah dilakukan pemerintah saat ini. Sesuai dengan konsep tersebut, analisis berbasis kinerja
cenderung berpikir bahwa kualitas kampanye, janj-janji kandidat, dan liputan media massa tidak
berarti dalam menentukan hasil pemilihan umum. Permasalahan yang menonjol (seperti tingkat
pengangguran, inflasi, dan lain-lain) adalah yang menggerakan pemilih (Beck dan Nadeau,
dalam Maisel dkk, 2007: 3). Kegiatan kampanye, ditujukan untuk meraih simpati masyarakat
agar memilih suatu partai atau kandidat dalam pemilihan umum, namun, berdasarkan uraian di
atas, kampanye politik tidak berpengaruh terhadap keputusan pemilih dikarenakan pemilih
mengambil keputusan berdasarkan kinerja kandidat. Kegiatan kampanye yang lebih berfokus
pada penyampaian program kerja atau hiburan-hiburan tidak memiliki dampak signifikan
terhadap keputusan pemilih. Pemilih pemula, yang sebagian besar pelajar, memiliki cenderung
memiliki sedikit waktu untuk mengakses informasi mengenai kinerja kandidat. Namun dengan
adanya keluarga dan kelompok referensi, di mana di antaranya memiliki pengetahuan dan
penilaian terhadap kandidat, maka dalam diskusi yang melibatkan pemilih pemula, pemilih
pemula akan dapat menilai kinerja kandidat berdasarkan informasi yang diperoleh dari keluarga
ataupun kelompok referensi. Semakin banyak pemilih pemula memperoleh informasi, maka
pemilih pemula akan lebih obyektif dalam menentukan pilihan.
Chaffe dkk (dalam Nimmo 2006: 112-113) berpendapat anak dari keluarga yang mendorong
pengungkapan diri dan penyingkapan gagasan politik yang bertentangan; sementara mengecilkan
hubungan sosial yang berupa penghormatan dan yang konformis, cenderung lebih
berpengetahuan tentang politik, lebih besar kemungkinannya terlibat dalam politik, lebih percaya
kepada politik, lebih realistik dalam mengagumi pemimpin politik, dan lebih menaruh minat
terhadap politik dibandingkan dengan anak dari keluarga tipe yang lain. Dalam diskusi keluarga,
semakin intensif komunikasi yang dilakukan dalam rangka membahas masalah politik dan
melibatkan pemilih pemula, maka pemilih pemula yang cenderung aktif dalam diskusi, misalnya
dengan mengutarakan pandangan politiknya, akan cenderung berpartisipasi dalam politik.
Hirsch (dalam Nimmo, 2006: 113) menyebutkan bahwa kelompok sebaya memiliki pengaruh
yang memperkuat dan mendukung pandangan politik anak sehingga politik benar-benar menjadi
masalah pembahasan yang relevan. Nimmo (2006: 113) berpendapat bahwa kelompok sebaya
juga mempengaruhi belajar politik sehingga mereka memberikan bimbingan melalui
keanggotaan dalam asosiasi sukarela, perhimpunan kewarganegaraan, atau dengan rekan kerja di
perusahaan, serikat, buruh, atau tempat kerja yang lain. Karena orang biasanya masuk dalam
pandangan sendiri, maka kemungkinan asosiasi seperti itu mengubah opini politik menjadi
berkurang. Meskipun tidak selalu demikian, kecenderungan yang umum ialah bahwa orang
menyesuaikan kepercayaan, nilai, dan pengharapan politiknya dengan kawan sebaya untuk
memelihara persahabatan yang ditunjukkan dengan menjadi kawan sebaya.
Menurut Huntington dan Nelson (dalam Arifin, 2011: 213), sifat partisipasi politik yang
terlihat berdasarkan hasil penelitian cenderung kepada partisipasi politik yang dimobilisasi atau
digerakan oleh pihak lain (mobilized participation). Namun, berbeda dengan pendapat
Huntington dan Nelson, penggerak partisipasi politik kelompok pemilih pemula bukan oleh
partai politik, kandidat, tim sukses, atau pejabat pemerintah, karena terpaan kampanye tidak
mempengaruhi partisipasi politik kelompok ini. Penggerak yang berpengaruh terhadap kelompok
pemilih pemula adalah keluarga dan kelompok referensi. Keluarga dan kelompok referensi
termasuk dalam lingkungan terdekat bagi kelompok pemilih pemula. Ini artinya bahwa
keputusan kelompok pemilih pemula dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh lingkungan yang
ada di dekatnya. Dengan intensitas komunikasi yang tinggi di dalam keluarga maupun kelompok,
pemilih pemula mendapat pengetahuan politik yang mana pengetahuan tersebut berdasar pada
perspektif masing-masing keluarga atau kelompok, artinya pengetahuan yang diberikan bersifat
subjektif. Berdasarkan hal tersebut, menurut Dan Nimmo (dalam Arifin 2011: 223-224)
kelompok pemilih pemula ini cenderung masuk dalam tipe pemilih rasional. Kelompok pemilih
pemula yang berpartisipasi cenderung melakukan diskusi mendalam tentang politik baik dengan
keluarga maupun kelompok referensi. Pemberi suara rasional berminat secara aktif terhadap
politik, rasa ingin tahu yang dimiliki kelompok pemilih pemula menjadikan diskusi dengan
lingkungan terdekat sebagai sarana mendapatkan informasi, dalam hal ini adalah informasi
politik. Melalui diskusi, pemilih pemula dapat memperoleh cukup informasi untuk menentukan
alternatif yang dihadapkan padanya, alternatif pemimpin Jawa Tengah periode 2013-2018. Motif
partisipasi yang terlihat dalam penelitian ini, menurut Dan Nimmo (2006: 129-130) yaitu
sengaja, diarahkan dari dalam, dan diarahkan dari luar. Motif sengaja, artinya bahwa pemilih
pemula secara sengaja terlibat dalam diskusi politik yang kemudian akan meningkatkan
pengetahuan politiknya dan dapat mempengaruhi pandangan politiknya. Motif diarahkan dari
dalam, artinya bahwa orientasi atau kecenderungan partisipasi politiknya diperoleh melalui
bimbingan orang tuanya. Pemilih pemula dengan intensitas komunikasi politik yang tinggi di
dalam keluarga cenderung terpengaruh untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Yang
ketiga, motif diarahkan dari luar, artinya bahwa kecenderungan partisipasi pemilih pemula,
selain dipengaruhi oleh keluarga, juga dipengaruhi lingkungan yang lebih luas, dalam hal ini
adalah kelompok referensi. Diskusi politik yang terjadi dalam kelompok yang melibatkan
pemilih pemula, cenderung mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum.
Partisipasi pemilih pemula dalam Pilgub Jateng 2013 ini termasuk rendah, di mana sebanyak
59% menyatakan tidak berpartisipasi dalam pemilihan umum. Ini menunjukkan bahwa motif
yang ada dalam diri pemilih pemula kurang dibangun. Jika intensitas komunikasi politik di
dalam keluarga dan kelompok referensi berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan
partisipasi dalam pemilihan umum, maka ketika intensitas komunikasi politik di dalam keluarga
dan kelompok referensi rendah, pemilih pemula cenderung tidak berpartisipasi. Ini berarti motif
diarahkan dari dalam dan luar, kurang berkembang dalam diri pemilih pemula. Keluarga dan
kelompok referensi kurang bisa memaksimalkan perannya sebagai agen sosialisasi politik kepada
pemilih pemula. Sedangkan pemilih pemula, juga kurang termotivasi untuk secara aktif mencari
informasi politik sehingga kecenderungan partisipasinya rendah.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan regresi logistik, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh terpaan kampanye Cagub-Cawagub terhadap partisipasi politik
pemilih pemula. Beberapa jawaban atas temuan ini yaitu antara lain, kegiatan kampanye
yang ditujukan kepada kelompok pemilih pemula sedikit, hal ini menyebabkan terpaan yang
diperoleh cenderung rendah, sehingga pengetahuan yang dimiliki pemilih pemula tentang
kandidat juga minim. Kegiatan kampanye yang umum dilakukan seperti kampanye terbuka
dan melalui media massa maupun media luar ruang tidak dapat menjangkau kalangan remaja.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas komunikasi politik di dalam keluarga
terhadap partisipasi politik pemilih pemula.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas komunikasi politik di dalam kelompok
referensi terhadap partisipasi politik pemilih pemula.
4. Partisipasi politik pemilih pemula cenderung rendah dan hal itu lebih dipengaruhi pada
intensitas komunikasi politik di dalam keluarga dan kelompok referensi yang cenderung
rendah juga.
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Para calon yang tampil dalam pemilihan umum, agar melakukan kampanye dengan cara lain
untuk menyasar pemilih pemula, hal ini karena dengan kegiatan kampanye yang telah
dilakukan seperti kampanye terbuka, melalui media massa maupun media luar ruang, tidak
dapat mempengaruhi partisipasi mereka. Untuk itu, disarankan agar melakukan kampanye
melalui agen sosialisasi bagi pemilih pemula atau remaja, yaitu keluarga dan kelompok
referensi, hal tersebut bisa menjadi alternatif yang efektif untuk menjangkau pemilih pemula
atau remaja.
2. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pihak penyelenggara pemilihan umum bersama
pemerintah, agar memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
pendidikan politik bagi anak muda.
3. Keberadaan keluarga dan kelompok referensi, sebagai lingkungan terdekat dan sebagai agen
sosialisasi bagi pemilih pemula, berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula.
Maka, keluarga dan kelompok referensi sebaiknya lebih aktif mengajak anak berkomunikasi
dan berdiskusi tentang politik, sehingga terjadi keterbukaan antar anggota keluarga dan
pemilih pemula dapat meningkatkan pengetahuan politik.
4. Keberadaan pemilih pemula sebagai bagian baru dalam dunia politik memiliki peran penting
untuk ikut membangun bangsa, maka pemilih pemula sebaiknya lebih aktif dan tertarik pada
dunia politik. Pemilih pemula sebaiknya terbuka terhadap informasi politik yang diterima
baik melalui media massa maupun dari orang lain. Hal ini sangat berguna untuk
mengembangkan pengetahuan politik para pemilih pemula.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Armstrong, Abbigail dkk. 2008. Examining Trends in Youth Voting: The Effect of Turnout,
Competition, and Candidate Attributes on 18-24 Voters from 1974-2004. University of
Evansville.
Bearden, William O. dan Michael J. Etzel. 1982. Reference Group Influence on Product and
Brand Purchase Decisions. Journal of Consumer Research: Volume 9.
Evans, Jocelyn A.J. 2004. Voter & Voting: an Introduction. London: Sage Publications.
Farrell, David M. dan Rudiger Schmitt-Beck. 2004. Do Political Campaigns Matter? Campaign
Effects in Elections and Referendums. New York: Routledge.
Gross, John. 2007. The Influence of Parents in the Voting Behavior of Young People: A Look at
the National Civic and Political Engagement of Young People Survey and the 2008
Presidential Election. Public Opinion and Survey Research.
Hansen, Kaper M. 2008. The Effect of Politial Campaigns: Overview of the Research Online
Panel of Electoral Campaigning (OPEC). University of Copenhagen.
Maisel, L. Sandy, Darrell M. West, dan Brett M. Clifton. 2007. Evaluating Campaign Quality:
Can the Electoral Process be Improved. New York: Cambridge University Press.
Mayer, William G. 2008. The Swing Voter in American Politics. Washington: The Brooking
Institution.
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pacheco, Julianna Sandell. 2008. Political Socialization in Context: The Effect of Political
Competition on Youth Voter Turnout. USA: Springer Science+Business Media.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1432

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.