BibTex Citation Data :
@article{IO4086, author = {Rosita Sari and Tandiyo Pradekso and Djoko Setiabudi}, title = {Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengakses Pemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RI}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengakses Pemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RI ABSTRAK Latar belakang penelitian ini didasarkan pada tingginya tingkat ekspos media online terhadap penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan DPR (korupsi, gratifikasi). Media mencitrakan seolah-olah DPR memang lembaga yang buruk. Akibatnya persepsi masyarakat mengenai citra DPR juga ikut buruk. Bagaimana seseorang mencitrakan berasal dari kognisi seseorang dan di tandai dengan adanya persepsi. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu media dan faktor personal seseorang. Dalam penelitian ini faktor personal yang sangat penting dalam menilai kinerja DPR adalah tingkat pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI. Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori ekologi media dari McLuhan. Pada asumsi kedua teori ekologi media mengatakan bahwa media memperbaiki dan memperjelas persepsi seseorang, walaupun ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor personal atau diasumsikan adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan akan berdampak pada bagaimana seseorang mempersepsikan dan bagaimana mempersepsikan isu-isu yang berkembang. Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, dan menggunakan paradigma positivistik. Populasi dalam penelitian ini adalah warga kota Semarang yang berusia 16 – 50 tahun yang pernah mengakses pemberitaan melalui media online selama satu tahun terakhir. Sampel yang digunakan adalah non random dengan tekhnik accidental sampling dikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan rumus uji korelasi Rank kendall, maka diperoleh terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan(X1) dengan citra DPR RI (Y) dan antara intensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI (Y). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin buruk persepsinya mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melalui media online maka semakin buruk persepsi masyarakat mengenai citra DPR RI. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Intensitas dan Citra Relationship of Level of Education and Accesing Intensity on Online Media with DPR’s image ABSTRACT The background of the research is based on online expose of media to distorsions that DPR’s done all time high (corruption and dividend). Media Tells us that DPR is bad bureau. So people’s perception to DPR be bad, also. How people consider it from people cognition and marked with perception. People’s perception has been defined by two factors are media and personal. In this research personal factor, that has a significant effect to price DPR’s performance is level of educations. The purpose of this research is to figure out the connection between the level of education and accesing intensity of online media with DPR’s image. Used major theory to this research is ecological theory of media from McLuhan. In the secand assumption of that theory says that media corrects and clear the people perception. Although, there is another factor which is personal factor that is considered as level of education. It impacts to how people percept and how percept the developing issues. This reaserch is type of explanatory with a quantitative, and uses paradigm of positivisme. The reaserch's subjects are the people who reach 16-50 years old accesing news on online media in a last year. The used sample is non-random with accidental sampling technique that caused by unknown population number with 50 respondents. Based on the statistic computation with Rank Kendall's correlation of correction, then there is known a significant negative connection between education level and DPR's image, and between online media accesing intensity and DPR' image. So, the higher of education level is the worse perception of DPR's image and the higher of accesing online media is the worse perception of DPR's image. Keywords: Level of education, Intensity and Image PENDAHULUAN Saat ini media online sudah menjadi sesuatu yang wajib bagi masyarakat, dengan tujuan yang berbeda – beda. Tujuan masyarakat mengakses pemberitaan adalah mencari informasi, hiburan dan tak kalah pentingnya adalah mengawasi dan mengkontrol kinerja pemerintahan. Hal ini dilakukan masyarakat agar pemerintah dalam hal ini DPR untuk selalu berada pada koridor yang benar, ketika terjadi penyimpangan maka masyarakat dapat dengan cepat mengetahuinya. Pada kenyataannya media lebih sering mengekspos pemberitaan negatif jika dibandingkan dengan pemberitaan positif, media mencitrakan bahwa DPR adalah lembaga yang buruk. Pemberitaan yang sedang hangat – hangatnya adalah kasus Hambalang yang menyeret beberapa anggota dewan, kasus korupsi pengadaan simulator SIM oleh Djoko Susilo yang menyeret beberapa anggota dewan pada komisi hukum. Selain korupsi adanya gratifikasi seks dikalangan DPR, gratifikasi ini dilakukan oleh perusahaan yang diberikan oleh anggota dewan demi memuluskan sebuah proyek dan suap yang diberikan adalah berupa wanita, kemudian ditemukannya kondom bekas pakai di gedung Nusantara. Serta survey – survey yang dilakukan oleh beberapa instasi terkait DPR, SSS (Soegang Sarjadi Syndicate) yang mengungkapkan bahw DPR merupakan lembaga terburuk, survey LSI yang mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat sering mendengar masalah moralitas di kalangan masyarakat, dan yang tak kalah menghebohkan adalah survey LSI mengenai persepsi masyarakat terkait kinerja DPR dan hasilnya pun sebagian responden menganggap bahwa kinerja DPR masih buruk. Jika melihat persepsi masyarakat terhadap kinerja DPR, tentunya tidak bisa dilepaskan dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang beragam. Tingkat pendidikan beruhubungan dengan banyak hal seperti bagaimana seseorang akan mempersepsikan apa yang terjadi di lingkungannya, tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi keterbukaan terhadap informasi-informasi yang ada kemudian akan berdampak pada perilaku atau responnya kepada lembaga negara tersebut. Tingkat pendidikan bisa dilihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Ketika seseorang yang menempuh pendidikan maka akan berdampak pada persepsi yang dianutnya. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Kemampuan seseorang dalam mempersepsi segala sesuatunya pasti berbeda antar satu dengan lainnya bergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki, karena tingkat pendidikan akan menentukan intelegensi seseorang dan bagaimana seseorang menelaah mengenai apa yang terjadi pada lingkungannya. Krech dan Crutchfield juga menerangkan bahwa ada dua faktor yang membentuk persepsi seseorang yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fugsional sendiri berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal salah satunya adalah tingkat pendidikan seseorang, sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf pada sistem saraf Individu. Keterbukaan masyarakat mengenai isu-isu DPR juga merupakan hal yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterbukaan masyarakat adalah tingkat pendidikan masing-masing individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka lebih terbuka dengan isu-isu yang ada dan semakin tinggi pula interaksi sosial yang kemudian akan memungkinkan adanya penggalian informasi dan penerimaan informasi dari orang lain akan lebih terbuka banyak. Jadi tingkat pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi yang ada, tetapi juga ia akan lebih banyak berinteraksi dengan cara tidak hanya melihat dari satu sudut pandang dan lebih melihat dari berbagai sudut dengan menggali informasi dari berbagai pihak. Penelitian ini menggunakan teori ekologi media dari Marshall McLuhan yang berpusat pada prinsip bahwa tekhnologi akan tetap menjadi pusat perhatian bagi semua bidang profesi dan kehidupan. Teori ekologi media dari McLuhan berkaitan dengan persimpangan antara tekhnologi dan hubungan manusia dan bagaimana media mempengaruhi persepsi dan pemahaman manusia. Ada dua prinsip yang dikemukakan dalam teori ekologi media yaitu kita tidak dapat melarikan diri dari media di dalam hidup kita, bahwa dalam keadaan apapun kita pasti selalu dekat dengan media. Saat ini media online merupakan media yang tidak bisa dipisahkan oleh masyarakat, bertambahnya pengguna internet setiap hari membuat internet dapat mengisolasi orang seperti yang dilakukan oleh televisi. Dan asumsi yang kedua adalah media dapat memperbaiki atau memperjelas persepsi dan mengorganisasikannya dalam kehidupan kita. Sama seperti ketika seseorang mengaskes pemberitaan pada media online, dimana orang yang mengakses pemberitaan lebih sering pasti akan berbeda persepsinya dengan orang yang mengaksesnya dalam kategori ringan atau jarang. Persepsi dan sikap kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui dari media, selain dari media tentunya ada banyak faktor lainnya yang akan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. West dan Turner mencontohkan faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor individu seseorang. Asumsi kedua ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat bahwa persepsi ditentukan oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor fungsional dan struktural dimana faktor struktural berasal dari stimulus fisik yang datang salah satunya adalah dari media dan faktor fungsional yang merupakan faktor dari personal seseorang salah satunya adalah tingkat pendidikan individu. Ketika media online memberitakan mengenai kepercayaan masyarakat yang mulai menurun kepada DPR, maka kita sebagai audiens akan secara tidak langsung membahas mengenai korupsi yang dilakukan DPR, kemudian perilaku anggota dewan dan media membuat atau seolah-olah kinerja DPR buruk. Menurut McLuhan hal ini bisa terjadi, karena kita sebagai audiens telah termanipulasi oleh berita yang ada pada media online. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal terakhir dari seseorang yang sudah ditempuh dengan suatu kelulusan. Sedangkan Intensitas Mengakses Pemberitaan melalui Media Online adalah keteraturan seseorang menonton/mendengarkan/ mengakses informasi dengan menggunakan media online secara berkali-kali disertai dengan variasi, dimana tingkat keteraturan tersebut terdiri dari aspek kuantitas dan kualitas. Dan citra DPR RI adalah persepsi seseorang terhadap DPR mengenai fungsi dan tugas DPR. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metode survey, dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebih variabel. Populasi yang digunakan adalah kota Semarang, dimana kota Semarang merupakan kota dengan masyarakat yang heterogen dilihat dari segi demografis dan psikografisnya. Sedangkan sampel yang digunakan adalah non probabilitas atau non random dengan usia 16 – 50 tahun karena merupakan usia yang aktif dalam mengakses informasi, menggunkan teknik accidental sampling, sedangkan jumlah sampel sebesar 50 responden. Validitas dilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan dan instrumen kepada para ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item – total correlation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 10 responden dan menggunakan uji crocobanch alfa. Tekhnik analisis data menggunakan beberapa uji coba. Untuk menguji hubungan tingkat pendidikan (X1) dengan citra DPR RI (Y) dan hubungan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI (Y) menggunakan uji coba rank Kendall. Sedangkan untuk menguji bagaimana keselarasan ketiga variabel menggunaka uji coba konkordansi Rank Kendall. ISI Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 50 responden didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan citra DPR RI dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI. Berarti semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin negatif persepsi masyarakat mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melalui media online maka semakin negatif persepsi mereka mengenai citra DPR RI. Sedangkan hubungan ketiga variabel, didapatkan bahwa variabel bebas (tingkat pendidikan, intenistas mengakses pemberitaan melalui media online) secara bersama – sama berhubungan dengan citra DPR RI. Seperti halnya yang dijelaskan pada teori ekologi media dari Marshall McLuhan bahwa media dapat memperjelas, memperbaiki persepsi seseorang dan mengorganisasikannya dalam kehidupan kita (Lihat Bab I, hal 20). Pada Citra DPR RI, disini media berusaha memberikan berita yang dapat membuka pandangan masyarakat mengenai DPR, dan media mencitrakan seolah – olah bahwa DPR memang lembaga yang buruk, sehingga masyarakat pun mempercayai dan mempersepsikan sama dengan apa yang dikatakan oleh media. Semakin seseorang mengakses media online maka akan semakin sering tertepa berita mengenai DPR dan sayangnya pemberitaan yang ada lebih sering berita negatif mengenai DPR sehingga membaut persepsi mereka buruk mengenai citra DPR. berbeda dengan responden yang jarang mengakses pemberitaan melalui media online, tentunya mereka hanya sedikit tertepa mengenai berita buruk DPR. Salah satu efek yang ditimbulkan oleh media massa adalah efek kognitif, dimana efek ini memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsikan. Semakin tinggi responden mengakses maka semakin negatif pula citra yang didapat dan begitupula sebaliknya (lihat Bab III, hal 23). Efek yang ditimbulkan berbeda-beda setiap responden juga dipengaruhi oleh seberapa sering intensitas yang dilakukan dalam mengakses pemberitaan melalui media online. Responden yang mengakses media online termasuk dalam heavy viewers dimana mereka akan lebih sering terterpa dengan berbagai pemberitaan yang ada pada situs media online termasuk pemberitaan mengenai DPR RI, sehingga mereka akan lebih mudah terpengaruh untuk memberikan kesan buruk kepada DPR RI sesuai dengan apa yang dicitrakan oleh media mengenai DPR saat ini. Bahwa media mencitrakan DPR merupakan lembaga yang banyak sekali menerima suap, gratifikasi dan hal – hal lain yang cenderung negatif. Sementara bagi responden yang mengakses pemberitaan melalui media online dalam kategori rendah atau masuk kategori light viewers, dimana mereka tidak terlalu sering tertepa pemberitaan negatif mengenai DPR dan memandang bahwa DPR hanya sekedar lembaga negara tanpa mengerti tugas, kewajiban dan fungsi yang harus dijalankan. Dengan demikian, kegiatan mengakses pemberitaan melalui media online dapat memberikan pengaruh tetapi hal tersebut bergantung pada intensitasnya. Diungkapkan oleh Burgin (Lihat Bab I, hal 28) bahwa intensitas seseorang dalam mengakses media dapat mempengaruhi besarnya pengaruh media terhadap bagaimana seseorang mempersepsikan dan berperilaku. Begitupula dengan keadan sebaliknya, semakin rendah intensitas seseorang dalam mengakses pemberitaan maka semakin rendah pula pengaruhnya terhadap persepsi dan perilaku orang tersebut. Namun pada asumsi ekologi media yang kedua menjelaskan bahwa persepsi dan sikap kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui dari media, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor personal. Disini yang dimaksud faktor personal adalah tingkat pendidikan yang dapat mempengaruhi bagaimana tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada persepsi mengenai Citra DPR RI. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung terbuka terhadap sebuah isu yang memungkin adanya penggalian informasi lebih dalam sehingga menerima lebih banyak informasi dan membuat masyarakat yang berpendidikan tinggi tidak hanya melihat dari satu sudut pandang melainkan melihat dari sudut pandang lainnya. Responden yang berpendidikan tinggi sudah memiliki kebutuhan akan politik yang terbukti bahwa responden berpendidikan tinggi lebih mengerti mengenai fungsi dan tugas DPR itu seperti apa, berbeda dengan responden berpendidikan rendah yang hanya mengetahui DPR tanpa mengerti tugas dan fungsi yang harus dijalankan. PENUTUP Kesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel citra DPR RI. Dengan demikian, tingginya tingkat pendidikan membuat persepsi masyarakat mengenai citra DPR RI semakin buruk. 2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan variabel citra DPR RI. Maka intensitas mengakses pemberitaan melalui media online mendorong masyarakat untuk mempersepsikan mengenai citra DPR RI. Semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melalui media online maka semakin buruk persepsi masyarakat mengenai citra DPR RI. 3. Tingkat pendidikan dan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR secara bersama – sama berhubungan dengan citra DPR RI. Sedangkan saran ditujukan kepada media, masyarakat dan penelitian selanjutnya, berupa: 1. Media sebaiknya tidak hanya menampilkan keburukan dan penyelewengan yang dilakukan DPR RI melainkan juga prestasi – prestasi yang didapatkan DPR. Selain itu, media dalam memberitakan sebuah kasus DPR hendaknya tidak dilebih – lebihkan atau dengan kata lain harus memberikan berita yang seimbang, akurat dan objektif. 2. Masyarakat pun harus lebih jeli dalam menilai kinerja DPR, tidak hanya melihat dari satu sudut pandang (sudut pandang media) melainkan juga dari sudut pandang lain. 3. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan citra DPR RI, hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yang berhubungan, di luar intensitas mengakses dan tingkat pendidikan, misalnya persepsi terhadap pemberitaan, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan, dll. Disamping itu, penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengembilan sampel yang berbeda. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4086} }
Refworks Citation Data :
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas MengaksesPemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RIABSTRAKLatar belakang penelitian ini didasarkan pada tingginya tingkat ekspos mediaonline terhadap penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan DPR (korupsi,gratifikasi). Media mencitrakan seolah-olah DPR memang lembaga yang buruk.Akibatnya persepsi masyarakat mengenai citra DPR juga ikut buruk. Bagaimanaseseorang mencitrakan berasal dari kognisi seseorang dan di tandai dengan adanyapersepsi. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu media dan faktorpersonal seseorang. Dalam penelitian ini faktor personal yang sangat pentingdalam menilai kinerja DPR adalah tingkat pendidikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikandan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI.Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori ekologi media dariMcLuhan. Pada asumsi kedua teori ekologi media mengatakan bahwa mediamemperbaiki dan memperjelas persepsi seseorang, walaupun ada faktor lain yangmempengaruhi yaitu faktor personal atau diasumsikan adalah tingkat pendidikan.Tingkat pendidikan akan berdampak pada bagaimana seseorang mempersepsikandan bagaimana mempersepsikan isu-isu yang berkembang.Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif dengan pendekatankuantitatif, dan menggunakan paradigma positivistik. Populasi dalam penelitianini adalah warga kota Semarang yang berusia 16 – 50 tahun yang pernahmengakses pemberitaan melalui media online selama satu tahun terakhir. Sampelyang digunakan adalah non random dengan tekhnik accidental samplingdikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui dengan jumlah sampelsebanyak 50 responden. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakanrumus uji korelasi Rank kendall, maka diperoleh terdapat hubungan negatif yangsignifikan antara tingkat pendidikan(X1) dengan citra DPR RI (Y) dan antaraintensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI(Y). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin burukpersepsinya mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengaksespemberitaan melalui media online maka semakin buruk persepsi masyarakatmengenai citra DPR RI.Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Intensitas dan CitraRelationship of Level of Education and Accesing Intensity onOnline Media with DPR’s imageABSTRACTThe background of the research is based on online expose of media to distorsionsthat DPR’s done all time high (corruption and dividend). Media Tells us that DPRis bad bureau. So people’s perception to DPR be bad, also. How people consider itfrom people cognition and marked with perception. People’s perception has beendefined by two factors are media and personal. In this research personal factor,that has a significant effect to price DPR’s performance is level of educations.The purpose of this research is to figure out the connection between thelevel of education and accesing intensity of online media with DPR’s image. Usedmajor theory to this research is ecological theory of media from McLuhan. In thesecand assumption of that theory says that media corrects and clear the peopleperception. Although, there is another factor which is personal factor that isconsidered as level of education. It impacts to how people percept and howpercept the developing issues.This reaserch is type of explanatory with a quantitative, and uses paradigmof positivisme. The reaserch's subjects are the people who reach 16-50 years oldaccesing news on online media in a last year. The used sample is non-randomwith accidental sampling technique that caused by unknown population numberwith 50 respondents. Based on the statistic computation with Rank Kendall'scorrelation of correction, then there is known a significant negative connectionbetween education level and DPR's image, and between online media accesingintensity and DPR' image. So, the higher of education level is the worseperception of DPR's image and the higher of accesing online media is the worseperception of DPR's image.Keywords: Level of education, Intensity and ImagePENDAHULUANSaat ini media online sudah menjadi sesuatu yang wajib bagi masyarakat, dengantujuan yang berbeda – beda. Tujuan masyarakat mengakses pemberitaan adalahmencari informasi, hiburan dan tak kalah pentingnya adalah mengawasi danmengkontrol kinerja pemerintahan. Hal ini dilakukan masyarakat agar pemerintahdalam hal ini DPR untuk selalu berada pada koridor yang benar, ketika terjadipenyimpangan maka masyarakat dapat dengan cepat mengetahuinya. Padakenyataannya media lebih sering mengekspos pemberitaan negatif jikadibandingkan dengan pemberitaan positif, media mencitrakan bahwa DPR adalahlembaga yang buruk.Pemberitaan yang sedang hangat – hangatnya adalah kasus Hambalangyang menyeret beberapa anggota dewan, kasus korupsi pengadaan simulator SIMoleh Djoko Susilo yang menyeret beberapa anggota dewan pada komisi hukum.Selain korupsi adanya gratifikasi seks dikalangan DPR, gratifikasi ini dilakukanoleh perusahaan yang diberikan oleh anggota dewan demi memuluskan sebuahproyek dan suap yang diberikan adalah berupa wanita, kemudian ditemukannyakondom bekas pakai di gedung Nusantara. Serta survey – survey yang dilakukanoleh beberapa instasi terkait DPR, SSS (Soegang Sarjadi Syndicate) yangmengungkapkan bahw DPR merupakan lembaga terburuk, survey LSI yangmengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat sering mendengar masalahmoralitas di kalangan masyarakat, dan yang tak kalah menghebohkan adalahsurvey LSI mengenai persepsi masyarakat terkait kinerja DPR dan hasilnya punsebagian responden menganggap bahwa kinerja DPR masih buruk.Jika melihat persepsi masyarakat terhadap kinerja DPR, tentunya tidakbisa dilepaskan dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang beragam.Tingkat pendidikan beruhubungan dengan banyak hal seperti bagaimanaseseorang akan mempersepsikan apa yang terjadi di lingkungannya, tingkatpendidikan juga akan mempengaruhi keterbukaan terhadap informasi-informasiyang ada kemudian akan berdampak pada perilaku atau responnya kepadalembaga negara tersebut. Tingkat pendidikan bisa dilihat dari jenjang pendidikanyang ditempuh, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.Ketika seseorang yang menempuh pendidikan maka akan berdampak padapersepsi yang dianutnya. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yangtimbul dalam lingkungannya. Kemampuan seseorang dalam mempersepsi segalasesuatunya pasti berbeda antar satu dengan lainnya bergantung pada tingkatpendidikan yang dimiliki, karena tingkat pendidikan akan menentukan intelegensiseseorang dan bagaimana seseorang menelaah mengenai apa yang terjadi padalingkungannya.Krech dan Crutchfield juga menerangkan bahwa ada dua faktor yangmembentuk persepsi seseorang yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.Faktor fugsional sendiri berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hallain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal salahsatunya adalah tingkat pendidikan seseorang, sedangkan faktor struktural berasaldari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf pada sistem saraf Individu.Keterbukaan masyarakat mengenai isu-isu DPR juga merupakan hal yangpenting. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterbukaan masyarakat adalahtingkat pendidikan masing-masing individu. Semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang maka lebih terbuka dengan isu-isu yang ada dan semakin tinggi pulainteraksi sosial yang kemudian akan memungkinkan adanya penggalian informasidan penerimaan informasi dari orang lain akan lebih terbuka banyak. Jadi tingkatpendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi yangada, tetapi juga ia akan lebih banyak berinteraksi dengan cara tidak hanya melihatdari satu sudut pandang dan lebih melihat dari berbagai sudut dengan menggaliinformasi dari berbagai pihak.Penelitian ini menggunakan teori ekologi media dari Marshall McLuhanyang berpusat pada prinsip bahwa tekhnologi akan tetap menjadi pusat perhatianbagi semua bidang profesi dan kehidupan. Teori ekologi media dari McLuhanberkaitan dengan persimpangan antara tekhnologi dan hubungan manusia danbagaimana media mempengaruhi persepsi dan pemahaman manusia. Ada duaprinsip yang dikemukakan dalam teori ekologi media yaitu kita tidak dapatmelarikan diri dari media di dalam hidup kita, bahwa dalam keadaan apapun kitapasti selalu dekat dengan media. Saat ini media online merupakan media yangtidak bisa dipisahkan oleh masyarakat, bertambahnya pengguna internet setiaphari membuat internet dapat mengisolasi orang seperti yang dilakukan olehtelevisi. Dan asumsi yang kedua adalah media dapat memperbaiki ataumemperjelas persepsi dan mengorganisasikannya dalam kehidupan kita. Samaseperti ketika seseorang mengaskes pemberitaan pada media online, dimana orangyang mengakses pemberitaan lebih sering pasti akan berbeda persepsinya denganorang yang mengaksesnya dalam kategori ringan atau jarang. Persepsi dan sikapkita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui darimedia, selain dari media tentunya ada banyak faktor lainnya yang akanmempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. West dan Turner mencontohkanfaktor lain yang mempengaruhi adalah faktor individu seseorang.Asumsi kedua ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmatbahwa persepsi ditentukan oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor fungsionaldan struktural dimana faktor struktural berasal dari stimulus fisik yang datangsalah satunya adalah dari media dan faktor fungsional yang merupakan faktor daripersonal seseorang salah satunya adalah tingkat pendidikan individu. Ketikamedia online memberitakan mengenai kepercayaan masyarakat yang mulaimenurun kepada DPR, maka kita sebagai audiens akan secara tidak langsungmembahas mengenai korupsi yang dilakukan DPR, kemudian perilaku anggotadewan dan media membuat atau seolah-olah kinerja DPR buruk. MenurutMcLuhan hal ini bisa terjadi, karena kita sebagai audiens telah termanipulasi olehberita yang ada pada media online.Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal terakhir dariseseorang yang sudah ditempuh dengan suatu kelulusan. Sedangkan IntensitasMengakses Pemberitaan melalui Media Online adalah keteraturan seseorangmenonton/mendengarkan/ mengakses informasi dengan menggunakan mediaonline secara berkali-kali disertai dengan variasi, dimana tingkat keteraturantersebut terdiri dari aspek kuantitas dan kualitas. Dan citra DPR RI adalahpersepsi seseorang terhadap DPR mengenai fungsi dan tugas DPR.Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metodesurvey, dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebihvariabel. Populasi yang digunakan adalah kota Semarang, dimana kota Semarangmerupakan kota dengan masyarakat yang heterogen dilihat dari segi demografisdan psikografisnya. Sedangkan sampel yang digunakan adalah non probabilitasatau non random dengan usia 16 – 50 tahun karena merupakan usia yang aktifdalam mengakses informasi, menggunkan teknik accidental sampling, sedangkanjumlah sampel sebesar 50 responden.Validitas dilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan daninstrumen kepada para ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item– total correlation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 10responden dan menggunakan uji crocobanch alfa.Tekhnik analisis data menggunakan beberapa uji coba. Untuk mengujihubungan tingkat pendidikan (X1) dengan citra DPR RI (Y) dan hubunganintensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI(Y) menggunakan uji coba rank Kendall. Sedangkan untuk menguji bagaimanakeselarasan ketiga variabel menggunaka uji coba konkordansi Rank Kendall.ISIDari hasil kuesioner yang disebar kepada 50 responden didapatkan hasil bahwaterdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan citraDPR RI dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara intensitasmengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI. Berartisemakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin negatif persepsi masyarakatmengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaanmelalui media online maka semakin negatif persepsi mereka mengenai citra DPRRI. Sedangkan hubungan ketiga variabel, didapatkan bahwa variabel bebas(tingkat pendidikan, intenistas mengakses pemberitaan melalui media online)secara bersama – sama berhubungan dengan citra DPR RI.Seperti halnya yang dijelaskan pada teori ekologi media dari Marshall McLuhanbahwa media dapat memperjelas, memperbaiki persepsi seseorang danmengorganisasikannya dalam kehidupan kita (Lihat Bab I, hal 20). Pada CitraDPR RI, disini media berusaha memberikan berita yang dapat membukapandangan masyarakat mengenai DPR, dan media mencitrakan seolah – olahbahwa DPR memang lembaga yang buruk, sehingga masyarakat punmempercayai dan mempersepsikan sama dengan apa yang dikatakan oleh media.Semakin seseorang mengakses media online maka akan semakin sering tertepaberita mengenai DPR dan sayangnya pemberitaan yang ada lebih sering beritanegatif mengenai DPR sehingga membaut persepsi mereka buruk mengenai citraDPR. berbeda dengan responden yang jarang mengakses pemberitaan melaluimedia online, tentunya mereka hanya sedikit tertepa mengenai berita buruk DPR.Salah satu efek yang ditimbulkan oleh media massa adalah efek kognitif,dimana efek ini memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dandipersepsikan. Semakin tinggi responden mengakses maka semakin negatif pulacitra yang didapat dan begitupula sebaliknya (lihat Bab III, hal 23). Efek yangditimbulkan berbeda-beda setiap responden juga dipengaruhi oleh seberapa seringintensitas yang dilakukan dalam mengakses pemberitaan melalui media online.Responden yang mengakses media online termasuk dalam heavy viewersdimana mereka akan lebih sering terterpa dengan berbagai pemberitaan yang adapada situs media online termasuk pemberitaan mengenai DPR RI, sehinggamereka akan lebih mudah terpengaruh untuk memberikan kesan buruk kepadaDPR RI sesuai dengan apa yang dicitrakan oleh media mengenai DPR saat ini.Bahwa media mencitrakan DPR merupakan lembaga yang banyak sekalimenerima suap, gratifikasi dan hal – hal lain yang cenderung negatif. Sementarabagi responden yang mengakses pemberitaan melalui media online dalam kategorirendah atau masuk kategori light viewers, dimana mereka tidak terlalu seringtertepa pemberitaan negatif mengenai DPR dan memandang bahwa DPR hanyasekedar lembaga negara tanpa mengerti tugas, kewajiban dan fungsi yang harusdijalankan.Dengan demikian, kegiatan mengakses pemberitaan melalui media onlinedapat memberikan pengaruh tetapi hal tersebut bergantung pada intensitasnya.Diungkapkan oleh Burgin (Lihat Bab I, hal 28) bahwa intensitas seseorang dalammengakses media dapat mempengaruhi besarnya pengaruh media terhadapbagaimana seseorang mempersepsikan dan berperilaku. Begitupula dengankeadan sebaliknya, semakin rendah intensitas seseorang dalam mengaksespemberitaan maka semakin rendah pula pengaruhnya terhadap persepsi danperilaku orang tersebut.Namun pada asumsi ekologi media yang kedua menjelaskan bahwapersepsi dan sikap kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kitaketahui dari media, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktorpersonal. Disini yang dimaksud faktor personal adalah tingkat pendidikan yangdapat mempengaruhi bagaimana tingkat pendidikan dapat berpengaruh padapersepsi mengenai Citra DPR RI.Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung terbukaterhadap sebuah isu yang memungkin adanya penggalian informasi lebih dalamsehingga menerima lebih banyak informasi dan membuat masyarakat yangberpendidikan tinggi tidak hanya melihat dari satu sudut pandang melainkanmelihat dari sudut pandang lainnya. Responden yang berpendidikan tinggi sudahmemiliki kebutuhan akan politik yang terbukti bahwa responden berpendidikantinggi lebih mengerti mengenai fungsi dan tugas DPR itu seperti apa, berbedadengan responden berpendidikan rendah yang hanya mengetahui DPR tanpamengerti tugas dan fungsi yang harus dijalankan.PENUTUPKesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasilsebagai berikut:1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel tingkatpendidikan dengan variabel citra DPR RI. Dengan demikian,tingginya tingkat pendidikan membuat persepsi masyarakat mengenaicitra DPR RI semakin buruk.2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel intensitasmengakses pemberitaan melalui media online dengan variabel citraDPR RI. Maka intensitas mengakses pemberitaan melalui mediaonline mendorong masyarakat untuk mempersepsikan mengenai citraDPR RI. Semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melaluimedia online maka semakin buruk persepsi masyarakat mengenaicitra DPR RI.3. Tingkat pendidikan dan intensitas mengakses pemberitaan melaluimedia online dengan citra DPR secara bersama – sama berhubungandengan citra DPR RI.Sedangkan saran ditujukan kepada media, masyarakat dan penelitianselanjutnya, berupa:1. Media sebaiknya tidak hanya menampilkan keburukan danpenyelewengan yang dilakukan DPR RI melainkan juga prestasi –prestasi yang didapatkan DPR. Selain itu, media dalammemberitakan sebuah kasus DPR hendaknya tidak dilebih – lebihkanatau dengan kata lain harus memberikan berita yang seimbang, akuratdan objektif.2. Masyarakat pun harus lebih jeli dalam menilai kinerja DPR, tidakhanya melihat dari satu sudut pandang (sudut pandang media)melainkan juga dari sudut pandang lain.3. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan citra DPR RI,hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yangberhubungan, di luar intensitas mengakses dan tingkat pendidikan,misalnya persepsi terhadap pemberitaan, keterlibatan masyarakatdalam pembuatan kebijakan, dll. Disamping itu, penelitian juga dapatdilakukan dengan menggunakan teknik pengembilan sampel yangberbeda.
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.