skip to main content

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengakses Pemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RI


Citation Format:
Abstract

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengakses
Pemberitaan melalui Media Online dengan Citra DPR RI
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini didasarkan pada tingginya tingkat ekspos media
online terhadap penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan DPR (korupsi,
gratifikasi). Media mencitrakan seolah-olah DPR memang lembaga yang buruk.
Akibatnya persepsi masyarakat mengenai citra DPR juga ikut buruk. Bagaimana
seseorang mencitrakan berasal dari kognisi seseorang dan di tandai dengan adanya
persepsi. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu media dan faktor
personal seseorang. Dalam penelitian ini faktor personal yang sangat penting
dalam menilai kinerja DPR adalah tingkat pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dan intensitas mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI.
Teori utama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori ekologi media dari
McLuhan. Pada asumsi kedua teori ekologi media mengatakan bahwa media
memperbaiki dan memperjelas persepsi seseorang, walaupun ada faktor lain yang
mempengaruhi yaitu faktor personal atau diasumsikan adalah tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan akan berdampak pada bagaimana seseorang mempersepsikan
dan bagaimana mempersepsikan isu-isu yang berkembang.
Penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatif dengan pendekatan
kuantitatif, dan menggunakan paradigma positivistik. Populasi dalam penelitian
ini adalah warga kota Semarang yang berusia 16 – 50 tahun yang pernah
mengakses pemberitaan melalui media online selama satu tahun terakhir. Sampel
yang digunakan adalah non random dengan tekhnik accidental sampling
dikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui dengan jumlah sampel
sebanyak 50 responden. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan
rumus uji korelasi Rank kendall, maka diperoleh terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara tingkat pendidikan(X1) dengan citra DPR RI (Y) dan antara
intensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI
(Y). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin buruk
persepsinya mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses
pemberitaan melalui media online maka semakin buruk persepsi masyarakat
mengenai citra DPR RI.
Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Intensitas dan Citra
Relationship of Level of Education and Accesing Intensity on
Online Media with DPR’s image
ABSTRACT
The background of the research is based on online expose of media to distorsions
that DPR’s done all time high (corruption and dividend). Media Tells us that DPR
is bad bureau. So people’s perception to DPR be bad, also. How people consider it
from people cognition and marked with perception. People’s perception has been
defined by two factors are media and personal. In this research personal factor,
that has a significant effect to price DPR’s performance is level of educations.
The purpose of this research is to figure out the connection between the
level of education and accesing intensity of online media with DPR’s image. Used
major theory to this research is ecological theory of media from McLuhan. In the
secand assumption of that theory says that media corrects and clear the people
perception. Although, there is another factor which is personal factor that is
considered as level of education. It impacts to how people percept and how
percept the developing issues.
This reaserch is type of explanatory with a quantitative, and uses paradigm
of positivisme. The reaserch's subjects are the people who reach 16-50 years old
accesing news on online media in a last year. The used sample is non-random
with accidental sampling technique that caused by unknown population number
with 50 respondents. Based on the statistic computation with Rank Kendall's
correlation of correction, then there is known a significant negative connection
between education level and DPR's image, and between online media accesing
intensity and DPR' image. So, the higher of education level is the worse
perception of DPR's image and the higher of accesing online media is the worse
perception of DPR's image.
Keywords: Level of education, Intensity and Image
PENDAHULUAN
Saat ini media online sudah menjadi sesuatu yang wajib bagi masyarakat, dengan
tujuan yang berbeda – beda. Tujuan masyarakat mengakses pemberitaan adalah
mencari informasi, hiburan dan tak kalah pentingnya adalah mengawasi dan
mengkontrol kinerja pemerintahan. Hal ini dilakukan masyarakat agar pemerintah
dalam hal ini DPR untuk selalu berada pada koridor yang benar, ketika terjadi
penyimpangan maka masyarakat dapat dengan cepat mengetahuinya. Pada
kenyataannya media lebih sering mengekspos pemberitaan negatif jika
dibandingkan dengan pemberitaan positif, media mencitrakan bahwa DPR adalah
lembaga yang buruk.
Pemberitaan yang sedang hangat – hangatnya adalah kasus Hambalang
yang menyeret beberapa anggota dewan, kasus korupsi pengadaan simulator SIM
oleh Djoko Susilo yang menyeret beberapa anggota dewan pada komisi hukum.
Selain korupsi adanya gratifikasi seks dikalangan DPR, gratifikasi ini dilakukan
oleh perusahaan yang diberikan oleh anggota dewan demi memuluskan sebuah
proyek dan suap yang diberikan adalah berupa wanita, kemudian ditemukannya
kondom bekas pakai di gedung Nusantara. Serta survey – survey yang dilakukan
oleh beberapa instasi terkait DPR, SSS (Soegang Sarjadi Syndicate) yang
mengungkapkan bahw DPR merupakan lembaga terburuk, survey LSI yang
mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat sering mendengar masalah
moralitas di kalangan masyarakat, dan yang tak kalah menghebohkan adalah
survey LSI mengenai persepsi masyarakat terkait kinerja DPR dan hasilnya pun
sebagian responden menganggap bahwa kinerja DPR masih buruk.
Jika melihat persepsi masyarakat terhadap kinerja DPR, tentunya tidak
bisa dilepaskan dari tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang beragam.
Tingkat pendidikan beruhubungan dengan banyak hal seperti bagaimana
seseorang akan mempersepsikan apa yang terjadi di lingkungannya, tingkat
pendidikan juga akan mempengaruhi keterbukaan terhadap informasi-informasi
yang ada kemudian akan berdampak pada perilaku atau responnya kepada
lembaga negara tersebut. Tingkat pendidikan bisa dilihat dari jenjang pendidikan
yang ditempuh, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Ketika seseorang yang menempuh pendidikan maka akan berdampak pada
persepsi yang dianutnya. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang
timbul dalam lingkungannya. Kemampuan seseorang dalam mempersepsi segala
sesuatunya pasti berbeda antar satu dengan lainnya bergantung pada tingkat
pendidikan yang dimiliki, karena tingkat pendidikan akan menentukan intelegensi
seseorang dan bagaimana seseorang menelaah mengenai apa yang terjadi pada
lingkungannya.
Krech dan Crutchfield juga menerangkan bahwa ada dua faktor yang
membentuk persepsi seseorang yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor fugsional sendiri berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal salah
satunya adalah tingkat pendidikan seseorang, sedangkan faktor struktural berasal
dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf pada sistem saraf Individu.
Keterbukaan masyarakat mengenai isu-isu DPR juga merupakan hal yang
penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi keterbukaan masyarakat adalah
tingkat pendidikan masing-masing individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka lebih terbuka dengan isu-isu yang ada dan semakin tinggi pula
interaksi sosial yang kemudian akan memungkinkan adanya penggalian informasi
dan penerimaan informasi dari orang lain akan lebih terbuka banyak. Jadi tingkat
pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi yang
ada, tetapi juga ia akan lebih banyak berinteraksi dengan cara tidak hanya melihat
dari satu sudut pandang dan lebih melihat dari berbagai sudut dengan menggali
informasi dari berbagai pihak.
Penelitian ini menggunakan teori ekologi media dari Marshall McLuhan
yang berpusat pada prinsip bahwa tekhnologi akan tetap menjadi pusat perhatian
bagi semua bidang profesi dan kehidupan. Teori ekologi media dari McLuhan
berkaitan dengan persimpangan antara tekhnologi dan hubungan manusia dan
bagaimana media mempengaruhi persepsi dan pemahaman manusia. Ada dua
prinsip yang dikemukakan dalam teori ekologi media yaitu kita tidak dapat
melarikan diri dari media di dalam hidup kita, bahwa dalam keadaan apapun kita
pasti selalu dekat dengan media. Saat ini media online merupakan media yang
tidak bisa dipisahkan oleh masyarakat, bertambahnya pengguna internet setiap
hari membuat internet dapat mengisolasi orang seperti yang dilakukan oleh
televisi. Dan asumsi yang kedua adalah media dapat memperbaiki atau
memperjelas persepsi dan mengorganisasikannya dalam kehidupan kita. Sama
seperti ketika seseorang mengaskes pemberitaan pada media online, dimana orang
yang mengakses pemberitaan lebih sering pasti akan berbeda persepsinya dengan
orang yang mengaksesnya dalam kategori ringan atau jarang. Persepsi dan sikap
kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui dari
media, selain dari media tentunya ada banyak faktor lainnya yang akan
mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang. West dan Turner mencontohkan
faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor individu seseorang.
Asumsi kedua ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat
bahwa persepsi ditentukan oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor fungsional
dan struktural dimana faktor struktural berasal dari stimulus fisik yang datang
salah satunya adalah dari media dan faktor fungsional yang merupakan faktor dari
personal seseorang salah satunya adalah tingkat pendidikan individu. Ketika
media online memberitakan mengenai kepercayaan masyarakat yang mulai
menurun kepada DPR, maka kita sebagai audiens akan secara tidak langsung
membahas mengenai korupsi yang dilakukan DPR, kemudian perilaku anggota
dewan dan media membuat atau seolah-olah kinerja DPR buruk. Menurut
McLuhan hal ini bisa terjadi, karena kita sebagai audiens telah termanipulasi oleh
berita yang ada pada media online.
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal terakhir dari
seseorang yang sudah ditempuh dengan suatu kelulusan. Sedangkan Intensitas
Mengakses Pemberitaan melalui Media Online adalah keteraturan seseorang
menonton/mendengarkan/ mengakses informasi dengan menggunakan media
online secara berkali-kali disertai dengan variasi, dimana tingkat keteraturan
tersebut terdiri dari aspek kuantitas dan kualitas. Dan citra DPR RI adalah
persepsi seseorang terhadap DPR mengenai fungsi dan tugas DPR.
Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatif dengan metode
survey, dimana metode ini berusaha untuk mengevaluasi hubungan dua atau lebih
variabel. Populasi yang digunakan adalah kota Semarang, dimana kota Semarang
merupakan kota dengan masyarakat yang heterogen dilihat dari segi demografis
dan psikografisnya. Sedangkan sampel yang digunakan adalah non probabilitas
atau non random dengan usia 16 – 50 tahun karena merupakan usia yang aktif
dalam mengakses informasi, menggunkan teknik accidental sampling, sedangkan
jumlah sampel sebesar 50 responden.
Validitas dilakukan dengan mengkonsulkan teori yang digunakan dan
instrumen kepada para ahli, jika menggunakan spss dapat melalui correlated item
– total correlation, sedangkan untuk reabilitas menggunakan uji coba kepada 10
responden dan menggunakan uji crocobanch alfa.
Tekhnik analisis data menggunakan beberapa uji coba. Untuk menguji
hubungan tingkat pendidikan (X1) dengan citra DPR RI (Y) dan hubungan
intensitas mengakses pemberitaan melalui media online (X2) dengan citra DPR RI
(Y) menggunakan uji coba rank Kendall. Sedangkan untuk menguji bagaimana
keselarasan ketiga variabel menggunaka uji coba konkordansi Rank Kendall.
ISI
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 50 responden didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan citra
DPR RI dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara intensitas
mengakses pemberitaan melalui media online dengan citra DPR RI. Berarti
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin negatif persepsi masyarakat
mengenai citra DPR RI dan semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan
melalui media online maka semakin negatif persepsi mereka mengenai citra DPR
RI. Sedangkan hubungan ketiga variabel, didapatkan bahwa variabel bebas
(tingkat pendidikan, intenistas mengakses pemberitaan melalui media online)
secara bersama – sama berhubungan dengan citra DPR RI.
Seperti halnya yang dijelaskan pada teori ekologi media dari Marshall McLuhan
bahwa media dapat memperjelas, memperbaiki persepsi seseorang dan
mengorganisasikannya dalam kehidupan kita (Lihat Bab I, hal 20). Pada Citra
DPR RI, disini media berusaha memberikan berita yang dapat membuka
pandangan masyarakat mengenai DPR, dan media mencitrakan seolah – olah
bahwa DPR memang lembaga yang buruk, sehingga masyarakat pun
mempercayai dan mempersepsikan sama dengan apa yang dikatakan oleh media.
Semakin seseorang mengakses media online maka akan semakin sering tertepa
berita mengenai DPR dan sayangnya pemberitaan yang ada lebih sering berita
negatif mengenai DPR sehingga membaut persepsi mereka buruk mengenai citra
DPR. berbeda dengan responden yang jarang mengakses pemberitaan melalui
media online, tentunya mereka hanya sedikit tertepa mengenai berita buruk DPR.
Salah satu efek yang ditimbulkan oleh media massa adalah efek kognitif,
dimana efek ini memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan
dipersepsikan. Semakin tinggi responden mengakses maka semakin negatif pula
citra yang didapat dan begitupula sebaliknya (lihat Bab III, hal 23). Efek yang
ditimbulkan berbeda-beda setiap responden juga dipengaruhi oleh seberapa sering
intensitas yang dilakukan dalam mengakses pemberitaan melalui media online.
Responden yang mengakses media online termasuk dalam heavy viewers
dimana mereka akan lebih sering terterpa dengan berbagai pemberitaan yang ada
pada situs media online termasuk pemberitaan mengenai DPR RI, sehingga
mereka akan lebih mudah terpengaruh untuk memberikan kesan buruk kepada
DPR RI sesuai dengan apa yang dicitrakan oleh media mengenai DPR saat ini.
Bahwa media mencitrakan DPR merupakan lembaga yang banyak sekali
menerima suap, gratifikasi dan hal – hal lain yang cenderung negatif. Sementara
bagi responden yang mengakses pemberitaan melalui media online dalam kategori
rendah atau masuk kategori light viewers, dimana mereka tidak terlalu sering
tertepa pemberitaan negatif mengenai DPR dan memandang bahwa DPR hanya
sekedar lembaga negara tanpa mengerti tugas, kewajiban dan fungsi yang harus
dijalankan.
Dengan demikian, kegiatan mengakses pemberitaan melalui media online
dapat memberikan pengaruh tetapi hal tersebut bergantung pada intensitasnya.
Diungkapkan oleh Burgin (Lihat Bab I, hal 28) bahwa intensitas seseorang dalam
mengakses media dapat mempengaruhi besarnya pengaruh media terhadap
bagaimana seseorang mempersepsikan dan berperilaku. Begitupula dengan
keadan sebaliknya, semakin rendah intensitas seseorang dalam mengakses
pemberitaan maka semakin rendah pula pengaruhnya terhadap persepsi dan
perilaku orang tersebut.
Namun pada asumsi ekologi media yang kedua menjelaskan bahwa
persepsi dan sikap kita secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh apa yang kita
ketahui dari media, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor
personal. Disini yang dimaksud faktor personal adalah tingkat pendidikan yang
dapat mempengaruhi bagaimana tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada
persepsi mengenai Citra DPR RI.
Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung terbuka
terhadap sebuah isu yang memungkin adanya penggalian informasi lebih dalam
sehingga menerima lebih banyak informasi dan membuat masyarakat yang
berpendidikan tinggi tidak hanya melihat dari satu sudut pandang melainkan
melihat dari sudut pandang lainnya. Responden yang berpendidikan tinggi sudah
memiliki kebutuhan akan politik yang terbukti bahwa responden berpendidikan
tinggi lebih mengerti mengenai fungsi dan tugas DPR itu seperti apa, berbeda
dengan responden berpendidikan rendah yang hanya mengetahui DPR tanpa
mengerti tugas dan fungsi yang harus dijalankan.
PENUTUP
Kesimpulan dari hasil pembagian kuesioner yang dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel tingkat
pendidikan dengan variabel citra DPR RI. Dengan demikian,
tingginya tingkat pendidikan membuat persepsi masyarakat mengenai
citra DPR RI semakin buruk.
2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel intensitas
mengakses pemberitaan melalui media online dengan variabel citra
DPR RI. Maka intensitas mengakses pemberitaan melalui media
online mendorong masyarakat untuk mempersepsikan mengenai citra
DPR RI. Semakin tinggi intensitas mengakses pemberitaan melalui
media online maka semakin buruk persepsi masyarakat mengenai
citra DPR RI.
3. Tingkat pendidikan dan intensitas mengakses pemberitaan melalui
media online dengan citra DPR secara bersama – sama berhubungan
dengan citra DPR RI.
Sedangkan saran ditujukan kepada media, masyarakat dan penelitian
selanjutnya, berupa:
1. Media sebaiknya tidak hanya menampilkan keburukan dan
penyelewengan yang dilakukan DPR RI melainkan juga prestasi –
prestasi yang didapatkan DPR. Selain itu, media dalam
memberitakan sebuah kasus DPR hendaknya tidak dilebih – lebihkan
atau dengan kata lain harus memberikan berita yang seimbang, akurat
dan objektif.
2. Masyarakat pun harus lebih jeli dalam menilai kinerja DPR, tidak
hanya melihat dari satu sudut pandang (sudut pandang media)
melainkan juga dari sudut pandang lain.
3. Pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan citra DPR RI,
hendaknya dapat dilakukan dengan melihat faktor – faktor lain yang
berhubungan, di luar intensitas mengakses dan tingkat pendidikan,
misalnya persepsi terhadap pemberitaan, keterlibatan masyarakat
dalam pembuatan kebijakan, dll. Disamping itu, penelitian juga dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik pengembilan sampel yang
berbeda.

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.