BibTex Citation Data :
@article{IO3606, author = {Banun Ardani and Tandiyo Pradekso and Muhammad widagdo}, title = {Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter}, journal = {Interaksi Online}, volume = {1}, number = {4}, year = {2013}, keywords = {}, abstract = { 1 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter Banun Diyah Ardani Universitas Diponegoro Semarang 2 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter MEMAHAMI PENGALAMAN FOLLOWER DALAM MENERIMA PESAN TWEET BERBAYAR YANG DISAMPAIKAN OLEH BUZZER DI MEDIA SOSIAL TWITTER Banun Diyah Ardani1 1Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Jl Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Indonesia banundiyah@gmail.com Abstraksi Tweet berbayar merupakan sebuah fenomena yang muncul seiring dengan perkembangan media sosial Twitter. Twitter memiliki kerumunan massa dimana dilihat sebagai peluang bagi sebuah perusahaan produk untuk berpromosi di Twitter. Memanfaatkan Buzzer yang telah memiliki banyak follower, perusahaan produk menyewa jasa Buzzer untuk menyampaikan pesan promosi dengan menggunakan bahasa dan gaya berbicara khas Buzzer. Follower dapat mengidentifikasi pesan tweet berbayar walaupun dikemas bukan seperti pesan promosi yang bersifat hard-selling. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman follower dari Buzzer dalam menerima pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi para brand company untuk mmilih Buzzer dan format komuniasi yang tepat agar kampanye produk yang dilakukan berhasil. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dan menggunakan model komunikasi Maletzke sebagai rujukan kerangka berpikir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi follower masuk di media sosial Twitter adalah untuk mendapatan informasi dan hiburan. Follower cenderung follow Buzzer dengan interest yang sama. Dalam menerima pesan tweet berbayar, follower melihat beberapa aspek yang melekat pada diri Buzzer sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh follower. aspek tersebut diantaranya adalah Image yang dilihat dari avatar dan bio, Reputasi yang dilihat dari karakter personal dan kompetensi profesional, Jaringan Pertemanan, Jaringan Buzzer, dan Interest. Follower melihat aspek tersebut sebagai kesatuan yang dimiliki oleh Buzzer dalam menyampaikan tweet berbayar. Dalam menyampaikan pesan tweet berbayar, Buzzer dituntut untuk menulis tweet yang padat, jelas, menarik. Follower juga melakukan pengawasan terhadap pesan yang disampaikan oleh Buzzer sehingga apabila terdapat tweet yang tida patut maka follower langsung menegur. Kata Kunci: Buzzer, tweet berbayar, Twitter, Follower 3 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter UNDERSTANDING FOLLOWER EXPERIENCE WHEN RECEIVING PAID TWEET WHICH IS DELIVERED BY BUZZER IN SOCIAL MEDIA TWITTER Banun Diyah Ardani1 1Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Jl Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Indonesia banundiyah@gmail.com Abstract Paid tweet is the rising phenomenon while the social media Twitter is rising up. Twitter has a mass crowd which is viewed by product company as an opportunity to promote the product in Twitter. Using Buzzer who has may followers, product company contract Buzzer to deliver promotion message using their own language and character. Follower can identify paid tweet although Buzzer deliver the message unlike hard-selling promotion message. This research was aimed to understand follower experience when receiving paid tweet from Buzzer so that brand company could use is as recommendation in order to choose Buzzer and how to communicate with follower to success product campaign. The type of research is descriptive-qualitative with phenomenological approach. The collection of data uses in-depth interview technique. Research is using Maletzke Communication Model as reference to frame the mind. The result showed that the follower motivation while entering Twitter is to get information and entertainment. Follower tend to follow Buzzer who has same interest. While receiving paid tweet, follower observe some aspects from Buzzer. The aspects are Image which is viewed by follower from avatar and bio, Reputation which is viewed from personal character and professional competence, Friend Network, Buzzer Network, and Interest. Follower observe those aspects as the whole package from Buzzer when deliver paid tweet. Buzzer has to deliver clearly interesting paid tweet less than 140 character. Follower watch the message which delivered by Buzzer so if there is inappropriate message, Follower will warn Buzzer. Key words: Buzzer, paid tweet, Twitter, Follower 4 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter DAFTAR ISI Cover Dalam 1 Abstrak Versi Bahasa Indonesia 2 Abstrak Versi Bahasa Inggris 3 Daftar Isi 4 BAB I PENDAHULUAN 5 1.1 Latar Belakang 5 1.2 Permasalahan 7 1.3 Tujuan Penelitian 8 1.4 Signifikansi Penelitian 8 BAB II 9 KERANGKA TEORITIS 9 BAB III 11 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 11 3.2 Paradigma Penelitian 11 3.3 Sifat Penelitian 11 3.4 Informan dan Lokasi Penelitian 12 3.5 Metode Pengumpulan Data 12 3.6 Metode Analisis Data 12 BAB IV 14 HASIL PENELITIAN BAB V 17 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 18 5 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Twitter merupakan situs jejaring sosial yang telah mengalami pertambahan fungsi, tidak hanya sebagai situs jejaring biasa, tetapi juga merupakan media komunikasi pemasaran online. Bahkan, karakteristik yang dimiliki Twitter memungkinkan terjadinya pola komunikasi Online Word of Mouth atau oleh sebagian kalangan dikenal sebagai buzzing. Banyak perusahaan yang ingin produknya menjadi topik pembicaraan di Twitter. Mereka berusaha mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan perilaku mengkonsumsi media dari konsumen. Dalam komunikasi buzzing individu yang melakukan aktivitas buzzing disebut dengan Buzzer. Buzzer dalam arti yang umum dijelaskan sebagai alat atau suatu benda yang menghasilkan suara yang bisisng sehingga menarik perhatian. Dalam dunia Twitter pengertian Buzzer tidak persis seperti penjelasan tersebut. Buzzer di Twitter adalah seseorang yang memiliki akun di media sosial Twitter yang memiliki pengaruh besar, pengikut (follower) fanatik, kicauan (tweet) sering dikucaukan ulang (retweet) oleh follower, memiliki jumlah follower yang banyak dan mampu berinteraksi dengan mereka. (“Tertarik Menjadi Buzzer di Twitter”, oleh Rahadian P. Paramita, ditulis pada 4 Februari 2012, dalam http://salingsilang.com/baca/tertarik-menjadi-Buzzer-di-Twitter). Twitter tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi antar penggunanya untuk memberi tahu aktivitas yang sedang mereka kerjakan, namun juga para pengguna mulai menggunakannya untuk aktivitas promosi (Majalah Digital Business, volume 02/2009 halaman 46). Brand Company menggunakan Twitter untuk aktivitas promosi. Melalui Buzzer, brand company menyampaikan tweet yang berkaitan dengan pesan promosi produk. Tweet dari Buzzer memiliki kecendurungan untuk disebarluaskan kembali oleh follower melalui fitur Reply dan Retweet sehingga pesan tweet berbayar memiliki potensi viral marketing sehingga banyak orang yang mengetahui dan membaca tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer. 6 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter 1.2 Permasalahan Penelitian Fenomena tweet berbayar merupakan fenomena yang unik karena tidak terjadi di media sosial lain. Twitter memiliki media usage yang berbeda dengan media sosial lain dimana Twitter merupakan media sosial yang bersifat cepat, praktis, dan selalu up-to-date sehingga memunginkan pengguna untuk mendapatkan informasi terbaru. Selain itu, Twitter adalah media personal dimana Buzzer tidak hanya bisa menyampaikan tweet yang bersifat pribadi namun juga tweet tentang suatu produk yang dikemas secara personal dan sesuai dengan karakter dan gaya berbicara. Berangkat dari keunikan (uniqueness) fenomena tweet berbayar di media sosial Twitter, penelitian ini cukup signifikan untuk diteliti yakni memahami bagaimana pengalaman yang dialami oleh follower dalam menerima pesan tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer dalam media sosial Twitter untuk digunakan sebagai rekomendasi bagi brand company dalam memilih Buzzer dalam program kampanye produk sehingga tujuan komunikasi brand company terhadap follower tepat sasaran. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman follower (komunikan) dalam menerima pesan tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer di media sosial Twitter sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi brand company dalam memilih dan menempatkan posisi Buzzer dalam kampanye produk agar tujuan komunikasi tepat sasaran. 1.4 Signifikansi Penelitian Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian ilmu komunikasi khususnya dalam mengadopsi pemikiran teoritis Model Komunikasi Maletzke dalam konteks komunikasi buzzing di media sosial Twitter dimana akan dilihat sebagai Bangunan Teoritik baru dalam proses komunikasi buzzing sehingga dapat menjadi referensi bagi Brand company dan Advertising/Digital Agency dalam memahami pengalaman follower dalam memahami tweet berbayar. BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Model Komunikasi Maletzke Dalam penelitian yang bertujuan memahami pemaknaan follower terhadap tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer dalam media sosial Twitter akan menggunakan model komunikasi Maletzke dimana pengalaman seseorang dalam memahami tweet berbayar tentu berbeda-beda. Terdapat banyak model komunikasi yang ada menjelaskan fenomena proses komunikasi. Model komunikasi Maletzke ini 7 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter dikemukakan oleh seorang peneliti dari Jerman, Maletzke (1963) yang menyampaikan perspektif dengan menggunakan skema “Schema des Feldes der Massenkommunikation”. Secara metodologis, model komunikasi ini merupakan proses yang kompleks dalam area sosial-psikologis dimana memiliki multi-eksplanasi. Maletzke membuat model berdasarkan elemen tradisional dasar yakni yang meliputi komunikator, pesan, medium, dan komunikan. Diantara medium dan komunikan terdapat dua komponen yakni tekanan (pressure/constraint) dari medium dan citra komunikan (receiver’s image) terhadap medium (McQuails dan Windahl, 1993: 46). Gambar 1.6 Model Komunikasi Maletzke Sumber: McQuails dan Windahl, 1993: 52 Dari gambar diatas, Maletzke memperlihatkan secara menyeluruh mengenai komunikasi massa sebagai sebuah proses yang secara psikologis dan sosiologis dengan kompleks sifatnya. Mengandung elemen-elemen tradisional dimana kita menemukan tanda yakni C (Communicator), M (Message), Medium, dan R (Response). Dalam masing-masing bagian tersebut terdapat hal-hal yang mempengaruhi (McQuails dan Windahl, 1993: 52). 8 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara mendetail mengenai objek sehingga mendapatkan gambaran mengenai proses bagaimana follower selaku komunikan dalam model komunikasi Maletzke komunikasi memiliki image atau penilaian teorrsendiri terhadap Buzzer selaku komunikator 3.2 Paradigma Penelitian Penelitian menggunakan paradigma interpretif menggunakan fenomenologi. Paradigma interpretif digunakan pada penelitian ini karena bertujuan untuk melihat fenomena dan menggali pengalaman follower dalam memahami tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer di media sosial Twitter. 3.3 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bersifat interpretif. Penelitian interpretif mencoba menafsirkan isi pesan yang muncul dalam wawancara sehingga dapat mengungkap pola tentang gejala secara rinci dan pada sejumlah informasi. Data-data yang dikumpulkan bukan berupa penyajian angka melainkan kata sebagai sebuah penggambaran. Sehingga, sajian berupa kutiapan dan data-data untuk memberikan gambaran tentang laporan penelitian. Secara harfiah, metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 3.4 Informan dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan beberapa informan dari latar belakang yang berbeda. Informan yang diambil peneliti adalah follower Buzzer yang memiliki akun Twitter serta secara aktif berpartisipasi dalam Twitter minimal selama satu tahun terakhir, dengan jumlah follower minimal 200, dan rata-rata jumlah tweet perhari minimal 10 tweet. 3.5 Metode Pengumpulan Data a. Data Primer dalam penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pengguna Twitter yang merupakan follower dari Buzzer. b. Data sekunder riset ini adalah jurnal, artikel, internet, makalah, tulisan di blog, dan data pengguna internet. 9 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter 3.6 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data fenomenologi Stevick-Colaizzi-Keen (dalam Kuswarno, 2009: 70) yakni membuat deskripsi lengkap peristiwa atau fenomena yang dialami langsung oleh narasumber, menelaah setiap pernyataan verbal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, mengelompokkan setiap unit makna ke dalam tema-tema tertentu kemudian membuat deskripsi tekstural dan deskripsi structural, menggabungkan deskripsi tekstural dan struktural untukk menentukan makna dan esensi dari fenomena, membuat penjelasan menyeluruh dari setiap makna dan esensi fenomena yang didapat. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan temuan penelitian di lapangan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Brand Company menggunakan jasa Buzzer untuk menyampaikan tweet berbayar yang berisi pesan promosi produk perusahaan tersebut. Buzzer tidak hanya berasal dari kalangan selebritis atau orang terkenal namun juga orang biasa yang memiliki banyak follower. Follower tidak hanya melihat Buzzer melalui apa yang disampaikan namun juga beberapa faktor yang melekat pada diri Buzzer sehingga follower percaya terhadap apa yang disampaikan oleh Buzzer. Buzzer memiliki image, reputasi, jaringan pertemanan, jaringan buzzer, dan interest. Follower menilai bahwa Buzzer membangun image dengan baik melalui avatar dan Bio. Dengan menampilkan diri dengan menarik melalui avatar dan Bio membuat impresi Follower terhadap Buzzer baik. Reputasi merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana follower memahami Buzzer. Reputasi ini dibentuk oleh atribut personal yang terdiri dari karakter personal (sifat Buzzer dan karakter Buzzer) dan kompetensi professional (pekerjaan, keahlian dan prestasi). Karakter personal Buzzer dalam Twitter dipengaruhi oleh sifat diri dan lingkungan sosial dimana Buzzer berinteraksi. Sifat Buzzer seringkali dapat ditangkap oleh follower karena terlihat dalam menyampaikan pesan. Follower cenderung follow Buzzer yang memiliki interest di bidang yang sama. Alasan follower follow Buzzer adalah seringkali Buzzer tidak hanya menyampaikan tweet berbayar namun juga tweet yang berkaitan dengan keahlian dan pekerjaannya. Follower merasakan manfaat ketika Buzzer menyampaikan informasi yang bisa memperkaya pengetahuannya. Seringkali follower memberikan feedback yakni me-RT tweet Buzzer atau reply tweet Buzzer yang berisi informasi tambahan 10 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter atau pandapat dirinya mengenai topic tertentu. Prestasi Buzzer merupakan suatu penguat bagi follower bahwa ternyata telah follow orang yang tepat. Seperti layaknya follower Buzzer juga berinteraksi dengan jaringan pertemanannya. Follower terpaksa sering mengikuti percakapan Buzzer dan teman-temannya karena sering munculo di Twitter. Buzzer tidak bekerja sendiri dalam menyampaikan tweet berbayar, terdapat Buzzer lain yang menyampaikan tweet berbayar mengenai produk yang sama. Hal tersebut diidentifikasi follower dari penggunaan hashtag yang sama dalam tweet berbayar. Buzzer saling bekerjasama untuk meramaikan tweet berbayar di Twitter. Hal tersebut berhasil membuat follower penasaran dan lalu merasa ingin tahu terhadap apa diperbincangkan sehingga membuat follower kepo dan mencari informasi terkait. Dalam proses komunikasi dimana Buzzer menyampaikan tweet berbayar, Buzzer mengalami tekanan dari sisi pesan dan medium. Dari segi pesan Buzzer dituntut untuk membuat tweet berbayar yang menarik agar mencuri perhatian follower. Tidak hanya itu bahasa maupun penggunaan kata yang disampaikan Buzzer dalam tweet berbayar tidak lagi bisa seenaknya seperti menyampaikan tweet pribadi. Dari segi medium, Twitter memiliki karakteristik yang khas yang bisa menjadi kelebihan maupun kekurangan. Twitter hanya memiliki 140 karakter sehingga tekanan dari medium muncul ketika Buzzer harus menyampaikan pesan yang singat, jelas, padat sehingga tidak menimbulkan twit-longer. Twit-longer merupakan hal yang dihindari oleh Buzzer dimana follower akan malas membaca pesan yang terpotong dan harus membuka sebuah tautan link. Follower juga melakukan pengawasan terhadap pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer, apabila berisi konten yang tidak etis maka follower langsung memberikan feedback (RT/Reply). Adanya fenomena tweet berbayar membuat brand company untuk menyusun strategi komunikasi melalui Buzzer. Penerimaan pesan yang dilakukan oleh follower akan menjadi aspek pertimbangan brand company dalam menyusun pesan dan memiliki Buzzer sehingga kampanye produk yang dilakukan berhasil. 11 Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka Model Komunikasi Maletzke masih relevan untuk diadopsi sehingga bisa menjelaskan bagaimana memahami follower dalam menerima pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer. Model Komunikasi Maletzke merupakan model komunikasi lama yang masih mampu relevan dengan era sekarang dimana asumsinya adalah orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan akan informasi. Social media Twitter justru malah semakin mempermudah siapapun untuk menyampaikan pesan promosi. DAFTAR PUSTAKA Boone, L.E., & Kurtz. D.L. (1999). Contemporary Marketing. Florida:Harcourt Brace and Company Denzin, Norman K. & Yvonne S. Lincoln. (2005). The Sage Handbook of Qualitative Hawkins, Delbert. (2007). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. New York: McGraw-Hill Kartajaya, Hermawan. (1996). Marketing Plus 3: Serial Marketing Populer. Jakarta: Sinar harapan Kartajaya, Hermawan. (2002). Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kotler, Philip. (2000). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control. New Jersey: Prentice Hall Kotler, Philip. (1971). Marketing Decision Making, A Model, Building Approach . New York: Richart and Winston, Inc Lincoln, Yvonna S dan Egon G. Guba. (1989). Naturalistic Inquiry: 1st Mc Quails, Daniel and Sven Windahl. (1993). Communication Models. New York: Longman Publishing }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/3606} }
Refworks Citation Data :
1Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterMemahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yang Disampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterBanun Diyah ArdaniUniversitas Diponegoro Semarang2Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterMEMAHAMI PENGALAMAN FOLLOWER DALAM MENERIMA PESAN TWEET BERBAYAR YANG DISAMPAIKAN OLEH BUZZER DI MEDIA SOSIAL TWITTERBanun Diyah Ardani11Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Departemen Ilmu Komunikasi,Jl Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Indonesiabanundiyah@gmail.comAbstraksiTweet berbayar merupakan sebuah fenomena yang muncul seiring dengan perkembangan media sosial Twitter. Twitter memiliki kerumunan massa dimana dilihat sebagai peluang bagi sebuah perusahaan produk untuk berpromosi di Twitter. Memanfaatkan Buzzer yang telah memiliki banyak follower, perusahaan produk menyewa jasa Buzzer untuk menyampaikan pesan promosi dengan menggunakan bahasa dan gaya berbicara khas Buzzer. Follower dapat mengidentifikasi pesan tweet berbayar walaupun dikemas bukan seperti pesan promosi yang bersifat hard-selling.Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman follower dari Buzzer dalam menerima pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi para brand company untuk mmilih Buzzer dan format komuniasi yang tepat agar kampanye produk yang dilakukan berhasil. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dan menggunakan model komunikasi Maletzke sebagai rujukan kerangka berpikir.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi follower masuk di media sosial Twitter adalah untuk mendapatan informasi dan hiburan. Follower cenderung follow Buzzer dengan interest yang sama. Dalam menerima pesan tweet berbayar, follower melihat beberapa aspek yang melekat pada diri Buzzer sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh follower. aspek tersebut diantaranya adalah Image yang dilihat dari avatar dan bio, Reputasi yang dilihat dari karakter personal dan kompetensi profesional, Jaringan Pertemanan, Jaringan Buzzer, dan Interest. Follower melihat aspek tersebut sebagai kesatuan yang dimiliki oleh Buzzer dalam menyampaikan tweet berbayar. Dalam menyampaikan pesan tweet berbayar, Buzzer dituntut untuk menulis tweet yang padat, jelas, menarik. Follower juga melakukan pengawasan terhadap pesan yang disampaikan oleh Buzzer sehingga apabila terdapat tweet yang tida patut maka follower langsung menegur.Kata Kunci: Buzzer, tweet berbayar, Twitter, Follower3Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterUNDERSTANDING FOLLOWER EXPERIENCE WHEN RECEIVING PAID TWEET WHICH IS DELIVERED BY BUZZER IN SOCIAL MEDIA TWITTERBanun Diyah Ardani11Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Departemen Ilmu Komunikasi,Jl Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Indonesiabanundiyah@gmail.comAbstractPaid tweet is the rising phenomenon while the social media Twitter is rising up. Twitter has a mass crowd which is viewed by product company as an opportunity to promote the product in Twitter. Using Buzzer who has may followers, product company contract Buzzer to deliver promotion message using their own language and character. Follower can identify paid tweet although Buzzer deliver the message unlike hard-selling promotion message.This research was aimed to understand follower experience when receiving paid tweet from Buzzer so that brand company could use is as recommendation in order to choose Buzzer and how to communicate with follower to success product campaign. The type of research is descriptive-qualitative with phenomenological approach. The collection of data uses in-depth interview technique. Research is using Maletzke Communication Model as reference to frame the mind.The result showed that the follower motivation while entering Twitter is to get information and entertainment. Follower tend to follow Buzzer who has same interest. While receiving paid tweet, follower observe some aspects from Buzzer. The aspects are Image which is viewed by follower from avatar and bio, Reputation which is viewed from personal character and professional competence, Friend Network, Buzzer Network, and Interest. Follower observe those aspects as the whole package from Buzzer when deliver paid tweet. Buzzer has to deliver clearly interesting paid tweet less than 140 character. Follower watch the message which delivered by Buzzer so if there is inappropriate message, Follower will warn Buzzer.Key words: Buzzer, paid tweet, Twitter, Follower4Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterDAFTAR ISICover Dalam 1Abstrak Versi Bahasa Indonesia 2Abstrak Versi Bahasa Inggris 3Daftar Isi 4BAB IPENDAHULUAN 51.1 Latar Belakang 51.2 Permasalahan 71.3 Tujuan Penelitian 81.4 Signifikansi Penelitian 8BAB II 9KERANGKA TEORITIS 9BAB III 11 METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian 113.2 Paradigma Penelitian 113.3 Sifat Penelitian 113.4 Informan dan Lokasi Penelitian 123.5 Metode Pengumpulan Data 123.6 Metode Analisis Data 12BAB IV 14HASIL PENELITIANBAB V 17PENUTUPDAFTAR PUSTAKA 185Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang PenelitianTwitter merupakan situs jejaring sosial yang telah mengalami pertambahan fungsi, tidak hanya sebagai situs jejaring biasa, tetapi juga merupakan media komunikasi pemasaran online. Bahkan, karakteristik yang dimiliki Twitter memungkinkan terjadinya pola komunikasi Online Word of Mouth atau oleh sebagian kalangan dikenal sebagai buzzing. Banyak perusahaan yang ingin produknya menjadi topik pembicaraan di Twitter. Mereka berusaha mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan perilaku mengkonsumsi media dari konsumen.Dalam komunikasi buzzing individu yang melakukan aktivitas buzzing disebut dengan Buzzer. Buzzer dalam arti yang umum dijelaskan sebagai alat atau suatu benda yang menghasilkan suara yang bisisng sehingga menarik perhatian. Dalam dunia Twitter pengertian Buzzer tidak persis seperti penjelasan tersebut. Buzzer di Twitter adalah seseorang yang memiliki akun di media sosial Twitter yang memiliki pengaruh besar, pengikut (follower) fanatik, kicauan (tweet) sering dikucaukan ulang (retweet) oleh follower, memiliki jumlah follower yang banyak dan mampu berinteraksi dengan mereka. (“Tertarik Menjadi Buzzer di Twitter”, oleh Rahadian P. Paramita, ditulis pada 4 Februari 2012, dalam http://salingsilang.com/baca/tertarik-menjadi-Buzzer-di-Twitter).Twitter tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi antar penggunanya untuk memberi tahu aktivitas yang sedang mereka kerjakan, namun juga para pengguna mulai menggunakannya untuk aktivitas promosi (Majalah Digital Business, volume 02/2009 halaman 46). Brand Company menggunakan Twitter untuk aktivitas promosi. Melalui Buzzer, brand company menyampaikan tweet yang berkaitan dengan pesan promosi produk. Tweet dari Buzzer memiliki kecendurungan untuk disebarluaskan kembali oleh follower melalui fitur Reply dan Retweet sehingga pesan tweet berbayar memiliki potensi viral marketing sehingga banyak orang yang mengetahui dan membaca tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer.6Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter1.2 Permasalahan PenelitianFenomena tweet berbayar merupakan fenomena yang unik karena tidak terjadi di media sosial lain. Twitter memiliki media usage yang berbeda dengan media sosial lain dimana Twitter merupakan media sosial yang bersifat cepat, praktis, dan selalu up-to-date sehingga memunginkan pengguna untuk mendapatkan informasi terbaru. Selain itu, Twitter adalah media personal dimana Buzzer tidak hanya bisa menyampaikan tweet yang bersifat pribadi namun juga tweet tentang suatu produk yang dikemas secara personal dan sesuai dengan karakter dan gaya berbicara. Berangkat dari keunikan (uniqueness) fenomena tweet berbayar di media sosial Twitter, penelitian ini cukup signifikan untuk diteliti yakni memahami bagaimana pengalaman yang dialami oleh follower dalam menerima pesan tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer dalam media sosial Twitter untuk digunakan sebagai rekomendasi bagi brand company dalam memilih Buzzer dalam program kampanye produk sehingga tujuan komunikasi brand company terhadap follower tepat sasaran.1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman follower (komunikan) dalam menerima pesan tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer di media sosial Twitter sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi brand company dalam memilih dan menempatkan posisi Buzzer dalam kampanye produk agar tujuan komunikasi tepat sasaran.1.4 Signifikansi PenelitianPenelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian ilmu komunikasi khususnya dalam mengadopsi pemikiran teoritis Model Komunikasi Maletzke dalam konteks komunikasi buzzing di media sosial Twitter dimana akan dilihat sebagai Bangunan Teoritik baru dalam proses komunikasi buzzing sehingga dapat menjadi referensi bagi Brand company dan Advertising/Digital Agency dalam memahami pengalaman follower dalam memahami tweet berbayar.BAB IIKERANGKA TEORI2.1 Model Komunikasi MaletzkeDalam penelitian yang bertujuan memahami pemaknaan follower terhadap tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer dalam media sosial Twitter akan menggunakan model komunikasi Maletzke dimana pengalaman seseorang dalam memahami tweet berbayar tentu berbeda-beda. Terdapat banyak model komunikasi yang ada menjelaskan fenomena proses komunikasi. Model komunikasi Maletzke ini7Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitterdikemukakan oleh seorang peneliti dari Jerman, Maletzke (1963) yang menyampaikan perspektif dengan menggunakan skema “Schema des Feldes der Massenkommunikation”. Secara metodologis, model komunikasi ini merupakan proses yang kompleks dalam area sosial-psikologis dimana memiliki multi-eksplanasi. Maletzke membuat model berdasarkan elemen tradisional dasar yakni yang meliputi komunikator, pesan, medium, dan komunikan. Diantara medium dan komunikan terdapat dua komponen yakni tekanan (pressure/constraint) dari medium dan citra komunikan (receiver’s image) terhadap medium (McQuails dan Windahl, 1993: 46). Gambar 1.6 Model Komunikasi MaletzkeSumber: McQuails dan Windahl, 1993: 52Dari gambar diatas, Maletzke memperlihatkan secara menyeluruh mengenai komunikasi massa sebagai sebuah proses yang secara psikologis dan sosiologis dengan kompleks sifatnya. Mengandung elemen-elemen tradisional dimana kita menemukan tanda yakni C (Communicator), M (Message), Medium, dan R (Response). Dalam masing-masing bagian tersebut terdapat hal-hal yang mempengaruhi (McQuails dan Windahl, 1993: 52).8Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterBAB IIIMETODOLOGI3.1 Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara mendetail mengenai objek sehingga mendapatkan gambaran mengenai proses bagaimana follower selaku komunikan dalam model komunikasi Maletzke komunikasi memiliki image atau penilaian teorrsendiri terhadap Buzzer selaku komunikator3.2 Paradigma PenelitianPenelitian menggunakan paradigma interpretif menggunakan fenomenologi. Paradigma interpretif digunakan pada penelitian ini karena bertujuan untuk melihat fenomena dan menggali pengalaman follower dalam memahami tweet berbayar yang dilakukan oleh Buzzer di media sosial Twitter.3.3 Sifat PenelitianPenelitian yang dilakukan ini bersifat interpretif. Penelitian interpretif mencoba menafsirkan isi pesan yang muncul dalam wawancara sehingga dapat mengungkap pola tentang gejala secara rinci dan pada sejumlah informasi. Data-data yang dikumpulkan bukan berupa penyajian angka melainkan kata sebagai sebuah penggambaran. Sehingga, sajian berupa kutiapan dan data-data untuk memberikan gambaran tentang laporan penelitian. Secara harfiah, metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian.3.4 Informan dan Lokasi PenelitianPenelitian dilakukan dengan beberapa informan dari latar belakang yang berbeda. Informan yang diambil peneliti adalah follower Buzzer yang memiliki akun Twitter serta secara aktif berpartisipasi dalam Twitter minimal selama satu tahun terakhir, dengan jumlah follower minimal 200, dan rata-rata jumlah tweet perhari minimal 10 tweet.3.5 Metode Pengumpulan Dataa. Data Primer dalam penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pengguna Twitter yang merupakan follower dari Buzzer.b. Data sekunder riset ini adalah jurnal, artikel, internet, makalah, tulisan di blog, dan data pengguna internet.9Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitter3.6 Metode Analisis DataMetode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data fenomenologi Stevick-Colaizzi-Keen (dalam Kuswarno, 2009: 70) yakni membuat deskripsi lengkap peristiwa atau fenomena yang dialami langsung oleh narasumber, menelaah setiap pernyataan verbal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, mengelompokkan setiap unit makna ke dalam tema-tema tertentu kemudian membuat deskripsi tekstural dan deskripsi structural, menggabungkan deskripsi tekstural dan struktural untukk menentukan makna dan esensi dari fenomena, membuat penjelasan menyeluruh dari setiap makna dan esensi fenomena yang didapat.BAB IVPEMBAHASAN HASIL PENELITIANBerdasarkan temuan penelitian di lapangan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Brand Company menggunakan jasa Buzzer untuk menyampaikan tweet berbayar yang berisi pesan promosi produk perusahaan tersebut. Buzzer tidak hanya berasal dari kalangan selebritis atau orang terkenal namun juga orang biasa yang memiliki banyak follower. Follower tidak hanya melihat Buzzer melalui apa yang disampaikan namun juga beberapa faktor yang melekat pada diri Buzzer sehingga follower percaya terhadap apa yang disampaikan oleh Buzzer. Buzzer memiliki image, reputasi, jaringan pertemanan, jaringan buzzer, dan interest. Follower menilai bahwa Buzzer membangun image dengan baik melalui avatar dan Bio. Dengan menampilkan diri dengan menarik melalui avatar dan Bio membuat impresi Follower terhadap Buzzer baik. Reputasi merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana follower memahami Buzzer. Reputasi ini dibentuk oleh atribut personal yang terdiri dari karakter personal (sifat Buzzer dan karakter Buzzer) dan kompetensi professional (pekerjaan, keahlian dan prestasi). Karakter personal Buzzer dalam Twitter dipengaruhi oleh sifat diri dan lingkungan sosial dimana Buzzer berinteraksi. Sifat Buzzer seringkali dapat ditangkap oleh follower karena terlihat dalam menyampaikan pesan. Follower cenderung follow Buzzer yang memiliki interest di bidang yang sama. Alasan follower follow Buzzer adalah seringkali Buzzer tidak hanya menyampaikan tweet berbayar namun juga tweet yang berkaitan dengan keahlian dan pekerjaannya. Follower merasakan manfaat ketika Buzzer menyampaikan informasi yang bisa memperkaya pengetahuannya. Seringkali follower memberikan feedback yakni me-RT tweet Buzzer atau reply tweet Buzzer yang berisi informasi tambahan10Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial Twitteratau pandapat dirinya mengenai topic tertentu. Prestasi Buzzer merupakan suatu penguat bagi follower bahwa ternyata telah follow orang yang tepat. Seperti layaknya follower Buzzer juga berinteraksi dengan jaringan pertemanannya. Follower terpaksa sering mengikuti percakapan Buzzer dan teman-temannya karena sering munculo di Twitter.Buzzer tidak bekerja sendiri dalam menyampaikan tweet berbayar, terdapat Buzzer lain yang menyampaikan tweet berbayar mengenai produk yang sama. Hal tersebut diidentifikasi follower dari penggunaan hashtag yang sama dalam tweet berbayar. Buzzer saling bekerjasama untuk meramaikan tweet berbayar di Twitter. Hal tersebut berhasil membuat follower penasaran dan lalu merasa ingin tahu terhadap apa diperbincangkan sehingga membuat follower kepo dan mencari informasi terkait.Dalam proses komunikasi dimana Buzzer menyampaikan tweet berbayar, Buzzer mengalami tekanan dari sisi pesan dan medium. Dari segi pesan Buzzer dituntut untuk membuat tweet berbayar yang menarik agar mencuri perhatian follower. Tidak hanya itu bahasa maupun penggunaan kata yang disampaikan Buzzer dalam tweet berbayar tidak lagi bisa seenaknya seperti menyampaikan tweet pribadi. Dari segi medium, Twitter memiliki karakteristik yang khas yang bisa menjadi kelebihan maupun kekurangan. Twitter hanya memiliki 140 karakter sehingga tekanan dari medium muncul ketika Buzzer harus menyampaikan pesan yang singat, jelas, padat sehingga tidak menimbulkan twit-longer. Twit-longer merupakan hal yang dihindari oleh Buzzer dimana follower akan malas membaca pesan yang terpotong dan harus membuka sebuah tautan link. Follower juga melakukan pengawasan terhadap pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer, apabila berisi konten yang tidak etis maka follower langsung memberikan feedback (RT/Reply).Adanya fenomena tweet berbayar membuat brand company untuk menyusun strategi komunikasi melalui Buzzer. Penerimaan pesan yang dilakukan oleh follower akan menjadi aspek pertimbangan brand company dalam menyusun pesan dan memiliki Buzzer sehingga kampanye produk yang dilakukan berhasil.11Memahami Pengalaman Follower dalam Menerima Pesan Tweet Berbayar yangDisampaikan oleh Buzzer di Media Sosial TwitterBAB VPENUTUPKesimpulanBerdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka Model Komunikasi Maletzke masih relevan untuk diadopsi sehingga bisa menjelaskan bagaimana memahami follower dalam menerima pesan tweet berbayar yang disampaikan oleh Buzzer. Model Komunikasi Maletzke merupakan model komunikasi lama yang masih mampu relevan dengan era sekarang dimana asumsinya adalah orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan akan informasi. Social media Twitter justru malah semakin mempermudah siapapun untuk menyampaikan pesan promosi.DAFTAR PUSTAKABoone, L.E., & Kurtz. D.L. (1999). Contemporary Marketing. Florida:Harcourt Brace and CompanyDenzin, Norman K. & Yvonne S. Lincoln. (2005). The Sage Handbook of QualitativeHawkins, Delbert. (2007). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. New York: McGraw-HillKartajaya, Hermawan. (1996). Marketing Plus 3: Serial Marketing Populer. Jakarta: Sinar harapanKartajaya, Hermawan. (2002). Marketing in Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaKotler, Philip. (2000). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control. New Jersey: Prentice HallKotler, Philip. (1971). Marketing Decision Making, A Model, Building Approach . New York: Richart and Winston, IncLincoln, Yvonna S dan Egon G. Guba. (1989). Naturalistic Inquiry: 1stMc Quails, Daniel and Sven Windahl. (1993). Communication Models. New York: Longman Publishing
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.