slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
ANALISIS RANTAI PASOK PADA PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS: RSU PURI ASIH SALATIGA) | Permatasari | Industrial Engineering Online Journal skip to main content

ANALISIS RANTAI PASOK PADA PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS: RSU PURI ASIH SALATIGA)

*Eldinda Sazida Permatasari  -  Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP, Indonesia
Hery Suliantoro  -  Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP, Indonesia
Naniek Utami Handayani  -  Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP, Indonesia

Citation Format:
Abstract

The price of drugs in Indonesia is still relatively expensive in both the government and private sectors. A survey conducted in 2004 showed that the price of patented drugs in Indonesia is 22 to 26 times higher than the International Reference Price (IRP). As for generic drugs, though cheaper than patented drugs, still, the price is still nine times higher than the IRP. To overcome these problems, the government facilitated the procurement of generic drugs by using the e-catalogue. But not all hospitals can purchases drugs through the the e-catalogue, some still using the conventional methods to supply the needs of medicine where the prices is more expensive than the prices of the e-catalogue. The case studies carried out in RSU Puri Asih Salatiga, and selection of items examined using Kraljic Portfolio Matrix. After doing research, the selected item that is on strategic items is Omeprazole. The price difference is due to different contract system, in the conventional way, the contract made between the Hospital and the PBF, while the e-catalogue way, contracts made directly to the pharmaceutical factory through the facilities of LKPP. In the future, the conventional way must be abandoned, because through the e-catalogue, procurement is more efficient, thereby reducing time and costs.

 

ABSTRAK

Harga obat di Indonesia masih tergolong mahal baik di sektor pemerintah maupun swasta. Survey yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukan bahwa obat paten di Indonesia harganya 22 sampai 26 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan International Reference Price (IRP). Sedangkan untuk obat generik, walaupun harganya lebih murah daripada obat paten, tetap saja harganya masih sembilan kali lipat dibandingkan IRP. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, saat ini pemerintah memfasilitasi pengadaan obat generik dengan menggunakan sistem e-catalogue. Tetapi tidak semua rumah sakit dapat melakukan pembelian obat melalui fasilitas e-catalogue, beberapa rumah sakit masih menggunakan cara konvensional untuk pengadaan kebutuhan obat dimana harga beli dengan cara konvensional lebih mahal dibandingkan harga e-catalogue. Studi kasus dilakukan di RS Puri Asih Salatiga, dan pemilihan item diteliti menggunakan Kraljic Portofolio Matrix. Setelah dilakukan penelitian, item yang terpilih adalah item yang berada pada strategic item yaitu Omeprazole. Terjadinya perbedaan harga tersebut dikarenakan sistem kontrak yang berbeda, pada cara konvensional kontrak dilakukan antara Rumah Sakit dan PBF, sedangkan cara e-catalogue, kontrak dilakukan secara langsung kepada pabrik farmasi melalui fasilitas dari LKPP. Kedapannya cara konvensional harus ditinggalkan, karena melalui e-catalogue pengadaan semakin efisien sehingga mengurangi waktu dan biaya.

Fulltext View|Download
Keywords: Supply Chain; Kraljic Portofolio Matrix; E-Catalogue; Drug Price

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.