skip to main content

Biografi Seniman Pahat Batu Dulkamid Djayaprana 1960-2013

*Umirin Maulidhiah  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia
Dhanang Respati Puguh  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Artikel ini membahas tentang biografi Dulkamid Djayaprana, seorang seniman pahat batu dengan berfokus pada kedudukan dan peranannya dalam seni pahat batu. Artikel disusun dengan menggunakan metode sejarah. Adapun sumber-sumber yang digunakan berupa sejarah lisan, artikel, dan arsip-arsip milik Dulkamid serta beberapa instansi terkait.  Dulkamid tumbuh dengan melihat dan mempelajari seni pahat batu dari ayah dan lingkungannya. Pada 1960 Dulkamid mendirikan Sanggar Sanjaya sebagai wadah untuk menampung dan memamerkan hasil-hasil pahatannya dan menjadi tempat pembelajaran seni pahat batu bagi pihak-pihak yang berminat. Masyarakat setempat datang dan mempelajari seni pahat batu dari Dulkamid setelah pendirian sanggar. Hasil penelitian menunjukkan banyak perubahan terjadi setelah Dulkamid mengajarkan seni pahat batu kepada masyarakat setempat; mulai dari kebangkitan kembali seni pahat batu, kemunculan motif-motif dan bentuk-bentuk baru dalam seni pahat batu, pergeseran mata pencaharian masyarakat dari bertani menjadi pemahat, hingga pergeseran seni pahat batu dari seni tradisi menjadi kitsch.

 

Kata kunci: Biografi; Dulkamid Djayaprana; Pahat Batu

Fulltext View|Download
  1. -. (2021, Februari 19). Cara menghargai jasa pahlawan dan meneladani sikapnya. Diakses dari Kompas: https:// www.kompas.com/skola/read/2021/02/19/152304469/cara-menghargai-jasa-pahla wan-dan-meneladani-sikapnya
  2. BPNB (2019). Rekaman wawancara dengan Doelkamid Djayaprana. Yogyakarta, D. I. Yogyakarta, Yogyakarta
  3. D. I. Yogyakarta, BPNB. (2019). Sang maestro pahat batu Doelkamid Djayaprana
  4. Gottschalk, L. (1975). Mengerti sejarah. (N. Notosusanto, Trans.) Jakarta: UI Press
  5. Holt, C. (2000). Melacak jejak perkembangan seni di Indonesia. (R. M. Soedarsono, Trans.) Bandung: Art Line
  6. Istanto, R., & dkk. (2019). Socialization of stone craft in Muntilan on the empowerment process. Catharsis: Journal of Arts Education, 249-257
  7. Kristiutami, Y. P. (2014). Kawasan produksi seni pahat batu sebagai daerah tujuan wisata di Kabupaten Magelang. Jurnal Pariwisata Akademi Pariwisata BSI Bandung, 64-71
  8. Renadi. (1970, Februari 14). Pemahat patung batu di pinggir Muntilan. Majalah Djaya, p. 241
  9. Riza Istanto, T. (2019). Religious tolerance through stone sculpture production: The case of Indonesian sculptors. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 179-197
  10. Soekmono, R. (1973). Pengantar kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
  11. Sulistio, J. (2004). Pusat kerajinan pahat batu di Muntilan. Yogyakarta: Skripsi pada Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
  12. Sumiwi, M. E. (1992). Perkembangan seni pahat batu dan pengaruhnya terhadap sasyarakat Dukuh Prumpung (Sidoharjo) Desa Tamanagung Kecamtan Muntilan 1955-1980. Semarang: Skripsi pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro
  13. Wasino. (2007). Dari riset hingga tulisan sejarah. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
  14. Yuniarso, A. (2013, September). Pematung ulung dari Prumpung. Kabare Magazine, pp. 10-20

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.