skip to main content

Pemikiran Arief Budiman tentang Kesusastraan, 1966-1985: dari Metode Ganzheit hingga Polemik Sastra Kontekstual

*Farid Fardon Tayeb  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Rabith Jihan Amaruli  -  Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Citation Format:
Abstract

This study discusses Arief Budiman’s thoughts on literature, 1966-1985, from the Ganzheit Method to the contextual literature polemic which mainly focused on the spread of Arief's thoughts and why his thoughts are not as popular as other Indonesian intellectuals. This research was conducted using four stages of the historical methods, namely data collection, critics, interpretation, and historical writing. In term of culture, particularly Literature, Arief refused to transmit the culture of ‘ganyang-mengganyang’ and ‘politik adalah panglima’ as in Demokrasi Terpimpin era. In Literary Criticism, Arief presents the Ganzheit Method, a comprehensive method that was used before the universal analytical method. Even though he only discussed art for art’s sake with Manifesto Kebudayaan, in 1971, Arief stated that artists were able to solve society's problems through their works. When the Universal Literature reached its edge, Arief broke the establishment of a single universal literary standard through Contextual Literature. According to Arief, all literary works must be contextual, bound by time and space, not merely talked about the aesthetics.

Fulltext View|Download
  1. Leo Suryadinata, Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary (Singapore: Mainland Press Pte Ltd, 2012), hlm 43
  2. “Kata Perkenalan”, Horison, 1 Juli 1966
  3. Ariel Heryanto, Perdebatan Sastra Kontekstual (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 4-12
  4. Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), hlm. 32
  5. John Maxwell, Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2005) hlm 22-26
  6. Dodi Hidayat & Nurdin Kalim, “Tukang Protes Dari Sawah Besar”, Tempo, 29 Juli 2012. Hlm 67
  7. Hidayat & Kalim, Tukang Protes, hlm. 67
  8. Arief Budiman, “In Memoriam: P.K. Ojong”, Kompas, 9 Juli 1980
  9. “Dewan Redaksi”, Horison, No. I, Juli 1966, hlm 3
  10. lihat: Kompas, Pengurus Harian Dewan Kesenian DCI Djaya, 5 Juni 1968; Arief Budiman, Pengalaman Belajar di Amerika Serikat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 17-18
  11. Budiman, Pengalaman Belajar, hlm. 50-51
  12. Arief Budiman, “Fernando Henrique Cardoso: Akademikus yang Jadi Presiden”, Kompas, 7 Januari 1995
  13. Budiman, Pengalaman Belajar, hlm. 55-57
  14. Rekaman audio visual “Ceramah Goenawan Mohamad tentang Sastra, politik, manikebu”. (Teater Utan Kayu, 16 Juni 2016). https://youtu.be/SG57odI4-AR8 diakses pada 21 November 2017
  15. Arief Budiman, “Tjatatan Harian Manikebuis”, Horison, Mei 1967, hlm. 153
  16. Hidayat & Kalim, Tukang Protes, hlm. 67
  17. Arief Budiman, Kebebasan, Negara, Pembangunan. Kumpulan Tulisan 1965-2005 (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), hlm. 172-175
  18. Lukman Ali (ed), Tentang Kritik Sastra: sebuah Diskusi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1978). hlm. 94
  19. Arief Budiman, “Metode Ganzheit Dalam Kritik Seni”, Horison, No. 4, April 1968
  20. Arief Budiman, “Karya Sastra yang Diciptakan untuk Orang yang Ada di dalam Sejarah (Sebuah Konsep Ceramah yang Masih Acak-Acakan)”, dalam Ariel heryanto, Perdebatan Sastra Kontekstual (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 379-380
  21. Arief Budiman, “Sastra Yang Berpublik”, dalam Ariel Heryanto, Perdebatan Sastra Kontekstual (Jakarta: CV. Rajawali, 1985) hlm. 79-80
  22. Budiman, “Sastra Yang Berpublik”, hlm. 80-81
  23. Arief Budiman, “Sastra Kita Yang Kebarat-baratan”, dalam Heryanto, Perdebatan Sastra Kontekstual, hlm. 105
  24. Hendrik Berybe, “Tentang Sebuah Sastra Kiri”, Kompas, 30 Januari 1985
  25. Arief Budiman, “Sastra Kontekstual – Sebuah Penjelasan”, Kompas, 10 Februari 1985
  26. Suyito Basuki, “Sastra Mereka Bukan Satu-Satunya Sastra Yang Benar”, dalam Ariel Heryanto, Perdebatan Sastra Kontekstual (Jakarta: CV. Rajawali, 1985) hlm. 323-331
  27. Keith Foulcher, “Sastra Kontekstual: Perkembangan Mutakhir Dalam Politik Sastra Indonesia (bag II-Habis)”, Horison No. 10, Oktober 1986
  28. Ariel Heryanto, “Sastra “Dan” Politik* (sebuah upaya memahami persoalan kesusastraan mutakhir di Indonesia)” dalam Heryanto, Perdebatan, hlm. 63-66

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.

slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor