Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip27176, author = {Rintyas Irawan and Arief Nugraha and Hana Firdaus}, title = {ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PADA PERMUKIMAN MENGGUNAKAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) (STUDI KASUS : KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {9}, number = {2}, year = {2020}, keywords = {Assestment Slum Level, Classification of Slum, GWR, Surakarta City}, abstract = { ABSTRAK Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang sedang mengalami perkembangan yang pesat dari berbagai aspek. Aktivitas perekonomian yang meningkat akan menyebabkan peningkatan arus urbanisasi Kota yang berakibat pertambahan penduduk. Meningkatnya penduduk kota menyebabkan permukiman yang semakin padat, eksploitasi sumber daya lingkungan dan kualitas permukiman yang semakin menurun sehingga menyebabkan terbentuknya permukiman kumuh. Menurut Surat Keputusan Walikota Surakarta 413.21/38.3/1/2016, Kota Surakarta memiliki 28 kawasan permukiman kumuh dengan luas total permukiman kumuh Kota Surakarata 359,55 Ha yang tersebar pada 51 Kelurahan di Kota Surakarta. Klasifikasi permukiman kumuh Kota Surakarta dapat dilakukan dengan metode scoring dengan 16 parameter permukiman kumuh yaitu Ketersesuaian terhadap tata ruang (X1), Kepadatan bangunan (X2), Kondisi bangunan temporer (X3), Ketidakteraturan bangunan (X4), Kepadatan Penduduk (X5), Cakupan pelayanan jalan lingkungan (X6), Kualitas permukaan jalan (X7), Ketikamampuan mengalirkan limpasan air (X8). Ketersediaan saluran drainase (X9), Kualitas saluran drainase (X10), Ketersediaan akses aman air minum (X11), Tidak terpenuhinya kebutuhan minimal air minum layak (X12), Sistem pengelolaan air limbah (X13), Sarana prasarana pengelolaan air limbah (X14), Sarana prasarana persampahan (X15) dan Sistem pengelolaan persampahan (X16). Permukiman kumuh Kota Surakarta dapat di modelkan menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR). Metode GWR menggunakan pembobotan spasial untuk menghilangkan efek heterogenitas spasial dalam analisis data geostatistik. Penelitian ini memodelkan hubungan antara permukiman kumuh Kota Surakarta sebagai variabel terikatnya dengan 16 parameter permukiman kumuh sebagai variabel bebasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permukiman kumuh pada setiap Kelurahan di Kota Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi tidak kumuh dan kumuh ringan. Kumuh ringan terdapat pada 13 Kelurahan yaitu Kelurana Kestalan, Manahan, Nusukan, Gandekan, Kepatihan Kulon, Sewu, Kerten, Baluwarti, Joyotakan, Kemlayan, Kratonan, Serengan dan Tipes. Model GWR dalam pemodelan terhadap terjadinya permukiman kumuh dapat digunakan, dimana model ini memiliki nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,970543 serta nilai RSS lebih rendah sebesar 22,180616 dari model global regresi. Parameter yang paling berpengaruh signifikan terhadap terjadinya permukiman kumuh adalah cakupan pelayanan jalan lingkungan (X6) dimana variabel ini selalu muncul di 26 Kelurahan dan sistem pengelolaan persampahan (X16) yang paling kurang berpengaruh dimana hanya muncul pada 4 Kelurahan saat melakukan uji parsial model dengan nilai |t hitung | ≥ t 0,025; 34 = 2,0324. Kata kunci : GWR, Klasifikasi Tingkat Kekumuhan, Kota Surakarta, Penilaian Kumuh ABSTRACT Surakarta City is one of the cities in Central Java Province that is experiencing rapid development from various aspects. Increased economic activity will cause an increase in the urbanization flow of the City resulting in population growth. An increase in urban population will lead to increasingly dense settlements, exploitation of environmental resources and a declining quality of settlements, leading to the formation of slums. According to the Decree of the Mayor of Surakarta 413.21 / 38.3 / 1/2016, Surakarta City has 28 slum areas with a total area of 359.55 hectares of Surakarata slum areas spread over 51 kelurahans in the city of Surakarta. The classification of Surakarta City slums can be done using the scoring method using 16 parameters of slum areas, namely Suitability to spatial (X1), Building density (X2), Temporary building conditions (X3), Building irregularity (X4), Population Density (X5), Coverage of environmental road services (X6), road surface quality (X7), ability to drain water runoff (X8). Availability of drainage channels (X9), Quality of drainage channels (X10), Availability of safe access to drinking water (X11), Non-fulfillment of minimum requirements for proper drinking water (X12), Wastewater management system (X13), Wastewater management infrastructure (X14) , Solid waste infrastructure (X15) and Solid waste management system (X16). Surakarta City slums can be modeled using Geographically Weighted Regression (GWR). The GWR method uses spatial weighting to eliminate the effects of spatial heterogeneity in the analysis of geostatistical data. This study models the relationship between Surakarta City slums as the dependent variable with 16 slum parameters as the independent variable. The results of this study indicate that slums in each Kelurahan in Surakarta City can be classified as not slum and mild slum. Mild slums are found in 13 Subdistrict, namely Kestalan, Manahan, Nusukan, Gandekan, Kepatihan Kulon, Sewu, Kerten, Baluwarti, Joyotakan, Kemlayan, Kratonan, Serengan and Tipes. The GWR model in modeling the occurrence of slums can be used, where this model has a coefficient of determination (R2 = 0.970543) and a lower RSS (22.180616) than the global model. The parameters that have the most significant influence on the occurrence of slums are the coverage of environmental road services (X6) where this variable always appears in 26 Subdistrict and the waste management system (X16 where its just appears in 4 Subdistrict when conducting partial test models with the value | t count | ≥ t0,025; 34 = 2,0324 . Keywords : Assestment Slum Level, Classification of Slum, GWR, Surakarta C ity }, issn = {2809-9672}, pages = {145--154} doi = {10.14710/jgundip.2020.27176}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/27176} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang sedang mengalami perkembangan yang pesat dari berbagai aspek. Aktivitas perekonomian yang meningkat akan menyebabkan peningkatan arus urbanisasi Kota yang berakibat pertambahan penduduk. Meningkatnya penduduk kota menyebabkan permukiman yang semakin padat, eksploitasi sumber daya lingkungan dan kualitas permukiman yang semakin menurun sehingga menyebabkan terbentuknya permukiman kumuh. Menurut Surat Keputusan Walikota Surakarta 413.21/38.3/1/2016, Kota Surakarta memiliki 28 kawasan permukiman kumuh dengan luas total permukiman kumuh Kota Surakarata 359,55 Ha yang tersebar pada 51 Kelurahan di Kota Surakarta. Klasifikasi permukiman kumuh Kota Surakarta dapat dilakukan dengan metode scoring dengan 16 parameter permukiman kumuh yaitu Ketersesuaian terhadap tata ruang (X1), Kepadatan bangunan (X2), Kondisi bangunan temporer (X3), Ketidakteraturan bangunan (X4), Kepadatan Penduduk (X5), Cakupan pelayanan jalan lingkungan (X6), Kualitas permukaan jalan (X7), Ketikamampuan mengalirkan limpasan air (X8). Ketersediaan saluran drainase (X9), Kualitas saluran drainase (X10), Ketersediaan akses aman air minum (X11), Tidak terpenuhinya kebutuhan minimal air minum layak (X12), Sistem pengelolaan air limbah (X13), Sarana prasarana pengelolaan air limbah (X14), Sarana prasarana persampahan (X15) dan Sistem pengelolaan persampahan (X16). Permukiman kumuh Kota Surakarta dapat di modelkan menggunakan Geographically Weighted Regression (GWR). Metode GWR menggunakan pembobotan spasial untuk menghilangkan efek heterogenitas spasial dalam analisis data geostatistik. Penelitian ini memodelkan hubungan antara permukiman kumuh Kota Surakarta sebagai variabel terikatnya dengan 16 parameter permukiman kumuh sebagai variabel bebasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permukiman kumuh pada setiap Kelurahan di Kota Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi tidak kumuh dan kumuh ringan. Kumuh ringan terdapat pada 13 Kelurahan yaitu Kelurana Kestalan, Manahan, Nusukan, Gandekan, Kepatihan Kulon, Sewu, Kerten, Baluwarti, Joyotakan, Kemlayan, Kratonan, Serengan dan Tipes. Model GWR dalam pemodelan terhadap terjadinya permukiman kumuh dapat digunakan, dimana model ini memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,970543 serta nilai RSS lebih rendah sebesar 22,180616 dari model global regresi. Parameter yang paling berpengaruh signifikan terhadap terjadinya permukiman kumuh adalah cakupan pelayanan jalan lingkungan (X6) dimana variabel ini selalu muncul di 26 Kelurahan dan sistem pengelolaan persampahan (X16) yang paling kurang berpengaruh dimana hanya muncul pada 4 Kelurahan saat melakukan uji parsial model dengan nilai |thitung| ≥ t0,025;34 = 2,0324.
Kata kunci : GWR, Klasifikasi Tingkat Kekumuhan, Kota Surakarta, Penilaian Kumuh
ABSTRACT
Surakarta City is one of the cities in Central Java Province that is experiencing rapid development from various aspects. Increased economic activity will cause an increase in the urbanization flow of the City resulting in population growth. An increase in urban population will lead to increasingly dense settlements, exploitation of environmental resources and a declining quality of settlements, leading to the formation of slums. According to the Decree of the Mayor of Surakarta 413.21 / 38.3 / 1/2016, Surakarta City has 28 slum areas with a total area of 359.55 hectares of Surakarata slum areas spread over 51 kelurahans in the city of Surakarta. The classification of Surakarta City slums can be done using the scoring method using 16 parameters of slum areas, namely Suitability to spatial (X1), Building density (X2), Temporary building conditions (X3), Building irregularity (X4), Population Density (X5), Coverage of environmental road services (X6), road surface quality (X7), ability to drain water runoff (X8). Availability of drainage channels (X9), Quality of drainage channels (X10), Availability of safe access to drinking water (X11), Non-fulfillment of minimum requirements for proper drinking water (X12), Wastewater management system (X13), Wastewater management infrastructure (X14) , Solid waste infrastructure (X15) and Solid waste management system (X16). Surakarta City slums can be modeled using Geographically Weighted Regression (GWR). The GWR method uses spatial weighting to eliminate the effects of spatial heterogeneity in the analysis of geostatistical data. This study models the relationship between Surakarta City slums as the dependent variable with 16 slum parameters as the independent variable. The results of this study indicate that slums in each Kelurahan in Surakarta City can be classified as not slum and mild slum. Mild slums are found in 13 Subdistrict, namely Kestalan, Manahan, Nusukan, Gandekan, Kepatihan Kulon, Sewu, Kerten, Baluwarti, Joyotakan, Kemlayan, Kratonan, Serengan and Tipes. The GWR model in modeling the occurrence of slums can be used, where this model has a coefficient of determination (R2 = 0.970543) and a lower RSS (22.180616) than the global model. The parameters that have the most significant influence on the occurrence of slums are the coverage of environmental road services (X6) where this variable always appears in 26 Subdistrict and the waste management system (X16 where its just appears in 4 Subdistrict when conducting partial test models with the value | t count | ≥ t0,025; 34 = 2,0324.
Keywords : Assestment Slum Level, Classification of Slum, GWR, Surakarta City
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro