skip to main content

HUBUNGAN ANTARA PEMAAFAN DIRI DENGAN REGULASI EMOSI PADA ANAK DIDIK LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS I KUTOARJO DAN KELAS II YOGYAKARTA

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 21 Jan 2020; Published: 21 Jan 2020.

Citation Format:
Abstract

Regulasi emosi adalah kemampuan individu dalam mengatur dan mengubah reaksi emosi dengan menggunakan kesadaran untuk mencapai tujuan.Pemaafan diri juga diperlukan untuk membantu individu mengatasi rasa bersalah yang muncul atas kesalahan yang diperbuat.Individu yang dapat melakukan pemaafan diri dapat terhindar dari kecemasan dan depresi sehingga memiliki regulasi emosi yang baik.Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara pemaafan diri dengan regulasi emosi pada anak didik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Kutoarjo dan Kelas II Yogyakarta.Penelitian ini menggunakan studi populasi yang melibatkan subjek sebanyak 31 anak didik,pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala pemaafan diri (20 aitem, α= 0,878) dan skala regulasi emosi (18 aitem, α= 0,831). Hasil regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara pemaafan diri dengan regulasi emosi (rxy = 0, 455, p= 0,005). Artinya semakin baik pemaafan diri maka semakin baik pula regulasi emosi.Koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,207 yang artinya pemaafan diri memprediksi sebanyak 20,7% terhadap regulasi emosi pada anak didik.

Fulltext View|Download
Keywords: pemaafan diri, regulasi emosi, anak didik

Article Metrics:

  1. Anggraini, E. (2015). Strategi regulasi emosi dan perilaku koping religius narapidana wanita dalam masa pembinaan.Jurnal Tasawuf dan Psikoterapi, 7 (3).66-72
  2. Arikunto, S. (2013).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
  3. Azwar, S. (2013).Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka pelajar
  4. Agripinata, D. (2013). Pengaruh pelatihan keterampilan regulasi emosi pada peningkatan optimisme masa depan. Jurnal Empati, 2 (3).84-91
  5. Dewi, S.S., Tobing, H.D. (2014). Kebermaknaan hidup pada anak pidana di Bali.Jurnal Psikologi Udayana. 1, 322-334
  6. Evans, C., Ehlers, A., Mezey, G., Clark, D.(2005). Intrusive memories in perpetrators of violent crime: Emotions and cognitions. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1, 134-144
  7. Hilman, D.P., Indrawati, E.S. (2014). Pengalaman menjadi narapidana remaja di lapas klas I Semarang.Jurnal Empati, 7, 189-203
  8. Hall, J. H., & Fincham, F. D. (2005). Self-forgiveness: The stepchild of forgiveness research. Journalof Social andClinical Psychology, 24(5), 621–637
  9. Hairina, Y., Komalasari, S. (2014). Kondisi psikologis narapidana narkotika di lembaga permasyarakatan narkotika klas II Karang Intan, Martapura, Kalimantan Selatan.Studia Insania, 5, 94-104
  10. Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan psikologis narapidana remaja di lembaga pemasyarakatan kutoarjo.Jurnal Empati, 7. 33-48
  11. Kartono, K. (2014). Patologi sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  12. Komariah, K.N. (2015). Pengaruh gaya hidup terhadap meningkatnya perilaku melanggar norma dimasyarakat. Diunduh dari Repository.upi.edu
  13. Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.Diakses pada www.ditjenpp.kemenkumham.go.id pada tanggal 23 Agustus 2019
  14. KPAI.(2017).Tabulasi data perlindungan anak.Diakses pada Bankdata.kpai.go.id:http//bankdata.go.id/tabulasi-data-perlindungan-anak
  15. Kusumaningtyas., dan Avinda, Rizki. (2015). Hubungan antara kepribadian hardiness dengan kemampuan regulasi emosi perawat rumah sakit swasta di kota Bandung. ThesisFakultas Psikologi.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
  16. Griffin, J. B. (2016). Development of two factors self-forgiveness scale.Virginia Commonwealth University
  17. Gross, J. J. (2007). Handbook of emotion regulation. USA: The Guildford Press
  18. Gross, T. J. (2014). Handbook of emotion regulation. New York: The Guilford Press
  19. Mantiri, V. V. (2014). Perilaku menyimpang dikalangan remaja di kelurahan Ponding, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan. Journal Psikologi Udayana, 3 (3).330-344
  20. Muawanah,L., Praktiko, H. (2012). Kematangan emosi, konsep diri, dan kenakalan remaja.Jurnal Psikologi, 7 (1), 490-500
  21. Muhammad, A. Seks bebas hancurkan generasi bangsa.Diakses pada http://republika.co.id.berita. Pada 20 september 2019
  22. Mukhlis, A. (2011). Pengaruh terapi membatik terhadap depresi pada narapidana.Jurnal Psikologi Islam, 8, 99-116. Neuman, W.L. (2011)Social research methods qualitative and quantitative approaches.7th Edition.Boston:Pearson
  23. Nurindah, F. (2017).Jalan keluar bersama pemaafan diri.Diakses pada http:/bulletin.k-pin.org. Pada 20 September 2019
  24. Purnamaningsih, E. H. (2012). Kepribadian big-five dengan strategi regulasi emosi pada ibu dengan anak ADHD.Humanitas, 7 (2).124-137
  25. Rangganadhan, A. R., &Todorov, N. (2010). Personality and self- forgiveness: The roles of shame, guilt, empathy, and conciliatory behavior. Journal of social and clinical psychology. 29 (1), 1-22. Roberton, T., Daffern, M. & Bucks, R. S. (2012).Emotion regulation and aggression. Aggression And Violent Behavior, 17, 72-82. https://doi.org/10.1016/j.avb.2011.09.006. Rochamawati, D. H. (2014).Hubungan antara konsep diri dengan kemampuan memaknai hidup pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.Jurnal Keperawatan Soedirman, 9 (2), 322-338
  26. Santrock , J. (2007). Adolescence. NewYork: The McGraw-Hill
  27. Santrock, J. W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa hidup edisi 13 jilid I.(Penerjemah: Widyasinta, B). Jakarta: Erlangga
  28. Santrock, J.W. (2011). Perkembangan anak edisi 7 jilid 2.(Penerjemah: Sarah Genis B).Jakarta: Erlangga
  29. Sholichatun, Y. (2011). Stres dan strategi koping pada anak didik di Lembaga Pemasyarakatan Anak.Jurnal Psikologi UIN Malang, 8(1), 23-42
  30. Silaen, A. C., Dewi, K. S. 2015. Hubungan antara regulasi emosi dengan asertivitas: Studi korelasi pada siswa di SMA Negeri 9 Semarang. Empati. 4, 175-181
  31. Siegel, L. J., & Welsh, B. C. (2011).Juvenile delinquency: The core (4th.ed). Belmont, CA:Wadsworth Publishing Co Inc
  32. Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011).Positive Psychology: The scientific and practical explorations of human strength.New York: Sage Publications
  33. Su’ud, S. (2011). Remaja dan perilaku menyimpang (studi kasus pada Masyarakat Boepinang, Bombana. SELAMI IPS 1 (3) 44-60
  34. Sugiyono.(2014). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kulaitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta
  35. Suryabrata, S. (2014).Metodologi penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  36. Terzino, K.A. (2010). Self-forgiveness for interpersonal and intrapersonal transgressions.Graduate theses and dissertations.Iowa state university digital repository
  37. Thompson, L.Y. dkk (2005).Dispositional forgiveness of self, others, and situations.Journal of Personality, 73(2), 313-359
  38. Utami, R., & Asih, M. (2016).Konsep diri dan rasa bersalah pada anak didik lembaga pemasyarakatan anak kelas IIA Kutoarjo.Jurnal Psikologi Universitas Semarang, 1(1), 84-91
  39. Wicaksono, B. S. (2018). 5 Fase perubahan psikologis saat remaja berubah jadi dewasa.Diakses pada.Sainskompas.com pukul 21.29 WIB, 18 februari 2019
  40. Widuri, E. L. (2012). Regulasi emosi dan resiliensi pada mahasiswa tahun pertama.Humanitas, 9,147-156
  41. Wuryati., Astuti, T.M.P., &Rachman, M. (2012). Fenomena perilaku menyimpang remaja di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.Journal of educational social studies,1. (7). 45-62
  42. Williams, E.C. (2015). Self compassion and self forgiveness as mediated by rumination, shame proneness, experiental avoidance: implications for mental and physical health.Electronic state university
  43. Worthington, E. L. (2005). Handbook of Forgiveness. New York: Sage Publication
  44. Yulianto.,& Ernis, Y. (2016). Lembaga pembinaan khusus anak dalam perspektif sistem peradilan pidana anak. Jakarta: Percetakan pohon cahaya diakses di Sipkumham.balitbangham.go.id pada 14 Maret 2019 pukul 10.57
  45. Yusuf, M.P., &Kristiana, F.I. (2017).Hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku prososial pada siswa sekolah menengah atas.Empati, 7, 98-104
  46. Wenzel, Woodyatt, & Hedrick, K. (2012). No genuine self-forgiveness without accepting responsbility: Value reaffirmation as a key to maintaining positive selfregard. European Journal of Social Psychology. 42, 617-627
  47. Wohl, M. J. A., DeShea, L., & Wahkinney, R. L. (2008).Looking within: Measuring state self forgiveness and its relationship to psychological well-being. Canadian Journal of Behavioural Science, 40(1), 1-10
  48. Pierro, A., Pica, G., Giannini, A. M., Higgins, E. T., dan Kruglanski, A. W. (2018). "Letting myself go forward past wrongs": How regulatory modes affect self-forgiveness

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.