BibTex Citation Data :
@article{dmj21465, author = {Dedes Swarinastiti and Galuh Hardaningsih and Rina Pratiwi}, title = {DOMINASI ASUPAN PROTEIN NABATI SEBAGAI FAKTOR RISIKO STUNTING ANAK USIA 2-4 TAHUN}, journal = {Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal)}, volume = {7}, number = {2}, year = {2018}, keywords = {stunting, dominasi nabati, protein nabati}, abstract = { Latar Belakang: Stunting telah menjadi prioritas masalah kesehatan global akibat morbiditas dan mortalitas yang besar. Indonesia termasuk negara dengan prevalensi kejadian stunting yang tinggi sekitar 37,2 % berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Defisiensi protein berperan menyebabkan stunting . Dominasi asupan protein nabati dapat menjadi salah satu faktor risiko kejadian stunting akibat kandungan asam amino esensialnya yang tidak lengkap. Tujuan: Menganalisis dominasi asupan protein nabati sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun. Metode: Rancangan penelitian bersifat analitik observasional dengan desain kasus-kontrol, dilakukan di Semarang periode Mei-Agustus 2017 dengan subyek penelitian adalah anak usia 2-4 tahun. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher’s Exact, sedangkan uji multivariat dengan uji Regresi Logistik. Hasil: Responden 114 anak, yang terbagi menjadi 2 kelompok kasus dengan 57 anak stunting dan kelompok kontrol dengan 57 anak berperawakan normal. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan untuk asupan jenis protein nabati kedelai (p=0,047; OR = 4,49) dan tingkat pendapatan keluarga (p=0,032; OR = 2,35) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4. Hubungan tidak signifikan ditemukan pada kejadian stunting dengan faktor lain seperti : dominasi asupan protein nabati, tingkat pendidikan ibu, riwayat pemberian ASI, serta faktor demografi. Hasil uji multivariat didapatkan tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat, stunting (p>0,05). Simpulan: Dominasi asupan protein nabati tidak merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun }, issn = {2540-8844}, pages = {1470--1483} doi = {10.14710/dmj.v7i2.21465}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/21465} }
Refworks Citation Data :
Latar Belakang: Stunting telah menjadi prioritas masalah kesehatan global akibat morbiditas dan mortalitas yang besar. Indonesia termasuk negara dengan prevalensi kejadian stunting yang tinggi sekitar 37,2 % berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Defisiensi protein berperan menyebabkan stunting. Dominasi asupan protein nabati dapat menjadi salah satu faktor risiko kejadian stunting akibat kandungan asam amino esensialnya yang tidak lengkap.
Tujuan: Menganalisis dominasi asupan protein nabati sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun.
Metode: Rancangan penelitian bersifat analitik observasional dengan desain kasus-kontrol, dilakukan di Semarang periode Mei-Agustus 2017 dengan subyek penelitian adalah anak usia 2-4 tahun. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher’s Exact, sedangkan uji multivariat dengan uji Regresi Logistik.
Hasil: Responden 114 anak, yang terbagi menjadi 2 kelompok kasus dengan 57 anak stunting dan kelompok kontrol dengan 57 anak berperawakan normal. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan signifikan untuk asupan jenis protein nabati kedelai (p=0,047; OR = 4,49) dan tingkat pendapatan keluarga (p=0,032; OR = 2,35) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4. Hubungan tidak signifikan ditemukan pada kejadian stunting dengan faktor lain seperti : dominasi asupan protein nabati, tingkat pendidikan ibu, riwayat pemberian ASI, serta faktor demografi. Hasil uji multivariat didapatkan tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat, stunting (p>0,05).
Simpulan: Dominasi asupan protein nabati tidak merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-4 tahun
Article Metrics:
Last update:
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/ is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.