BibTex Citation Data :
@article{JPBHP7773, author = {Rofi Ghazali and Fronthea Swastawati and - Romadhon}, title = {ANALISA TINGKAT KEAMANAN IKAN MANYUNG (Arius thalassinus) ASAP YANG DIOLAH DENGAN METODE PENGASAPAN BERBEDA}, journal = {Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan}, volume = {3}, number = {4}, year = {2014}, keywords = {Ikan manyung; Pengasapan; Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH)}, abstract = { Pengasapan adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Metode yang digunakan dalam proses pengasapan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas ikan asap. Kenampakan dan rasa yang spesifik pada ikan asap dipengaruhi oleh kandungan fenol pada produk yang diasap. Akan tetapi, kandungan fenol yang terlalu tinggi akan cenderung menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas ikan asap yang diolah dengan metode yang berbeda yaitu dengan smoking cabinet dan asap cair. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan Manyung ( Arius thalassinus ), serabut kelapa dan asap cair dari tempurung kelapa sebagai bahan baku asap. Parameter yang di uji adalah organoleptik, kadar air, kadar fenol dan kadar PAH . Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental lapangan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji independent sampel t-test untuk membedakan dua macam perlakuan. Hasil uji organoleptik ikan manyung asap metode Smoking cabinet dan asap cair dengan selang kepercayaan 95% adalah 7,55 ≤ m ≤ 7,99 dan 8,38 ≤ m ≤ 8,44, (P>0,05). Kadar air berturut-turut 70,60% ± 0,141 dan 36,71% ± 0,296 (P<0,05). Kandungan fenol berturut-turut 0,0225 % (225 ppm) dan 0,0214 % (214 ppm) (P<0,05). Hasil uji PAH sebagai indikator karsinogenik yaitu benzo(a)pyrene diperoleh nilai 0,0078 ppm ( smoking cabinet ) dan 0,0041 ppm (asap cair). Tingkat keamanan dan kualitas ikan asap dapat dilihat dari hasil uji organoleptic, kadar fenol dan kadar Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). Kadar air ikan manyung asap metode asap cair sudah memenuhi standar SNI (60%) tetapi untuk metode Smoking cabinet masih melebihi 60%. Asap cair sebagai metode pengasapan dinilai lebih aman dibandingkan metode smoking cabinet karena kadar benzo(a)pyrene pada metode smoking cabinet masih melebihi batas yang ditetapkan SNI (0,005 ppm). Smoking is one way to preserve a fish. M ethod used for smoking process is one important factor that can affect the quality of smoked fish. Appearance and specific flavor of smoked fish are influenced by the phenol content of the product. If the phenol content is too high, it will produce Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) compounds which are could be carcinogenic . This research was aim ed to compare the quality of smoked fish treated with different methods, the smoking cabinet method and liquid smok ing method. The material used in this study are giant catfish ( Arius t halassinus ), coconut fiber and coconut shell liquid smoke from the smoke as raw material s . Parameters were in the organoleptic test, moisture content, phenol content and Polycyclic Aromatic Hydrocarbon ( PAH) compounds . The research method used was experimental field. Analysis of the data used in this study is a test of independent samples t-test to distinguish two kinds of treatment. Results of organoleptic test of smoked giantfish resulted from Smoking cabinet and Liquid smok ing methods have average interval 7 . 55 ≤ m ≤ 7 . 99 and 8 . 38 ≤ m ≤ 8 . 44 , (P> 0 .05). Water content respectively 70.60% ± 0 . 141 dan 36 . 71% ± 0 . 296 (P<0 . 05). Phenol content of 0 . 0225 % (225 ppm) and 0 . 0214 % (214 ppm) (P <0 .05 ). The PAH’s test results as indicators of carcinogenic is benzo(a) pyrene obtained values of 0 . 0078 ppm (smoking cabinet) and 0 . 0041 ppm (liquid smoke) . Safety dan quality smoked fish can be seen from the results of organoleptic test, phenol contents levels and benzo(a)pyrene contents . Water content of Liquid smoked Giant Catfish meets Indonesian National Standard (60%). But Smoking cabinet method is more than 60%. For safety level, l iquid smoke method is more safe than Smoking cabinet method , b ecause the value of benzo(a)pyrene from smoking cabinet method is more than a Indonesian National Standard ( 0.0 05 ppm ). }, issn = {2442-4145}, pages = {31--38} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpbhp/article/view/7773} }
Refworks Citation Data :
Pengasapan adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Metode yang digunakan dalam proses pengasapan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas ikan asap. Kenampakan dan rasa yang spesifik pada ikan asap dipengaruhi oleh kandungan fenol pada produk yang diasap. Akan tetapi, kandungan fenol yang terlalu tinggi akan cenderung menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas ikan asap yang diolah dengan metode yang berbeda yaitu dengan smoking cabinet dan asap cair. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan Manyung (Arius thalassinus), serabut kelapa dan asap cair dari tempurung kelapa sebagai bahan baku asap. Parameter yang di uji adalah organoleptik, kadar air, kadar fenol dan kadar PAH. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental lapangan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji independent sampel t-test untuk membedakan dua macam perlakuan. Hasil uji organoleptik ikan manyung asap metode Smoking cabinet dan asap cair dengan selang kepercayaan 95% adalah 7,55 ≤ m ≤ 7,99 dan 8,38 ≤ m ≤ 8,44, (P>0,05). Kadar air berturut-turut 70,60% ± 0,141 dan 36,71% ± 0,296 (P<0,05). Kandungan fenol berturut-turut 0,0225 % (225 ppm) dan 0,0214 % (214 ppm) (P<0,05). Hasil uji PAH sebagai indikator karsinogenik yaitu benzo(a)pyrene diperoleh nilai 0,0078 ppm (smoking cabinet) dan 0,0041 ppm (asap cair). Tingkat keamanan dan kualitas ikan asap dapat dilihat dari hasil uji organoleptic, kadar fenol dan kadar Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). Kadar air ikan manyung asap metode asap cair sudah memenuhi standar SNI (60%) tetapi untuk metode Smoking cabinet masih melebihi 60%. Asap cair sebagai metode pengasapan dinilai lebih aman dibandingkan metode smoking cabinet karena kadar benzo(a)pyrene pada metode smoking cabinet masih melebihi batas yang ditetapkan SNI (0,005 ppm).
Smoking is one way to preserve a fish. Method used for smoking process is one important factor that can affect the quality of smoked fish. Appearance and specific flavor of smoked fish are influenced by the phenol content of the product. If the phenol content is too high, it will produce Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) compounds which are could be carcinogenic. This research was aimed to compare the quality of smoked fish treated with different methods, the smoking cabinet method and liquid smoking method. The material used in this study are giant catfish (Arius thalassinus), coconut fiber and coconut shell liquid smoke from the smoke as raw materials. Parameters were in the organoleptic test, moisture content, phenol content and Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) compounds. The research method used was experimental field. Analysis of the data used in this study is a test of independent samples t-test to distinguish two kinds of treatment. Results of organoleptic test of smoked giantfish resulted from Smoking cabinet and Liquid smoking methods have average interval 7.55 ≤ m ≤ 7.99 and 8.38 ≤ m ≤ 8.44 , (P>0.05). Water content respectively 70.60% ± 0.141 dan 36.71% ± 0.296 (P<0.05). Phenol content of 0.0225 % (225 ppm) and 0.0214 % (214 ppm) (P <0.05). The PAH’s test results as indicators of carcinogenic is benzo(a) pyrene obtained values of 0.0078 ppm (smoking cabinet) and 0.0041 ppm (liquid smoke). Safety dan quality smoked fish can be seen from the results of organoleptic test, phenol contents levels and benzo(a)pyrene contents. Water content of Liquid smoked Giant Catfish meets Indonesian National Standard (60%). But Smoking cabinet method is more than 60%. For safety level, liquid smoke method is more safe than Smoking cabinet method, because the value of benzo(a)pyrene from smoking cabinet method is more than a Indonesian National Standard (0.005 ppm).
Last update: