BibTex Citation Data :
@article{JMR30687, author = {Wiwit Pratiwi and Nike Nuzula and Desi Suci and Ary Kartika and Makhfud Effendy}, title = {Produksi MgCl2 dari Bittern melalui Optimalisasi Pemisahan Ion Sulfat Menggunakan Reagen Kalsium Klorida Dihidrat}, journal = {Journal of Marine Research}, volume = {10}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Bittern; MgCl2, Ion Sulfat; reagen CaCl₂.2H₂O.}, abstract = { Madura memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi garam di Jawa Timur. Produksi garam menghasilkan limbah yang disebut bittern. Bittern merupakan air sisa kristalisasi garam yang berbentuk cairan dengan kadar kepekatan >29 o Be dan memiliki kandungan utama berupa ion magnesium. Selama ini, hasil bittern dari tambak garam rakyat Kabupaten Pamekasan, Madura digunakan kembali untuk proses produksi garam, dimana kegiatan tersebut dapat menurunkan kualitas garam. Dalam skala industri, bittern dapat digunakan sebagai bahan baku magnesium, namun diperlukan suatu metode untuk memisahkan senyawa lainnya agar tidak mengganggu proses ekstraksi magnesium. Ion sulfat (SO₄²ˉ) merupakan ion terbanyak kedua yang terkandung dalam bittern, sehingga pemisahan ion sulfat merupakan suatu strategi untuk meningkatkan kualitas bittern sebagai bahan baku magnesium klorida. Pada penelitian ini, proses pemisahan ion sulfat menggunakan reagen kalsium klorida dihidrat (CaCl₂.2H₂O) yang ditambahkan pada bittern dengan perbandingan antara SO₄²ˉ dan CaCl₂.2H₂O yaitu P 1 = 1:0,90 ; P 2 = 1:0,95; P 3 1:1; P 4 =1:1,05; dan P 5 = 1:1,1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kandungan sulfat pada bittern yaitu 41257,14±757,14 mg/L. Kadar sulfat pada filtrat dengan perlakuan P₁ = 4,14±0,43 mg/L; P₂ = 5,38±0,22 mg/L; P₃ = 7,57±1,14 mg/L; P₄ = 6,57±0,57 mg/L; dan P₅ = 7,48±0,46 mg/L. Penambahan CaCl₂.2H₂O berpengaruh terhadap kadar sulfat pada bittern yang dapat dilihat dari hasil uji ANOVA. Perlakuan optimal dari uji lanjut DNMR yaitu pada perlakuan ratio molar 1:0,9 dengan nilai rata-rata 4,1429 mg/L dimana dilihat dari rata-rata paling kecil dari perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menjadi penelitian dasar untuk melakukan optimasi ekstrak magnesium klorida dari bahan baku bittern. Madura provides the largest contribution to salt production in East Java. Salt production generates a waste called bittern. Bittern is the residual liquid of salt crystallization with a concentration of 29 o Be and has the main content of magnesium ions. Unfortunately, bittern from the salt pond in Pamekasan Regency, Madura is reused for the salt production process, whereby this activity can reduce the quality of salt. On an industrial scale, bittern can be used as a raw material for magnesium, but a method is needed to separate other compounds so it does not interfere with the magnesium extraction process. Sulfate ion (SO ₄ ²ˉ) is the second most abundant ion contained in bittern. Thus, the separation of sulfate ions is a strategy to improve the quality of bittern as a raw material for magnesium chloride. In this study, the separation process of sulfate ions using calcium chloride dihydrate reagent (CaCl ₂ .2H ₂ O) added to bittern with a ratio between SO ₄ ²ˉ and CaCl ₂ .2H ₂ O, namely P 1 = 1:0,90; P 2 = 1:0,95; P 3 1:1; P 4 =1:1,05; dan P 5 = 1:1,1. Based on the research results, it can be concluded that the sulfate content in bittern is 41257.14 ± 757.14mg/L. Sulfate levels in the filtrate were P ₁ = 4.14±0.43 mg/L; P ₂ = 5.38±0.22 mg/L; P ₃ = 7.57±1.14mg/L; P ₄ = 6.57±0.57mg/L; and P ₅ = 7.48±0.46 mg/L.The addition of CaCl ₂ .2H ₂ O has an effect on the sulfate content of bittern which can be exhibited from the ANOVA test results. The optimal treatment of the DNMR test is the treatment of the molar ratio of 1: 0.9 with an average value of 4.1429 mg/L , which is referred from the smallest average of other treatments. The results of this study serve as basic research to optimize the extract of magnesium chloride from bittern as raw material. }, issn = {2407-7690}, pages = {243--251} doi = {10.14710/jmr.v10i2.30687}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr/article/view/30687} }
Refworks Citation Data :
Madura memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi garam di Jawa Timur. Produksi garam menghasilkan limbah yang disebut bittern. Bittern merupakan air sisa kristalisasi garam yang berbentuk cairan dengan kadar kepekatan >29o Be dan memiliki kandungan utama berupa ion magnesium. Selama ini, hasil bittern dari tambak garam rakyat Kabupaten Pamekasan, Madura digunakan kembali untuk proses produksi garam, dimana kegiatan tersebut dapat menurunkan kualitas garam. Dalam skala industri, bittern dapat digunakan sebagai bahan baku magnesium, namun diperlukan suatu metode untuk memisahkan senyawa lainnya agar tidak mengganggu proses ekstraksi magnesium. Ion sulfat (SO₄²ˉ) merupakan ion terbanyak kedua yang terkandung dalam bittern, sehingga pemisahan ion sulfat merupakan suatu strategi untuk meningkatkan kualitas bittern sebagai bahan baku magnesium klorida. Pada penelitian ini, proses pemisahan ion sulfat menggunakan reagen kalsium klorida dihidrat (CaCl₂.2H₂O) yang ditambahkan pada bittern dengan perbandingan antara SO₄²ˉ dan CaCl₂.2H₂O yaitu P1 = 1:0,90 ; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kandungan sulfat pada bittern yaitu 41257,14±757,14 mg/L. Kadar sulfat pada filtrat dengan perlakuan P₁ = 4,14±0,43 mg/L; P₂ = 5,38±0,22 mg/L; P₃ = 7,57±1,14 mg/L; P₄ = 6,57±0,57 mg/L; dan P₅ = 7,48±0,46 mg/L. Penambahan CaCl₂.2H₂O berpengaruh terhadap kadar sulfat pada bittern yang dapat dilihat dari hasil uji ANOVA. Perlakuan optimal dari uji lanjut DNMR yaitu pada perlakuan ratio molar 1:0,9 dengan nilai rata-rata 4,1429 mg/L dimana dilihat dari rata-rata paling kecil dari perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menjadi penelitian dasar untuk melakukan optimasi ekstrak magnesium klorida dari bahan baku bittern.
Madura provides the largest contribution to salt production in East Java. Salt production generates a waste called bittern. Bittern is the residual liquid of salt crystallization with a concentration of 29oBe and has the main content of magnesium ions. Unfortunately, bittern from the salt pond in Pamekasan Regency, Madura is reused for the salt production process, whereby this activity can reduce the quality of salt. On an industrial scale, bittern can be used as a raw material for magnesium, but a method is needed to separate other compounds so it does not interfere with the magnesium extraction process. Sulfate ion (SO₄²ˉ) is the second most abundant ion contained in bittern. Thus, the separation of sulfate ions is a strategy to improve the quality of bittern as a raw material for magnesium chloride. In this study, the separation process of sulfate ions using calcium chloride dihydrate reagent (CaCl₂.2H₂O) added to bittern with a ratio between SO₄²ˉ and CaCl₂.2H₂O, namely P1 = 1:0,90; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Based on the research results, it can be concluded that the sulfate content in bittern is 41257.14 ± 757.14mg/L. Sulfate levels in the filtrate were P₁ = 4.14±0.43 mg/L; P₂ = 5.38±0.22 mg/L; P₃ = 7.57±1.14mg/L; P₄ = 6.57±0.57mg/L; and P₅ = 7.48±0.46 mg/L.The addition of CaCl₂.2H₂O has an effect on the sulfate content of bittern which can be exhibited from the ANOVA test results. The optimal treatment of the DNMR test is the treatment of the molar ratio of 1: 0.9 with an average value of 4.1429 mg/L, which is referred from the smallest average of other treatments. The results of this study serve as basic research to optimize the extract of magnesium chloride from bittern as raw material.
Article Metrics:
Last update: