BibTex Citation Data :
@article{JAMT10075, author = {Agatya Ardiantami and - Sarjito and Slamet Prayitno}, title = {PENGARUH PERENDAMAN BERBAGAI DOSIS EKSTRAK DAUN JERUJU TERHADAP KELULUSHIDUPAN Scylla serrata YANG DIINFEKSI Vibrio harveyi}, journal = {Journal of Aquaculture Management and Technology}, volume = {4}, number = {4}, year = {2015}, keywords = {Kepiting Bakau; Jeruju; Vibrio harveyi; Kelulushidupan}, abstract = { Kepiting bakau ( Scylla serrata ) menjadi salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Akan tetapi, tingkat permintaan tidak berbanding lurus dengan tingkat produksi. Salah satu kendala yang dihadapi adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu penyakit bakterial yang sering menginfeksi kepiting bakau adalah vibriosis. Upaya pengobatan yang dilakukan masih menggunakan bahan kimia seperti antibiotic, padahal penggunaan antibiotik dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu resistensi bakteri patogen dan residu yang dapat mencemari lingkungan. Alternatif pengobatan selain menggunakan antibiotik, yaitu menggunakan bahan alami yang bersifat antibakterial, seperti tumbuhan jeruju ( A. ilicifolius ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun jeruju terhadap kelulushidupan, pertumbuhan dan gejala klinis kepiting bakau yang diinfeksi V. harveyi . Kepiting bakau yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 ekor dengan rata-rata bobot tubuh, yaitu 41.81 + 0.56 gram. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Semua kepiting disuntik dengan bakteri V. harveyi dengan tingkat kepadatan 10 6 CFU/ml dan direndam dengan ekstrak daun jeruju dengan dosis 0 ppm (perlakuan A), 400 ppm (perlakuan B), 600 ppm (perlakuan C) dan 800 ppm (perlakuan D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala klinis yang terlihat pada kepiting bakau, yaitu gerakan pasif, kaki-kaki merenggang, kaki renang berwarna merah, melanosis pada karapas (menghitam dan bercak coklat). Persentase kelulushidupan pada perlakuan B, C dan D mencapai 100%, sedangkan perlakuan A, yaitu 83.33%. Kualitas air pada media pemeliharaan menunjukkan masih didalam kisaran yang layak untuk kehidupan kepiting bakau. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman ekstrak daun jeruju menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan kepiting bakau. Mud crab (Scylla serrata) bec a me one of fishery commodity which have a high-economic value. But, the demand rate not propotional with production level. One of an obstacle that be faced was disease that caused by bacterial. One of a bacterial disease that often infection mud crab was vibriosis. M edical eforts an usual conducted still using chemical matter like an antibiotic , i n fact, the using of antibiotic can appear negative impacts were pathogen bacterial become resistent and residue can be soiled to environment. Medical alternative besides using antibiotic was using a natural matter which have an antibacterial characteristic was jeruju plant (A. ilicifolius). This research was aimed to know the effect of jeruju leaf extract immersion to survival rate , growth and clinical signs on mud crab that infected by V. harveyi. Mud crab that using in this research amount 48 crab with body weight average was 41.81 + 0.56 gram . This research was using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. All crabs injected by V. harveyi with density 10 6 CFU/ml and immersed with jeruju leaf extract with dose 0 ppm (treatment A ), 400 ppm (treatment B ), 600 ppm (treatment C) and 800 ppm (treatment D). The results showed that the Clinical signs on mud crab were passive motion, distantly-spaced leg, red-colour on swim leg, melanosys on carapace (blackened and brown spot). Percentage of SR on treatments B, C, D reaches 100%, but treatment A was 83 . 33%. Water quality on maintaince media showed that still in feasible range for mud crab life. Based on the results of this research was concluded that the submersion with jeruju leaf extract showed not significant effect on survival rate of mud crab. }, pages = {159--166} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jamt/article/view/10075} }
Refworks Citation Data :
Kepiting bakau (Scylla serrata) menjadi salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Akan tetapi, tingkat permintaan tidak berbanding lurus dengan tingkat produksi. Salah satu kendala yang dihadapi adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu penyakit bakterial yang sering menginfeksi kepiting bakau adalah vibriosis. Upaya pengobatan yang dilakukan masih menggunakan bahan kimia seperti antibiotic, padahal penggunaan antibiotik dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu resistensi bakteri patogen dan residu yang dapat mencemari lingkungan. Alternatif pengobatan selain menggunakan antibiotik, yaitu menggunakan bahan alami yang bersifat antibakterial, seperti tumbuhan jeruju (A. ilicifolius). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun jeruju terhadap kelulushidupan, pertumbuhan dan gejala klinis kepiting bakau yang diinfeksi V. harveyi. Kepiting bakau yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 ekor dengan rata-rata bobot tubuh, yaitu 41.81+0.56 gram. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Semua kepiting disuntik dengan bakteri V. harveyi dengan tingkat kepadatan 106 CFU/ml dan direndam dengan ekstrak daun jeruju dengan dosis 0 ppm (perlakuan A), 400 ppm (perlakuan B), 600 ppm (perlakuan C) dan 800 ppm (perlakuan D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala klinis yang terlihat pada kepiting bakau, yaitu gerakan pasif, kaki-kaki merenggang, kaki renang berwarna merah, melanosis pada karapas (menghitam dan bercak coklat). Persentase kelulushidupan pada perlakuan B, C dan D mencapai 100%, sedangkan perlakuan A, yaitu 83.33%. Kualitas air pada media pemeliharaan menunjukkan masih didalam kisaran yang layak untuk kehidupan kepiting bakau. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman ekstrak daun jeruju menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan kepiting bakau.
Mud crab (Scylla serrata) became one of fishery commodity which have a high-economic value. But, the demand rate not propotional with production level. One of an obstacle that be faced was disease that caused by bacterial. One of a bacterial disease that often infection mud crab was vibriosis. Medical eforts an usual conducted still using chemical matter like an antibiotic, in fact, the using of antibiotic can appear negative impacts were pathogen bacterial become resistent and residue can be soiled to environment. Medical alternative besides using antibiotic was using a natural matter which have an antibacterial characteristic was jeruju plant (A. ilicifolius). This research was aimed to know the effect of jeruju leaf extract immersion to survival rate, growth and clinical signs on mud crab that infected by V. harveyi. Mud crab that using in this research amount 48 crab with body weight average was 41.81+0.56 gram. This research was using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. All crabs injected by V. harveyi with density 106 CFU/ml and immersed with jeruju leaf extract with dose 0 ppm (treatment A), 400 ppm (treatment B), 600 ppm (treatment C) and 800 ppm (treatment D). The results showed that the Clinical signs on mud crab were passive motion, distantly-spaced leg, red-colour on swim leg, melanosys on carapace (blackened and brown spot). Percentage of SR on treatments B, C, D reaches 100%, but treatment A was 83.33%. Water quality on maintaince media showed that still in feasible range for mud crab life. Based on the results of this research was concluded that the submersion with jeruju leaf extract showed not significant effect on survival rate of mud crab.
Last update: