BibTex Citation Data :
@article{IO6561, author = {Chykla Azalika and Hapsari Dwiningtyas and Wiwid Rakhmad and Agus Naryoso}, title = {Konstruksi Relasi Komunikasi Keluarga dalam Film I Not Stupid Too}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {4}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Keluarga adalah sebuah lembaga yang masih memiliki nilai sakral di dalam masyarakat. Penggambaran keluarga dalam perfilman Timur sering menjadikan konflik keluarga menjadi fokus utama dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari salah satu film yang berjudul I Not Stupid Too, sebagai contoh film produksi Singapura yang menceritakan mengenai hubungan komunikasi keluarga yaitu antara orang tua dan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap gagasan mengenai normalitas keluarga melalui pesan teks yang ditampilkan dalam film I Not Stupid Too, serta penjabaran bagaimana konstruksi relasi komunikasi keluarga dikonstruksi dan dikomunikasikan kepada publik. Ahli studi keluarga seperti Brock dan Barnard (1999) dan Walsh (1982) melihat keberfungsian keluarga sebagai sistem keluarga yang sehat yang bisa dilihat dari struktur dan proses interaksi dalam keluarga. Keluarga memainkan peranan penting dalam membangun kesejahteraan, pengasuhan, dan pendidikan dasar kepada anggota-anggota keluarga. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa film I Not Stupid Too yang menggambarkan sebuah disfungsi keluarga sebagai fokus utamanya dan telah menjadi salah satu contoh yang jelas tentang pergeseran media dalam menggambarkan sebuah relasi komunikasi keluarga.Menggambarkan sebuah keluarga dalam film I Not Stupid Too berarti memproduksi tanda-tanda yang ada dalam film I Not Stupid Too yang berhubungan dengan keluarga, di mana tanda-tanda tersebut meliputi story yang menjelaskan mengenai peristiwa dalam film I Not Stupid Too. Peristiwa dalam sebuah cerita merupakan suatu kesatuan yang membentuk plot sebagai pengaturan kejadian-kejadian yang terjadi. Hingga tanda yang berhubungan dengan ekspresi wacana atau discourse dalam film I Not Stupid Too. Film I Not Stupid Too memperlihatkan keluarga yang memiliki disfungsi di dalamnya yang mencakup ketidak harmonisan, acuh tak acuh antar anggota keluarga hingga tidak ada rasa saling memiliki satu sama lain. Pada intinya film I Not Stupid Too menggambarkan keluarga yang masih terbelenggu dengan normalitas keluarga yang ada, terbukti dalam film tersebut menggambarkan yang menjadi panutan dalam masyarakat adalah orang tua. Disfungsi keluarga dalam film ini ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban dan peran mereka. Unsur-unsur seperti sudut pandang, narator, dan karakter yang terdapat dalam film I Not Stupid Too memperlihatkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh kedua keluarga berakibat pada buruknya perkembangan anak. Kata Kunci: Film, Konstruksi, Analisis Naratif }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/6561} }
Refworks Citation Data :
Keluarga adalah sebuah lembaga yang masih memiliki nilai sakral di dalam masyarakat. Penggambaran keluarga dalam perfilman Timur sering menjadikan konflik keluarga menjadi fokus utama dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari salah satu film yang berjudul I Not Stupid Too, sebagai contoh film produksi Singapura yang menceritakan mengenai hubungan komunikasi keluarga yaitu antara orang tua dan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap gagasan mengenai normalitas keluarga melalui pesan teks yang ditampilkan dalam film I Not Stupid Too, serta penjabaran bagaimana konstruksi relasi komunikasi keluarga dikonstruksi dan dikomunikasikan kepada publik. Ahli studi keluarga seperti Brock dan Barnard (1999) dan Walsh (1982) melihat keberfungsian keluarga sebagai sistem keluarga yang sehat yang bisa dilihat dari struktur dan proses interaksi dalam keluarga. Keluarga memainkan peranan penting dalam membangun kesejahteraan, pengasuhan, dan pendidikan dasar kepada anggota-anggota keluarga. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa film I Not Stupid Too yang menggambarkan sebuah disfungsi keluarga sebagai fokus utamanya dan telah menjadi salah satu contoh yang jelas tentang pergeseran media dalam menggambarkan sebuah relasi komunikasi keluarga.Menggambarkan sebuah keluarga dalam film I Not Stupid Too berarti memproduksi tanda-tanda yang ada dalam film I Not Stupid Too yang berhubungan dengan keluarga, di mana tanda-tanda tersebut meliputi story yang menjelaskan mengenai peristiwa dalam film I Not Stupid Too. Peristiwa dalam sebuah cerita merupakan suatu kesatuan yang membentuk plot sebagai pengaturan kejadian-kejadian yang terjadi. Hingga tanda yang berhubungan dengan ekspresi wacana atau discourse dalam film I Not Stupid Too. Film I Not Stupid Too memperlihatkan keluarga yang memiliki disfungsi di dalamnya yang mencakup ketidak harmonisan, acuh tak acuh antar anggota keluarga hingga tidak ada rasa saling memiliki satu sama lain. Pada intinya film I Not Stupid Too menggambarkan keluarga yang masih terbelenggu dengan normalitas keluarga yang ada, terbukti dalam film tersebut menggambarkan yang menjadi panutan dalam masyarakat adalah orang tua. Disfungsi keluarga dalam film ini ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban dan peran mereka. Unsur-unsur seperti sudut pandang, narator, dan karakter yang terdapat dalam film I Not Stupid Too memperlihatkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh kedua keluarga berakibat pada buruknya perkembangan anak.Kata Kunci: Film, Konstruksi, Analisis Naratif
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.