skip to main content

Hubungan antara Intensitas Terpaan Iklan Rokok dan Tingkat Konformitas Peer Group dengan Pengambilan Keputusan Merokok Dikalangan Mahasiswi Di Semarang Cantya


Citation Format:
Abstract

ABSTRAK
JUDUL : Hubungan antara Intensitas Terpaan Iklan Rokok dan Tingkat Konformitas Peer Group
dengan Pengambilan Keputusan Merokok Dikalangan Mahasiswi Di Semarang
NAMA : Cantya Darmawan Purba Dewanta
NIM : D2C009087
Kenaikan jumlah perokok wanita yang termasuk di dalamnya adalah mahasiswi semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal ini terjadi karena beberapa factor, salah satunya adalah
industry rokok mulai membidik wanita sebagai sasaran pasarnya, selain itu mahasiswi lebih
sering untuk bersama sama peer groupnya sebagai kelompoknya daripada menghabiskan
waktunya dirumah. Hal ini tentu saja akan mendorong mahasiswi untuk menganggap bahwa
merokok merupakan hal yang biasa dilakukan, terlebih lagi teman-teman sebayanya juga
perokok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara intensitas
terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok
dikalangan mahasiswi di Semarang. Peneliti mencoba mewawancarai mahasiswi di Semarang
sebanyak 40 orang untuk mengisi kuesioner penelitian untuk mengetahui hubungan antara
intensitas terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan
keputusan mahasiswi perokok dimana dia memutuskan untuk terus merokok dan juga
pengambilan keputusan merokok mahasiswi non-perokok dimana mereka memutuskan memulai
merokok atau tidak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara terpaan
iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di
kalangan mahasiswi non-perokok di Semarang. Dengan Y1 sebesar 0.000 dan nilai koefisien
korelasi Kendall‟s W adalah 0,906 maka hubungan ketiganya dinyatakan positif dan sangat
signifikan. Dimana semakin tinggi terpaan iklan rokok dan semakin tinggi tingkat konformitas
peer group, maka semakin mendorong mahasiswi non-perokok untuk memulai merokok.
Dan juga terdapat hubungan yang positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi perokok
di Semarang. Dengan Y2 sebesar 0.000 dan nilai koefisien korelasi Kendall‟s W adalah 0,776
maka hubungan ketiganya dinyatakan positif dan sangat signifikan. Dimana semakin tinggi
terpaan iklan rokok dan semakin tinggi tingkat konformitas peer group, maka semakin
mendorong mahasiswi perokok untuk terus merokok.
Key words : Terpaan iklan, Peer group, Pengambilan keputusan, Merokok
ABSTRACT
TITLE : Corelation Between Cigarette Advertising Exposure and Peer Group Level Of
Conformity With The Decision Of Smoking Among Female Smokers College
Student In Semarang.
NAME : Cantya Darmawan Purba Dewanta
NIM : D2C009087
The number of women smokers were increasing from year to year, including the female college student,
this happens due to several factors, one of that several factors is the cigarette industry started targeting
women as a target market, furthermore most of female college students more frequently spend their time
with the same friend as a peer group rather than spend their time at home. It absolutely will encourage
female college students to consider that smoking is a common thing to do, even more their peers are also
a smoker.
This research‟s goal is to determine how was the relationship between the intensity of cigarette
advertising exposure and peer group level of conformity, with the decision of smoking, among the female
students in Semarang. Researcher tried to interview 40 female college students at Semarang, and asked
them to fill out a research questionnaire to determine how was the relationship between the intensity of
cigarette advertising exposure and peer group level of conformity with the decision of smoking, where
they decided to keep smoking and also a non-smoker college student decided to start smoking or not.
The results of this research shows that there is a positive relationship between cigarette advertising
exposure and peer group level of conformity with the decision of smoking among non-smokers college
student in Semarang. With Y1 of 0.000 and the value of the correlation coefficient Kendall's W is 0.906
then the relationship of the three tested are positive and highly significant. Where the higher cigarette
advertising exposure and the higher peer group level of conformity, so it pushes a non-smokers college
students to start smoking.
And also there is a positive relationship between cigarette advertising exposure and peer group level of
conformity with the decision of smoking among smokers college student in Semarang. With Y2 of 0.000
and the value of the correlation coefficient Kendall's W is 0.776 then the relationship of the three tested
are positive and highly significant. Where the higher cigarette advertising exposure and the higher peer
group level of conformity, so it pushes a smoker college students to keep smoking continously.
Key words: Exposure of advertising, Peer group, Decide, Smoking
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat yang dianggap tidak berbahaya.
Dewasa ini merokok merupakan hal biasa yang dilakukan oleh masyarakat. Tidak sulit bagi kita
untuk menemukan seseorang yang merokok, baik di dalam maupun diluar rumah.
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe dalam Fatimah N, 2010: 1). Perilaku
ini bisa diamati melalui aktifitas subyek berdasarkan pengakuan mereka mengenai volume,
frekuensi, tempat, waktu, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. Merokok sudah
menjadi kebiasaan tersendiri dalam masyarakat. Kegiatan ini bahkan telah menjadi suatu
kebutuhan bagi para pencandunya.
Hal tersebut merupakan fenomena tersendiri karena setiap orang tidak dapat memungkiri
dampak negatif rokok. Tetapi dari tahun ke tahun jumlah perokok semakin meningkat, tingkat
produksi dan pemakaian rokok di dalam negeri terus meningkat (Danto,2010,
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010
/09/02/10292668/Industri.Rokok.Kian.Tak.Terbendung).
Tabel 1.1
Kenaikan Pasar Rokok Nasional
Jenis Rokok Kenaikan Di Tahun 2013
Sigaret Kretek Tangan naik 4% menjadi 85 miliar batang
Sigaret Kretek Mesin Filter naik 2% menjadi 87 miliar batang
Sigaret Putih Mesin naik 5% menjadi 22 miliar batang
Sumber:
anonim,2013,http://www.neraca.co.id/index.php/harian/article/23536/Nilai.Penjualan.Rokok.Nas
ional.Bakal.Capai.Rp.233.Triliun#.UUV0vTfotuk
Kenaikan penjualan rokok tentu saja diikuti juga oleh naiknya jumlah perokok.
Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2008, Indonesia menduduki posisi
ketiga di dunia setelah China dan India dengan jumlah perokok terbesar yakni lebih dari 68 juta
penduduk Indonesia. 4,8 persen dari 1,3 milyar perokok di dunia berasal dari Indonesia. Secara
sosiologis bahkan kultural, masyarakat Indonesia adalah friendly smoking. Merokok dianggap
sebagai budaya warisan, bukan sebagai masyarakat yang kecanduan.
Kenaikan jumlah perokok aktif paling tinggi di kalangan perempuan remaja dan dewasa,
lima kali lipat lebih dari 0,3% (2005) menjadi 1,6% (2010). Sedangkan pada laki-laki remaja
kenaikannya lebih dari dua kali lipat yaitu 14% pada 2005 menjadi 37% pada 2010. Dari data
WHO, rokok telah mengakibatkan kematian lebih dari 400 ribu orang per tahun di Indonesia
sedangkan di dunia jumlah kematian adalah 5,4 juta atau satu kematian tiap 6,5 detik. Lebih dari
80% perokok ada di negara sedang berkembang seperti Indonesia, dimana Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok adalah sebesar 34,7% (Antara,
2012, http://www.regionaltimur.com/index.php/perokok-wanita-di-indonesia-naik-lima-kalilipat/).
Peneliti juga menanyakan secara acak kepada 20 mahasiswi di semarang. Peneliti
menanyakan “apakah anda merokok atau tidak?”. Hasil yang didapatkan adalah, diantara 20
mahasiswi 14 diantaranya menjadi perokok aktif.
Data yang diperoleh peneliti juga di dukung dengan data dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang pada tahun 2010 menyebutkan bahwa perokok anak atau remaja putri mencapai 4,0%
dan perokok perempuan dewasa mencapai 4,5% dari jumlah penduduk kota semarang (Rika,
2011.http://www.fkm. undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=4311).
Dari tahun ke tahun jumlah perokok aktif semakin meningkat. Seseorang dipengaruhi
oleh dua faktor dalam menyikapi keberadaan suatu produk. Faktor tersebut terdiri dari pengaruh
internal dan eksternal. Pengaruh internal merupakan faktor dari dalam diri seseorang, sedangkan
pengaruh eksternal dapat berupa komunikasi dengan media (komunikasi pemasaran), kelompok
acuan, kelas sosial, budaya, dan sub budaya (Prasetijo, 2003: 165). Faktor keduanya inilah yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan seserorang tentang rokok dan mempengaruhi seseorang
untuk pertimbangannya dalam melakukan keputusan merokok.
Analisis baru-baru ini tentang iklan rokok di Indonesia juga menekankan bahwa sejak
2002 hingga saat ini sejumlah iklan merek rokok melibatkan perempuan, beberapa iklan rokok
menampilkan perempuan muda penuh gaya dan memberi pesan yang secara tersirat yang
membenarkan bahwa merokok untuk perempuan di era modern seperti sekarang ini sudah bisa
diterima.
Secara tidak langsung iklan rokok yang sering di tayangkan di televisi menunjukkan
bahwa perempuan yang merokok terkesan keren, mewah, hura-hura, kelas sosial atas, keakraban,
have fun, seru, pesta,dan gemerlap. Tentu saja terpaan iklan memberikan andil dalam mendorong
seseorang yang terterpa oleh iklan tersebut tertarik untuk merokok.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan merokok, selain iklan rokok juga
faktor teman sebaya juga mempunyai andil besar mempengaruhi remaja untuk mulai merokok
ataupun terus merokok. Seperti yang kita tahu bahwa mahasiswi lebih banyak menghabiskan
waktu dengan teman sebayanya dibanding dengan keluarganya. Khususnya bagi mahasiswi yang
merantau dari kota lain dan berkuliah di Semarang. Situasi ini lebih cenderung untuk membuat
mahasiswi melakukan keputusan untuk memulai merokok bagi yang belum merokok ataupun
terus merokok bagi yang sudah menjadi perokok, karena tingkat kebebasan yang tinggi dan
pengawasan orang tua yang kurang.
Sikap mengenai rokok akan berbeda-beda bagi setiap mahasiswi tergantung dari seberapa
tinggi pengetahuan mahasiswi mengenai rokok. Secara sadar maupun tidak sadar seseorang akan
melakukan penginderaan lewat iklan yang menerpanya. Iklan merupakan pesan yang
menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media yang bertujuan
untuk menciptakan pengetahuan dan mempersuasi khalayak agar mencoba dan akhirnya
membeli produk yang ditawarkan.
Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan mencari tahu bagaimanakah hubungan antara intensitas terpaan
iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di
kalangan mahasiswi di semarang?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas
terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan keputusan
merokok di kalangan mahasiswi di semarang, baik mahasiswi yang belum menjadi perokok
maupun yang sudah menjadi perokok.
Kerangka Teori
Social cognitive dari Albert Bandura
Dalam social cognitive theory keputusan akan terjadi jika seseorang melihat peristiwa
yang menarik perhatiannya dari model yang menampilkan suatu perilaku dan menghasilkan nilai
dan sesuai harapan. Melalui hal tersebut, seseorang akan mengembangkan harapan-harapan
tentang apa yang akan terjadi jika ia melakukan perilaku yang sama dengan model. Harapanharapan
ini akan mempengaruhi hasil pengambilan keputusannya untuk berperilaku. Tetapi,
proses ini akan bergantung oleh sejauh mana seseorang tersebut mengidentifikasi dirinya dengan
model dan sejauh mana ia merasa sesuatu yang dilakukannya sesuai dengan harapannya.
Bandura menjelaskan dalam social cognitive theory terdapat empat tahapan proses:
proses perhatian (attention), proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris
(reproduction) dan proses motivasional (Rakhmat, 2007: 240).
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Semarang yang pernah diterpa iklan rokok dan
mempunyai peer group yang merokok. Jumlah mahasiswi dalam populasi ini tidak diketahui
jumlah pastinya.
sebanyak 40 orang.
Teknik Sampling
nonprobability sampling (metode tak acak) dengan proses sampling accidental.
Sumber Data
Data primer
Sumber data utama yang diperoleh langsung dari responden di lapangan, melalui wawancara
untuk mengisi kuesioner yang akan diisi oleh 40 responden.
Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari dokumen dan arsip-arsip yang sudah
dikumpulkan oleh pihak lain, serta sumber-sumber lain yang mempunyai relevansi dengan
masalah yang sedang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
TINGKAT TERPAAN IKLAN ROKOK, KONFORMITAS PEER GROUP, DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEROKOK DIKALANGAN MAHASISWI
DISEMARANG.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas instrument Penelitian
Sebelum suatu instrument digunakan untuk mengambil data maka terlebih dahulu akan
dilakukan uji coba atas instrument yang telah disusun. Hal ini bertujuan untuk menentukan butirbutir
instrument yang sah. Instrument yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrument yang reliable adalah
instrument yang akan menghasilkan data yang sama bila digunakan untuk beberapa kali dalam
mengukur obyek yang sama.
Penentuan butir yang sah menggunakan teknik konsistensi internal, yaitu dengan
mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Untuk mendapatkan koefisien korelasi
antara skor total, digunakan teknik korelasi Product Momment dari Carl Pearson. Uji coba
penelitian ini dilakukan pada 40 mahasiswi. Setelah kuesioner terkumpul semua, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah memberi skor pada tiap butir instrument dan skor
kasar dari kuesioner tersebut kemudian dimasukkan dalam tabulasi untuk diuji validitas dan
reliabilitasnya.
Pada penelitian ini perhitungan validitas dan reliabilitasnya menggunakan bantuan program
SPSS 17. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table untuk
degree of freedom (df) = n-2,dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jumlah sampel dalam uji
coba ini adalah (n) = 40 dan besarnya df dapat dihitung 40-2 = 38 dengan alpha 0,05 didapat r
table = 0,3120 (dengan melihat r table pada df 38 dengan uji dua sisi). Valid atau tidaknya
pertanyaan diketahui dengan cara membandingkan Correlated Item- Totalcorrelation dengan
hasil perhitungan r table 0,3120. Jika r hitung lebih besar dari r table dan nilai positif, maka
pertanyaan itu dinyatakan valid.
Pada pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara One Shot atau pengukuran sekali saja.
Nugroho (2005: 72) menjelaskan bahwa SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas
dengan uji statistic Cronbach „ s Alpha > 0,60.
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument-instrumen dalam kuesioner akan
ditampilkan dalam table 3.1 berikut :
Table 3.1.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pertanyaan Kuesioner
NO INDIKATOR ITEM DITERIMA ITEM GUGUR TOTAL
1 Kuantitas terpaan - 1 , 2 2
2 Kualitas terpaan 3 , 4 5 , 6 4
3 Kekompakan 10 , 11 , 14 , 15 , 16 , 17 1 , 2 , 12 , 13 10
4 Kesepakatan 6 , 7 , 8 9 4
5 Ketaatan 3 , 4 , 5 - 3
6 Keputusan Merokok
Non Perokok
1 , 2 , 3 - 3
7 Keputusan Merokok
Perokok
1 , 2 , 3 - 3
TOTAL 23 8 29
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Kualitas Terpaan Iklan Rokok
Kualitas terpaan iklan rokok merupakan aspek psikologis yang merupakan perhatian yang
diberikan seseorang terhadap suatu iklan rokok. Kualitas terpaan yang dimiliki oleh mahasiswi di
Semarang tergolong tinggi terhadap terpaan iklan rokok.
Gambar 3.1
Hasil Jawaban Variabel Terpaan Iklan Rokok
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Dari hasil penghitungan tersebut maka interval kelasnya tampak pada table 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Pengelompokan Kelas Terpaan Iklan Rokok
INTERVAL INDIKATOR
10 ≥ - ≤ 12 Tinggi
7 ≥ - ≤ 9 Sedang
4 ≥ - ≤ 6 Rendah
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
3.4 Tingkat Konformitas Peer Group
Konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dalam kelompok teman sebaya
terhadap anggotanya, namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menimbulkan perilaku
tertentu pada anggota kelompok tersebut. Seorang anak seringkali melakukan konformitas agar
diterima dalam kelompok dan menjaga hubungan sosialnya agar tetap harmonis. Konformitas
mempunyai tiga indicator antara lain kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan.
42% dari 40 responden mahasiswi di Semarang memiliki tingkat konformitas terhadap
peer group yang tinggi. Sebanyak 40 % dari mahasiswi tersebut mempunyai tingkat konformitas
yang sedang dan sisanya yaitu sebesar 18 % memiliki konformitas terhadap kelompoknya
dengan tingkat yang rendah. Dapat dibuktikan pada gambar 3.5 di bawah ini ;
Gambar 3.5
Diagram Tingkat Konformitas terhadap Peer Group
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswi tersebut mempunyai tingkat konformitas
terhadap peer group mereka dengan kategori yang tinggi. Hal ini karena tingkat ketaatan dan
kekompakan yang mereka miliki sedang, meskipun hanya kesepakatan mereka terhadap
pendapat dan keputusan kelompok tinggi.
3.5 Keputusan Merokok
Dalam menentukan pengambilan keputusan merokok, indicator yang digunakan adalah
bagi mahasiswi perokok, mereka akan memutuskan untuk terus merokok. Sedangkan untuk
mahasiswi yang belum menjadi perokok atau non perokok, mereka akan mengambil keputusan
untuk memulai merokok.
3.5.1 Mahasiswi Non-Perokok
Tabel 3.5
Pengelompokan Norma Keputusan Merokok Mahasiswi
INTERVAL INDIKATOR
9,5 ≥ - ≤ 15 Ya
3 ≥ - ≤ 9,4 Tidak
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Dan hasil dari variable ini,memperoleh tanggapan 12 mahasiswi dari 40 responden di
Semarang yang menjadi responden penelitian terhadap pengambilan keputusan merokok adalah
75 % dari 12 responden mahasiswi non-perokok di Semarang memutuskan untuk tidak memulai
untuk merokok. Sebanyak 25 % dari mahasiswi non-perokok tersebut memutuskan untuk
memulai untuk merokok. Dapat dilihat lebih lanjut pada Gambar 3.6
Gambar 3.6
Diagram Keputusan Merokok Non-Perokok
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswi non-perokok tersebut sebagian besar
memutuskan untuk tidak memulai untuk merokok. Mungkin memang keberadaan peer group
yang merokok dan juga terpaan iklan kurang mampu untuk membuat mereka memutuskan untuk
mulai merokok.
3.5.2 Mahasiswi Perokok
Banyak responden yang dilibatkan dalam penelitian ini merupakan perokok, yaitu berjumlah 28
mahasiswi dari 40 mahasiswi, dan hasil jawaban dari mereka adalah 93 % dari 28 responden
mahasiswi perokok di Semarang memutuskan untuk terus merokok. Sisanya sebanyak 7 % dari
mahasiswi perokok tersebut memutuskan untuk tidak meneruskan merokok. Dapat dilihat pada
gambar 3.7 di bawah ini :
Gambar 3.7
Diagram Keputusan Merokok Perokok
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswi perokok tersebut sebagian besar
memutuskan untuk terus merokok. Hal ini dapat terjadi karena tingkat konformitas peer group
mereka yang tinggi dan terpaan iklan rokok yang sedang.
HUBUNGAN TERPAAN IKLAN ROKOK DAN TINGKAT KONFORMITAS PEER
GROUP DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEROKOK DIKALANGAN
MAHASISWI DI SEMARANG
Untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas (X) yaitu hubungan terpaan iklan
rokok (X1) dan tingkat konformitas peer group (X2) yang dihubungkan dengan variabel terikat
pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiwi di Semarang baik yang sudah menjadi
perokok (Y1) maupun mahasiswi yang belum menjadi perokok (Y2) peneliti menggunakan
analisis korelasi dengan bantuan aplikasi komputer SPSS 17.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian hubungan terpaan iklan produk rokok dan tingkat konformitas
kelompok sebaya dengan pengambilan keputusan merokok digunakan alat uji statistik Kendall
melalui program SPSS 17. Kriteria hasil uji statistik mengenai signifikansi hasil penelitian
sebagai berikut :
i. Jika nilai signifikansi < 0,01 : hubungan antar variabel sangat signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Maka hipotesis penelitian dapat diterima.
ii. Jika nilai signifikansi < 0,05 : hubungan antar variabel sangat signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Maka hipotesis penelitian dapat diterima.
iii. Jika nilai signifikansi > 0,05 : hubungan antar variabel tidak signifikan pada taraf
kepercayaan 95%. Maka hipotesis penelitian dapat ditolak.
Untuk menentukan seberapa kuat hubungan diantara 3 variabel, akan digunakan pedoman
sebagai berikut (Santoso dan Fandy Tjiptono, 1997 : 177) :
1. Korelasi antara 0 – 0,5 merupakan korelasi lemah.
2. Korelasi antara 0,5 – 1 merupakan korelasi kuat
Hipotesis 1 (H1) : Terdapat hubungan positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi
perokok di Semarang.
Tabel 4.1
Hasil Uji Kendall W Responden Non-Perokok
N 40
Kendall‟s W (a) .906
Chi-Square 72.456
Df 2
Asymp. Sig. .000
A Kendall‟s Coefficient Concordance
Sumber : data yang diolah 2010
Demikian uji hubungan antara terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group
dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi non-perokok di Semarang.
Dengan demikian hipotesis 1 (H1) yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan
positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan
keputusan merokok di kalangan mahasiswi non-perokok di Semarang dapat diterima.
Hipotesis 2 (H2) : Terdapat hubungan positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi
non-perokok di Semarang.
Tabel 4.2
Hasil Uji Kendall W Responden Perokok
N 40
Kendall‟s W (a) .779
Chi-Square 62.359
Df 2
Asymp. Sig. .000
A Kendall‟s Coefficient Concordance
Sumber : data yang diolah 2010
Demikian uji hubungan antara terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group
dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi perokok di Semarang.
Dengan demikian hipotesis 2 (H2) yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan
positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group dengan pengambilan
keputusan merokok di kalangan mahasiswi perokok di Semarang dapat diterima.
Analisis dan Interpretasi
Mahasiswi dengan terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group yang tinggi
secara signifikan lebih memiliki kecenderungan untuk terus merokok daripada mereka yang
memiliki terpaan dan tingkat konformitas peer group yang rendah. Begitu juga halnya dengan
mahasiswi non-perokok, Mahasiswi dengan terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer
group yang tinggi secara signifikan lebih memiliki kecenderungan untuk memulai merokok
daripada mereka yang memiliki terpaan dan tingkat konformitas peer group yang rendah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terpaan iklan rokok yang diterima akan dapat menuntun mahasiswi
untuk tetap terus merokok atau memulai untuk merokok. Pada prakteknya iklan rokok
memelihara citra produk dan makna penawaran dalam benak konsumen. Pemasar memahami
dan mengeksplorasi nilai yang melekat pada endorser, tag line dan visualisasi iklan dalam
bentuk citra positif. Citra positif tersebut selanjutnya ditransfer kepada merek produk rokok
tersebut. Hal ini dilakukan dengan harapan konsumen mempersepsikan produk rokok dengan
asosiasi yang positif.
Pandangan positif mahasiswi dari pengalaman merek tersebut akan dikembangkan melalui
lingkungan sosialnya. Hal ini karena pembentukan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh proses
belajar (sosialisasi) berupa pergaulan atau interaksi sosial. Interaksi social ialah suatu proses
dimana individu memperhatikan dan merespon individu lain sehingga dibalas dengan suatu
perilaku tertentu. Reaksi yang ditimbulkan mengindikasikan bahwa individu tersebut
memperhatikan orang yang memberi stimulus sehingga terjadi interaksi sosial. Salah satu
interaksi sosial yang dapat diamati adalah interaksi sosial dalam komunikasi kelompok berupa
konformitas kelompok.
Seorang mahasiswi mengamati peristiwa dari lingkungannya dan memperlajarinya melalui
proses perhatian (social learning). Peristiwa yang menarik perhatian adalah yang menonjol,
sederhana, dan berulang-ulang seperti penayangan iklan rokok. Setelah mahasiswi
memperhatikan informasi dari iklan, mereka menyimpan hasil pengamatan dalam memori
mereka. Proses membuat gambaran mental terhadap peristiwa yang diamati (visual imagery) dan
menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa merupakan proses retention.
Selanjutnya adalah proses reproduksi motoris (reproduction), menghasilkan kembali
perilaku yang diamati. Mahasiswi cenderung memulai merokok dan meneruskan tetap merokok
apabila didukung oleh lingkungan peer group mereka. Pada akhirnya bila penerapan perilaku
yang diamati menghasilkan nilai dan sesuai harapan, mereka akan mengadopsi perilaku tersebut
dan mengulang kembali pada waktu yang akan datang.
Kesimpulan
Menurut hasil penelitian hubungan terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas peer group
dengan pengambilan keputusan merokok dikalangan mahasiswi di Semarang mendapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang positif antara terpaan iklan rokok dan tingkat konformitas
peer group dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan mahasiswi nonperokok
di Semarang. Dimana semakin tinggi terpaan iklan rokok dan semakin
tinggi tingkat konformitas peer group, semakin mendorong mahasiswi non-perokok
untuk memulai merokok. Hubungan antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas kelompok sebaya dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan
mahasiswi non-perokok di Semarang merupakan hubungan yang sangat signifikan,
dengan demikian antara ketiga variable tersebut berhubungan erat satu sama lain.
2. Terdapat hubungan yang positif juga antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas peer group dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan
mahasiswi perokok di Semarang. Dimana semakin tinggi terpaan iklan rokok dan
semakin tinggi tingkat konformitas peer group, semakin mendorong mahasiswi
perokok untuk memulai merokok. Hubungan antara terpaan iklan rokok dan tingkat
konformitas kelompok sebaya dengan pengambilan keputusan merokok di kalangan
mahasiswi perokok di Semarang merupakan hubungan yang sangat signifikan,
dengan demikian antara ketiga variable tersebut berhubungan erat satu sama lain.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro & Lukiati K E. (2007). Komunikasi Masa : Suatu Pengantar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Bandura, A. 2001. Social Cognitive Theory: An Agentive perspective. Annual Review of
Psychology, 52, 1-26. Dalam Pulkkinen, Jyrki. 2003. The Paradigms of e-Education.
Baron, R.A, & Byrne, D.(1994). Social Psychology : Understanding Human Interaction
(edisi ke-7). Needham Heights, MA : Allyn & Bacon.
Botvin, Gilbert J dkk. (1993).Smoking Behavior of Adolescents Exposed to Cigarette
Advertising. Public Health Report Vol.108 No 2. New York : Cornell University Medical
College.
Bryant, Jennings dan Dolf Zillmann. (2002). Media Effects Advances in Theory and
Research. NJ : LEA.
Bungin, Burhan. (2001). Erotika Media Massa. Surakarta : University Press.
Burton, Graeme. 2008. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta : Jalasutra.
Durianto, Darmadi, dkk. (2001). Strategi Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Effendi, Onong Ochjana. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Engel, James F, Roger P Blackwell, dan Paul W Miniard. 1995. Perilaku Konsumen Jilid
2. Jakarta : Binarupa Aksara.
Fatimah, Nurul. (2010).Hubungan Terpaan Produk Rokok di Televisi dan Tingkat
Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kecenderungan Perilaku Merokok. Tidak diterbitkan.
Semarang: FISIP Universitas Diponegoro.
Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju.
Kasali, Rhenald. 1995.Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Keller, Kevin Lane. (1998). Building Measuring and Managing Brand Equity. Englewood
Clifford, New Jersey : Prentice Hall Inc.
Komalasari, Dian dan Avin F H.(2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada
Remaja. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku merokok_avin.pdf.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Mar‟at. (1981). Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : PT Ghalia Indonesia.
McQuail, Denis.1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga.
Nugroho, Bhuono Agung. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Yogyakarta : ANDI.
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.
Oktarinda, 2010, http://bataviase.co.id/node/2048
Prasetijo, Ristiyani, dan John J.O.I Ihalauw.(2003). Perilaku Konsumen. Salatiga : Fakultas
Ekonomi UKSW.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rasyid, Anuar, 2009. Pengaruh Sikap Siswa SMA Muhammadiyah Bangkinang terhadap
Bahaya Narkoba sebagai Efek Sosialis. Skripsi. Riau : Universitas Riau.
Rika. 2011. Gambaran Perubahan Perilaku Merokok pada Mahasiswi Kesehatan
Masyarakat di Kota Semarang Tahun 2011. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Santrock, John W. 1996. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S.W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta : Erlangga.
Sears, D dan Peplau, L.A.(1994). Psikologi Sosial. Alih Bahasa : Michael, A. Jilit Kedua.
Jakarta : Erlangga.
Shadel, William G dkk. 2008. Exposure to Cigarette Advertising and Adolescents‟
Intention to Smoke . The Moderating Role of the Developing Self Concept. Journal of Pediatric
Psychology vol 33 no 7. Oxford : Oxford University Press.
Shimp, Terence. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Jakarta : Erlangga.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (editor). (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta
: LP3ES.
Sugiyono, DR. 2000. Metode Penelitian. Bandung : CV Alvabeta.
Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : Rosdakarya.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : ANDI.
Trisnanto, Adhy. 2007. Cerdas Beriklan. Yogyakarta : Galangpress.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo
Zen, Bambang Hakim. (2007). Hubungan Antara Sikap Tentang Pesan Bahaya Merokok
dan Ketertarikan Personal Lingkungan Perokok dengan Perilaku Merokok. Tidak diterbitkan.
Semarang: FISIP Universitas Diponegoro.
(Anonim, 2009, http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/458-rokokmembunuh
lima-juta-orang-setiap-tahun.html) .
(Anonim,2013, http://www.neraca.co.id/index.php/harian/article/23536/Nilai.Pen jualan.
Rokok.Nasional.Bakal.Capai.Rp.233.Triliun#.UUV0vTfotuk).
(Anonim,2012, http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/01/130124_maja
lahlain_perempuan_perokok.html ).
(Anonim, 2009, http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/458-rokokmembunuh-
lima-juta-orang-setiap-tahun.html).
(Antara, 2012, http://www.regionaltimur.com/index.php/perokok-wanita-di-indonesianaik-
lima-kali-lipat/)
(Danto, 2010, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/09/02/10292668/
Industri.Rokok. Kian.Tak.Terbendung).
(Nurmayanti, 2012, http://www.tembakausehat.com/index.php/berita/400-pangsa-pasarphilip-
morris-diindonesia-naik-jadi-334)
(Pramesthi, Olivia Lewi, 2012, http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05 /meningkatperokok-
pemula-di-indonesia).
(Rika, 2011. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx =4311)
(Sila Ananda, Kun, 2012, http://www.merdeka.com/sehat/wanita-perokok-ringan-berisikomati-
mendadak.html).
(Wahyuningsih, Merry, 2012, http://health.detik.com/read/2012/04/26/142725/
1902318/763/ylki-di-indonesia-rokok-dijual-bebas-seperti-beras)
(Yuliana, Rika, 2011.http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&i dx=4311)
http://psycholocious.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-sosial-albertbandura.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial
http://odasamodra.wordpress.com/2013/02/25/teori-kognitif-sosial-bandura/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39229/3/Chapter%20II.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/pembuat-keputusan/
http://oro.open.ac.uk/35093/
http://www.youtube.com/watch?v=v-SFvtFCpjQ
http://www.youtube.com/watch?v=HBHng8zd5GI
http://www.youtube.com/watch?v=FfgdKR9ZS94
http://www.youtube.com/watch?v=Yr2sKIN0vo4
http://www.youtube.com/watch?v=YUgz6EG9hs4

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.