BibTex Citation Data :
@article{IO4291, author = {Tommy Ardianto and Taufik Suprihatini and Adi Nugroho}, title = {Interpretasi Khalayak Terhadap Adegan Kekerasan Dalam Tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3}, journal = {Interaksi Online}, volume = {2}, number = {1}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Interpretasi Khalayak Terhadap Adegan Kekerasan Dalam Tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yang hanya menghibur tapi juga memberikan pendidikan ternyata menonjolkan unsur kekerasan di dalamnya baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interpretasi khalayak terhadap adegan kekerasan fisik maupun verbal yang terdapat dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Teori yang digunakan yaitu Teori Stimulasi Agresif (John Vivian,1995), Teori Pembelajaran Sosial (Albert Bandura,1996), dan Teori Kekerasan (Johan Galtung,1992). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,yang memerlukan keterlibatan yang lebih mendalam dengan penonton itu sendiri, termasuk teknik wawancara untk mengetahui perilaku penonton dalam kaitannya dengan konsumsi media,dengan pendekatan analisis resepsi yang bertujuan untuk menemukan bagaimana khalayak dengan konteks sosial dan latar belakang yang berbeda membuat bermacam-macam pengertian mengenai teks media.Penelitian ini merupakan kajian paradigma interpretative atau content media berupa teks. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indepth interview kepada enam informan yang telah dipilih oleh peneliti yakni khalayak anak SMA yang aktif menonton sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. (Rayner, Wall dan Kruger,2004:96) Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan pembagian posisi khalayak menurut Stuart Hall ada tiga yakni posisi dominan hegemonik, posisi dinegosiasikan, dan posisi oposisional. Seperti informan 1 yang masuk dalam oposisional meihat sinetron ini dari segi alur ceritanya yang diceritakan oleh Si Madun yang selalu pantang menyerah dan ingin menjadi pemain sepak bola yang hebat. Sedangkan informan 2 yang masuk posisi dinegosiasikan menganggap bahwa adegan kekerasan dalam sinetron ini hanya sebagian dari akting, meskipun informan ini juga tidak terlalu suka dengan adegan kekerasan tersebut, kemudian informan 3 yang masuk dalam dominan hegemonik menganggap bahwa adegan kekerasan ini tidak baik untuk perkembagan remaja yang menontonnya dan hanya membuang waktu saja. Informan 4 masuk dalam dominan hegemonic karena sinetron tersebut dianggap tidak layak ditonton setiap hari karena terdapat adegan kekerasannya.Sedangkan informan 5 masuk dalam dinegosiasikan karena informan ini tidak suka dengan adegan kekerasannya namun adegan verbalnya tidak perlu dihilangkan karena adegan tersebut menghibur.Informan 6 masuk oposisional karena informan ini lebih melihat dari segi alur ceritanya yang menarik tentang perjalanan Si Madun yang semangat dalam menjalani kehidupannya. Berdasarkan hasil FGD menunjukkan bahwa keenam informan setuju terdapat adanya adegan kekerasan di dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasasakan oleh tubuh, contoh: penganiayaan, pemukulan, menendang. Sedangkan kekerasan verbal yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa, contoh : mengejek, memfitnah, menyinggung orang lain. Kata Kunci : sinetron, media televisi, khalayak, resepsi. Audience Interpretation Against Violence Scenes Impressions Soap Opera Tendangan Si Madun Serial 3 abstract This study was conducted with a background that sinetrons kick Si 3 Serial Madun only entertain but also educate turns accentuating the violence in it either physical violence or verbal abuse . The purpose of this study was to determine how the public interpretation of the physical and verbal violence contained in the soap opera The Madun Serial kick 3 . The theory used is Aggressive Stimulation Theory ( John Vivian , 1995) , Social Learning Theory ( Albert Bandura , 1996) , and Theory of Violence ( Johan Galtung , 1992) . This study used a qualitative research method , which requires a deeper engagement with the audience itself, including interview techniques to know the behavior of the audience remedy in relation to media consumption , with a reception analysis approach that aims to discover how the social context and the audience with different backgrounds make diverse understanding of the text media.Penelitian interpretative paradigm , we study the form of text or media content . Data was collected using in-depth interview to six informants who had been chosen by the researchers active high school audience watching soap operas Madun Serial kick Si 3 . (Rayner,WallandKruger2004:96) The results of this study indicated the position of the division according to Stuart Hall audience that there are three dominant hegemonic position , the position negotiated , and oppositional position . Like the first informant who fall into this soap opera meihat oppositional terms of the plot is told by Si Madun who never give up and always wanted to be a great football player . While the two informants who entered a negotiated position assumes that violence in the show is only part of the act , although the informant is also not too happy with the scenes of violence , then the informant 3 are included in the dominant hegemonic assume that violence is not good for teenagers perkembagan watch and just a waste of time . Informant 4 into the dominant hegemonic because soap is considered not worth watching every day because there is scene 5 kekerasannya.Sedangkan informants included in the negotiated because the informant did not like the verbal scenes of violence but the scene does not need to be removed because the scene because menghibur.Informan 6 incoming oppositional this informant is more seen in terms of the plot is interesting about the Madun the journey through life in the spirit . Based on the results of focus group discussions showed that the six informants agreed there has been no violent scenes in the soap opera The Madun Serial Kick 3 , both physical violence and verbal abuse . Physical violence is real violence that can be seen , dirasasakan by the body , eg torture, beating , kicking . While verbal violence is violence that has targeted the spiritual or soul that can reduce or even eliminate the ability of normal life , eg, ridicule, slander , offend others . Keywords : soap operas , television media , audiences , receptions . BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini menceritakan perjuangan Madun untuk menjadi pesepak bola yang terkenal dan hebat, namun dilarang oleh kedua orang tuanya, disebabkan ayah dan ibunya menginginkan Madun untuk menjadi Kyai atau Ustad saja, agar meniru seperti ayahnya. Namun Madun tetap memperjuangkan cita-citanya untuk menjadi pesepak bola walaupun banyak rintangan yang harus dihadapinya dari orang tuanya maupun dari lingkungan sekitarnya. Termasuk Martin yang selalu menjadi penghalang bagi Madun saat berada di lapangan,begitu juga ayahnya Martin,yang bernama Safe’i ini selalu menggunakan berbagai cara untuk menghalangi keinginan Madun untuk menjadi pesepakbola terkenal. 1.2. Perumusan Masalah Tendangan Si Madun Serial 3 merupakan sinetron yang cukup banyak disukai karena program acara ini mempunyai unsur hiburan yang cukup banyak khususnya dalam permainan sepak bola, terutama bagi anak –anak. Apalagi isi ceritanya menampilkan teknik-teknik menendang dengan cara yang menarik sehingga penonton pun semakin ingin menonton terus, selain itu juga memberikan hiburan atau canda tawa dari para pemain. Namun tayangan ini kerap diabaikan oleh penonton mengenai adegan kekerasan yang selalu ada dalam setiap episodenya. Apalagi sebelumnya terdapat larangan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar tidak menayangkan sinetron ini, karena KPI juga melarang film naruto, Sponge Bob serta sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Untuk itulah dalam penelitian ini dirumuskan bagaimana Interpretasi khalayak terhadap tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yang di peruntukkan bagi anak-anak? 1.3. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi khalayak dalam menonton tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 di MNC TV. 1.4. Signifikansi Penelitian : 1.4.1 Signifikansi Teoritis : penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam mengkaji teori Stimulasi Agresif (Albert Bandura,1974) dan teori Pembelajaran Sosial (McCleland,1954) yang berhubungan dengan adegan-adegan kekerasan yang terdapat didalam televisi digunakan untuk mengkaji khalayak terutama anak atau remaja untuk meninterpretasikan pendapatnya terhadap tayangan sinetron. 1.4.2 Signifikansi Praktis : dalam tataran praktis, peneliti menganjurkan kepada informan yaitu para remaja yang menonton sinetron Tendangan Si Madun agar memilih tayangan yang baik dan pantas untuk ditonton yaitu acara yang jauh dari adegan kekerasan karena dapat membahayakan perkembangan dirinya,karena masa remaja merupakan masa yang cepat merekam sesuatu yang dilihat dan didengarnya secara cepat masuk ke otak sehingga butuh didampingi serta bimbingan dari orang tua. 1.4.3 Signifikansi Sosial : dalam tataran sosial, pemahaman dari penonton Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini memberikan masukan berharga agar dapat memberikan tayangan yang lebih bermanfaat dan mempunyai unsur pendidikan di dalamnya, sehingga khalayak dapat selektif untuk memilih sinetron yang layak untuk ditonton anak-anak maupun remaja. 1.5 Kerangka Pemikiran Teoritis 1.5.1 Teori Stimulasi Agresif Teori ini menjelaskan bahwa seseorang cenderung mempraktikkan kekerasan yang diganbarkan di media, bahwa khalayak dengan mudah terpengaruh atau menirukan terhadap hal-hal yang dilihat nya secara terus menerus melalui media televisi khususnya televisi.Dalam National Television Violence Study 1995-1997 menyatakan bahwa: “Menonton kekerasan di Televisi cenderung lebih meningkatkan perilaku kekerasan pemirsa dalam satu situasi di banding situasi lainnya.(Vivian,2008:487) 1.5.2 Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Selain teori stimulasi agresif , teori pendukung lainnya yaitu teori Pembelajaran Sosial , teori ini menjelaskan bahwa kita cenderung melakukan tindakan kekerasan setelah menonton tayangan kekerasan yang ada di dalam televisi. Selain itu juga menjelaskan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuat penonton merasa takut atau terjadi kekhawatiran karena televisi menanamkan didalam gamabaran dunia yang kejam dan berbahaya. Teori ini dapat menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan ditelevisi. (Winarso,2005:184) 1.5.3 Teori Kekerasan Kekerasan mengingatkan kita pada sebuah situasi yang menyakitkan dan menimbulkan dampak negatif. Kekerasan mengilustrasikan sifat, aturan sosial, yang merupakan suatu pelanggaran aturan dan reaksi sosial terhadap pelanggaran aturan yang kompleks dan seringkali bertentangan.Namun kebanyakan orang hanya memahami kekerasan sebagai suatu bentuk perilaku fisik yang kasar, keras, dan penuh dengan kekejaman. Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau yang tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan (defensive), yang disertai dengan penggunaan kekeuatan pada orang lain. (Sunarto,2009:11) 1.5. Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertentu atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset kualitatif tidak menggunakan besarnya populasi atau sampel. Persoalan kedalaman (kualitas) data lebih ditekankan daripada banyaknya (kuantitas) data. Peneliti adalah bagian integral dari data, artinya peneliti ikut dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untuk digeneralisasikan. (Kriyantono,2006:58-59) BAB II PEMBAHASAN Gambaran pengalaman didapat melalui indepth interview atau wawancara mendalam yang dilaksanakan peneliti terhadap beberapa informan terhadap kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh para informan. Informan dalam penelitian ini yaitu para pelajar yang menonton sinetron ini. Peneliti mengambil informan dari kalangan pelajar dengan alasan mereka aktif atau selalu menonton sinetron tersebut. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengetahui pendapat para informan mengenai adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Hasil dari wawancara tersebut kemudian dimasukkan dalam open coding. Open coding dilakukan untuk mendapatkan pengelompokkan hasil wawancara informan yang berbeda-beda ke dalam kategori, konsep, dan tema-tema pokok. Selanjutnya para informan dilibatkan kembali dalam focus group discussion (FGD). FGD ini digunakan untuk mengetahui pendapat dari enam informan. Pendapat dari keenam informan ini akan dianalisis menggunakan analisis resepsi dari Stuart Hall (dalam Baran dan Dennis K. Davis,2000:262) berdasarkan penggolongan interpretasi informan berdasarkan tiga posisi pemaknaan khalayak yaitu posisi dominan hegemonik, posisi dinegosiasikan, dan posisi oposisional. Enam informan dalam penelitian ini, yakni: 2.1. Identitas informan Tabel 3.1. Identitas Informan No Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Keterangan 1. Muhammad Fikar Prasetya 16 Laki-laki SMA Informan 1 2. Sekar Sae Khoirunnisa 17 Perempuan SMA Informan 2 3. Putri Kemala Sari 16 Perempuan SMA Informan 3 4. Cahyaningtyas Wahyuningrum 15 Perempuan SMA Informan 4 5. Damar Pratama Putra 16 Laki-laki SMA Informan 5 6. Bisma Narendra 16 Laki-laki SMA Informan 6 Untuk mengetahui lebih dalam mengenai interpretasi khalayak terhadap adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, hasil wawancara dikelompokkan menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama, terkait penggunaan unsur kekerasan dalam tayangan sinetron ini yang menjadi teks dominan dalam tayangan tersebut. Dalam bahasan ini juga disertakan hasil FGD yang membahas masalah kekerasan dalam tayangan ini. Kedua, terkait dengan kapasitas tayangan Tendangan Si Madun Serial 3 sebagai sebuah program hiburan. Masing-masing tema pembahasan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa sub bahasan Pembahasan akan dikelompokkan ke dalam dua sub judul yang mengambil tema sesuai dengan interpretasi khalayak dari hasil wawancara mendalam dan satu sub judul yang berisi penggolongan interpretasi khalayak berdasarkan tiga posisi pemaknaan khalayak (posisi dominan hegemonik, posisi dinegoisasikan, dan posisi oppositional). Tiga sub judul tersebut adalah : Interpretasi khalayak terhadap tayangan sinetron Tendangan Si Madun serial 3, Komodifikasi remaja terhadap tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 terkait dengan norma di Indonesia dan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) , serta tipe dan posisi pemaknaan informan terhadap adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Menurut Stuart Hall (dalam Baran dan Dennis K. Davis, 2000:262) ada 3 (tiga) tipe posisi pemaknaan khalayak yakni Posisi Dominan Hegemonik, Posisi Dinegosiasikan, dan Posisi Oppositional : 1. Posisi Dominan Hegemonik Posisi Dominan Hegemonik : ketika preferred reading atau pendapat dari peneliti mengenai adegan kekerasan yang ada di sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 sama dengan pendapat dari informan. 2. Posisi Dinegosiasikan Posisi Dinegosiasikan : ketika preferred reading atau pendapat dari peneliti tidak sepenuhnya sependapat dengan informan mengenai adegan kekerasan yang terdapat di sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Informan ada yang berpendapat bahwa dalam sinetron tersebut mempunyai tujuan untuk menghibur. 3. Posisi Oppositional Posisi Oppositional : ketika informan sama sekali tidak sependapat dengan preferred reading atau pendapat dari peneliti mengenai adegan kekerasan tersebut, mereka berpendapat bahwa sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 tidak ada kekerasannya sama sekali,sinetron tersebut hanya bertujuan untuk menghibur. BAB III PENUTUP Penelitian mengenai interpretasi khalayak terhadap adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode analisis resepsi. Dalam pelaksanaannya, proses penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam secara tatap muka dengan enam informan. Khalayak yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan khalayak yang masih aktif menonton tayangan Tendangan Si Madun, dan pernah aktif menonton tayangan tersebut. Dalam wawancara tersebut masing –masing informan menyampaikan interpretasi mereka terkait dengan tayangan tersebut. Khalayak yang dalam hal ini merupakan penghasil makna, memaknai tayangan tersebut secara beragam, karena teks yang berbeda dapat menghasilkan pemaknaan yang beragam. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kesimpulan dari peneliti terhadap keenam informan yang mempunyai beraneka ragam pendapatnya mengenai adegan kekerasannya maupun isi dari cerita sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 bahwa mereka mempunyai pendapat masing –masing seperti informan 1 , informan 2 dan informan 3 yang berpendapat bahwa sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini lucu dan menghibur, namun mereka mempunyai ketidaksamaan pendapat sewaktu ditanya mengenai pendapatnya tentang adegan kekerasan yang terdapat dalam sinetron tersebut seperti informan 1 yang berpendapat bahwa adegan itu hanya akting yang tujuan hanya menghibur, informan 2 berpendapat bahwa tidak setuju dengan adegan keekrasan tersebut dikarenakan jika yang melihat anak-anak maka akan terjadi hal peniruan adegan kekerasan. Sedngkan informan 3 berpendapat bahwa tidak setuju terhadap adegan kekerasan itu dikarenakan sering dibuatnya kaget sewaktu adegan kekerasan itu muncul. 2. Lain lagi dengan pendapat dari informan 4, 5 dan 6 yang mempunyai pendapat yang hampir sama tentang sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yaitu suka karena sinetron ini bertema olahraga sepak bola. Informan 4 yang menyukai sinetron tersebut dikarenakan berbeda dengan sinetron lainya dan sinetron ini bertema sepak bola yang menurut informan 4 pemainnya juga keren. Mengenai adegan kekerasan tidak menjadikan masalah buat informan 4 menurutnya selagi masih ada adegan yang membuat informan 4 ini tertawa itu tidak menjadikannya masalah.Informan juga suka dengan sinetron ini dikarenakan sinetron ini bertema olah raga sepak bola yang menurutnya berbeda dengan sinetron yang lainnya. Mengenai adegan kekerasan dalam sinetron tersebut informan 5 berpendapat bahwa jam taynagnya supaya di ubah menjadi lebih malam lagi pendapat ini sama dengan pendapat dari informan 6.Informan 6 juga hampir sama dengan informan 5 suka dengan sinetron ini karena bertema sepak bola .dan mengenai adegan kekerasan informan 6 berpendapat hampir sama dengan informan 5 supaya jam tayangnya diubah menjadi lebih malam lagi. 5.2. Saran 5.2.1 Implikasi Teoritis Penelitian ini berusaha mengembangkan pemikiran akademis atau teoritik dalam kajian media dan budaya khususnya media televisi dan media anak-anak yang mengandung kekerasan. Dengan menggunakan teori Pembelajaran Sosial dari Albert Bandura yang berkaitan dengan penelitian ini yang menjelaskan bahwa tidak semua sinetron didalamnya terdapat unsur kekerasan namun juga terdapat unsur pendidikannya seperti dijelaskan dalam teori ini, acara di dalam televisi hampir sebagian mengandung unsur pendidikan dan pengetahuan yang berguna untuk menambah informasi. Dikaitkan dengan hasil penelitian yang diungkapkan semua informan bahwa menonton tayangan di televisi dilihat dari alur ceritanya dan tidak melihat dari adegan kekerasannya. Namun pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang berbeda yaitu metode penelitian kualitatif dan menggunakan unit analisis resepsi semisal acara film kartun lain yang juga mengandung unsur kekerasan didalamnya. 5.2.2. Implikasi Praktis Televisi, sebagai media yang paling digemari oleh anak-anak maupun remaja, hendaknya mendapatkan lebih banyak perhatian dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Sebagai pengatur Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS), KPI dapat memilah siaran mana yang aman untuk dikonsumsi anak-anak. Selain itu, KPI juga dapat mengajak masyarakat Indonesia supaya lebih melek media siaran (media literacy) yang mereka saksikan setiap harinya. 5.2.3. Implikasi Sosial Orang tua diharapkan mendampingi putra-putri mereka saat sedang menonton televisi. Walaupun acara-acara tersebut ditujukan untuk anak-anak maupun remaja, seringkali lebih banyak mengandung muatan negatif daripada positifnya. Orang tua juga diharapkan mampu menjadi gatekeeper (penyaring) acara mana yang boleh dikonsumsi serta acaraacara yang ternyata tidak baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Karena anakanak tanpa pengawasan orang tua dapat mengalami kesulitan untuk membedakan hal-hal yang benar-benar terrjadi pada kehidupan sehari-hari serta hal hal-ahal lain yang hanya terdapat di televisi. Selain itu, sebagai penonton pasif, mereka dpat dengan mudahnya menelan apa saja yang mereka tonton tanapa adanya filter dari orang tua, sehingga orang tua perlu waspada terhadap tayangan-tayangan yang ditujukan untuk anak-anak tetapi memiliki muatan atau konten yang tidak baik untuk masa pertumbuhan mereka, seperti contohnya adalah sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini. DAFTAR PUSTAKA BUKU: Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala Erdinaya.2005.Komunikasi Massa suatu Pengantar.Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arswendo.2008. Pengertian sinetron atau soap opera.Jakarta:Gramedia. Burhan, Bungin.1990.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:Gramedia. Burton.2007.Komunikasi Massa.Jakarta:Gramedia Byerly, Ross.2006. Kekerasan di media televisi.Bandung:Salemba Darwanto.2001.Sejarah dan perkembangan sinetron di Indonesia.Jakarta:Gramedia Dominick.1983.Teori kekerasan dalam media televisi.Jakarta:Salemba Humanika. Effendy.1996.Industri Pertelevisian Indonesia.Jakarta: Salemba Pustaka. Hadi,Baran.2008.Interview informan dan Interview guide.Jakarta:Gramedia. Hall,Storey.2007.Persepsi dalam analisis data.Jakarta:Salemba Pustaka. Jersey,Jensen.1993.Analisis Data Kualitatif.Jakarta:Salemba Pustaka. Kriyantono,Ahmad.2006.Metodologi penelitian: Pendekatan dan Tipe Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gramedia. Littlejohn, Stephen W dan Karen A.Foss.2005.Teori Komunikasi.(Terj) Jakarta:Salemba Humanika. Littlejohn, Stephen W.1996.”Communication Theory”. In Encyclopedia of Rhetoric and Composition :Communication from Ancient Times to the Information Age, edited by Theresa Enos , 117-121.New York : Garland. Lynn.H.Turner,RichardWest.2008.Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi.Jakarta: Salemba Humanika. McQuail, Denis. 1987.Mass Communication Theory. An Introduction.London:Sage. Mohammadi,Sreberny.1990.Pengertian Analisis Resepsi,Bandung:Simbiosa Rekatama Media. Rakhmat,2003.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:Gramedia Sunarto,2009.Televisi, Kekerasan, dan Perempuan.Jakarta:Gramedia Suyanto,Sujarwa.2005.Tayangan sinetron Indonesia yang mengandung unsur kekerasan.Bandung:Simbiosa Rekatama Media. Vivian,John.2008.Teori Komunikasi Massa,Edisi Kedelapan.Jakarta:Kencana. Wawan, Kuswandi.2008.Komunikasi Massa. Jakarta: Gramedia Winarso,Wiryawan.2005.Komunikasi Massa,.akarta:Gramedia Windhu.1992.Teori Kekerasan Teori John Galtung.Jakarta: Salemba Humanika. SKRIPSI: Astuti, Indri.2010. Skripsi Penelitian “Menginterpretasikan Kekerasan Dalam Tayangan Komedi (Analisis resepsi terhadap tayangan Opera Van Java di Trans 7)” Universitas Diponegoro. Tripuspita,Hana.2010. Skripsi Penelitian “Naturalisasi Kekerasan dalam komedi Opera Van Java (Analisis Semiotika)” Universitas Diponegoro. WEBSITE: Azis,I.2012.RatingSinetrondiTelevisi(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/0 7/01/ac-nielsen-rating-dan-pesanan/,diakses tanggal 11 November 2012, jam 13.00) Hermanto,Budi.2013.Acara tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Season 3(http://televisi_sinetrontendangansimadunseason3.com/,diakses tanggal 1 Juli 2013, jam 16.00) Budiono,Ardi.2013.kekerasanpadasinetronanakanak(http://wikipedia.kekerasan.sinetr onanak-anak.com/,diakses tanggal 6 Maret 2013,jam 21.00) }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/4291} }
Refworks Citation Data :
Interpretasi Khalayak Terhadap Adegan KekerasanDalam Tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3AbstrakPenelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa tayangan sinetron Tendangan SiMadun Serial 3 yang hanya menghibur tapi juga memberikan pendidikan ternyata menonjolkanunsur kekerasan di dalamnya baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interpretasi khalayak terhadap adegankekerasan fisik maupun verbal yang terdapat dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Teoriyang digunakan yaitu Teori Stimulasi Agresif (John Vivian,1995), Teori Pembelajaran Sosial(Albert Bandura,1996), dan Teori Kekerasan (Johan Galtung,1992). Penelitian ini menggunakanmetode penelitian kualitatif,yang memerlukan keterlibatan yang lebih mendalam denganpenonton itu sendiri, termasuk teknik wawancara untk mengetahui perilaku penonton dalamkaitannya dengan konsumsi media,dengan pendekatan analisis resepsi yang bertujuan untukmenemukan bagaimana khalayak dengan konteks sosial dan latar belakang yang berbedamembuat bermacam-macam pengertian mengenai teks media.Penelitian ini merupakan kajianparadigma interpretative atau content media berupa teks. Teknik pengumpulan data dilakukandengan menggunakan indepth interview kepada enam informan yang telah dipilih oleh penelitiyakni khalayak anak SMA yang aktif menonton sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. (Rayner,Wall dan Kruger,2004:96)Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan pembagian posisi khalayak menurut Stuart Hallada tiga yakni posisi dominan hegemonik, posisi dinegosiasikan, dan posisi oposisional. Sepertiinforman 1 yang masuk dalam oposisional meihat sinetron ini dari segi alur ceritanya yangdiceritakan oleh Si Madun yang selalu pantang menyerah dan ingin menjadi pemain sepak bolayang hebat. Sedangkan informan 2 yang masuk posisi dinegosiasikan menganggap bahwaadegan kekerasan dalam sinetron ini hanya sebagian dari akting, meskipun informan ini jugatidak terlalu suka dengan adegan kekerasan tersebut, kemudian informan 3 yang masuk dalamdominan hegemonik menganggap bahwa adegan kekerasan ini tidak baik untuk perkembaganremaja yang menontonnya dan hanya membuang waktu saja. Informan 4 masuk dalam dominanhegemonic karena sinetron tersebut dianggap tidak layak ditonton setiap hari karena terdapatadegan kekerasannya.Sedangkan informan 5 masuk dalam dinegosiasikan karena informan initidak suka dengan adegan kekerasannya namun adegan verbalnya tidak perlu dihilangkan karenaadegan tersebut menghibur.Informan 6 masuk oposisional karena informan ini lebih melihat darisegi alur ceritanya yang menarik tentang perjalanan Si Madun yang semangat dalam menjalanikehidupannya. Berdasarkan hasil FGD menunjukkan bahwa keenam informan setuju terdapatadanya adegan kekerasan di dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, baik itu kekerasanfisik maupun kekerasan verbal. Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat,dirasasakan oleh tubuh, contoh: penganiayaan, pemukulan, menendang. Sedangkan kekerasanverbal yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangibahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa, contoh : mengejek, memfitnah, menyinggungorang lain.Kata Kunci : sinetron, media televisi, khalayak, resepsi.Audience Interpretation Against Violence ScenesImpressions Soap Opera Tendangan Si Madun Serial 3abstractThis study was conducted with a background that sinetrons kick Si 3 Serial Madun onlyentertain but also educate turns accentuating the violence in it either physical violence or verbalabuse . The purpose of this study was to determine how the public interpretation of the physicaland verbal violence contained in the soap opera The Madun Serial kick 3 . The theory used isAggressive Stimulation Theory ( John Vivian , 1995) , Social Learning Theory ( Albert Bandura, 1996) , and Theory of Violence ( Johan Galtung , 1992) . This study used a qualitative researchmethod , which requires a deeper engagement with the audience itself, including interviewtechniques to know the behavior of the audience remedy in relation to media consumption , witha reception analysis approach that aims to discover how the social context and the audience withdifferent backgrounds make diverse understanding of the text media.Penelitian interpretativeparadigm , we study the form of text or media content . Data was collected using in-depthinterview to six informants who had been chosen by the researchers active high school audiencewatching soap operas Madun Serial kick Si 3 . (Rayner,WallandKruger2004:96)The results of this study indicated the position of the division according to Stuart Hallaudience that there are three dominant hegemonic position , the position negotiated , andoppositional position . Like the first informant who fall into this soap opera meihat oppositionalterms of the plot is told by Si Madun who never give up and always wanted to be a great footballplayer . While the two informants who entered a negotiated position assumes that violence in theshow is only part of the act , although the informant is also not too happy with the scenes ofviolence , then the informant 3 are included in the dominant hegemonic assume that violence isnot good for teenagers perkembagan watch and just a waste of time . Informant 4 into thedominant hegemonic because soap is considered not worth watching every day because there isscene 5 kekerasannya.Sedangkan informants included in the negotiated because the informantdid not like the verbal scenes of violence but the scene does not need to be removed because thescene because menghibur.Informan 6 incoming oppositional this informant is more seen in termsof the plot is interesting about the Madun the journey through life in the spirit . Based on theresults of focus group discussions showed that the six informants agreed there has been noviolent scenes in the soap opera The Madun Serial Kick 3 , both physical violence and verbalabuse . Physical violence is real violence that can be seen , dirasasakan by the body , eg torture,beating , kicking . While verbal violence is violence that has targeted the spiritual or soul thatcan reduce or even eliminate the ability of normal life , eg, ridicule, slander , offend others .Keywords : soap operas , television media , audiences , receptions .BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangSinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini menceritakan perjuangan Madun untukmenjadi pesepak bola yang terkenal dan hebat, namun dilarang oleh kedua orang tuanya,disebabkan ayah dan ibunya menginginkan Madun untuk menjadi Kyai atau Ustad saja,agar meniru seperti ayahnya. Namun Madun tetap memperjuangkan cita-citanya untukmenjadi pesepak bola walaupun banyak rintangan yang harus dihadapinya dari orangtuanya maupun dari lingkungan sekitarnya. Termasuk Martin yang selalu menjadipenghalang bagi Madun saat berada di lapangan,begitu juga ayahnya Martin,yangbernama Safe’i ini selalu menggunakan berbagai cara untuk menghalangi keinginanMadun untuk menjadi pesepakbola terkenal.1.2. Perumusan MasalahTendangan Si Madun Serial 3 merupakan sinetron yang cukup banyak disukaikarena program acara ini mempunyai unsur hiburan yang cukup banyak khususnyadalam permainan sepak bola, terutama bagi anak –anak. Apalagi isi ceritanyamenampilkan teknik-teknik menendang dengan cara yang menarik sehingga penontonpun semakin ingin menonton terus, selain itu juga memberikan hiburan atau canda tawadari para pemain.Namun tayangan ini kerap diabaikan oleh penonton mengenai adegan kekerasanyang selalu ada dalam setiap episodenya. Apalagi sebelumnya terdapat larangan dariKomisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar tidak menayangkan sinetron ini, karena KPI jugamelarang film naruto, Sponge Bob serta sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Untukitulah dalam penelitian ini dirumuskan bagaimana Interpretasi khalayak terhadaptayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yang di peruntukkan bagi anak-anak?1.3. Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi khalayak dalam menontontayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 di MNC TV.1.4. Signifikansi Penelitian :1.4.1 Signifikansi Teoritis : penelitian ini secara teoritis diharapkan mampumemberikan kontribusi dalam mengkaji teori Stimulasi Agresif (AlbertBandura,1974) dan teori Pembelajaran Sosial (McCleland,1954) yangberhubungan dengan adegan-adegan kekerasan yang terdapat didalam televisidigunakan untuk mengkaji khalayak terutama anak atau remaja untukmeninterpretasikan pendapatnya terhadap tayangan sinetron.1.4.2 Signifikansi Praktis : dalam tataran praktis, peneliti menganjurkan kepadainforman yaitu para remaja yang menonton sinetron Tendangan Si Madun agarmemilih tayangan yang baik dan pantas untuk ditonton yaitu acara yang jauhdari adegan kekerasan karena dapat membahayakan perkembangandirinya,karena masa remaja merupakan masa yang cepat merekam sesuatuyang dilihat dan didengarnya secara cepat masuk ke otak sehingga butuhdidampingi serta bimbingan dari orang tua.1.4.3 Signifikansi Sosial : dalam tataran sosial, pemahaman dari penonton SinetronTendangan Si Madun Serial 3 ini memberikan masukan berharga agar dapatmemberikan tayangan yang lebih bermanfaat dan mempunyai unsurpendidikan di dalamnya, sehingga khalayak dapat selektif untuk memilihsinetron yang layak untuk ditonton anak-anak maupun remaja.1.5 Kerangka Pemikiran Teoritis1.5.1 Teori Stimulasi AgresifTeori ini menjelaskan bahwa seseorang cenderung mempraktikkan kekerasan yangdiganbarkan di media, bahwa khalayak dengan mudah terpengaruh atau menirukanterhadap hal-hal yang dilihat nya secara terus menerus melalui media televisi khususnyatelevisi.Dalam National Television Violence Study 1995-1997 menyatakan bahwa:“Menonton kekerasan di Televisi cenderung lebih meningkatkan perilaku kekerasanpemirsa dalam satu situasi di banding situasi lainnya.(Vivian,2008:487)1.5.2 Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)Selain teori stimulasi agresif , teori pendukung lainnya yaitu teori PembelajaranSosial , teori ini menjelaskan bahwa kita cenderung melakukan tindakan kekerasansetelah menonton tayangan kekerasan yang ada di dalam televisi. Selain itu jugamenjelaskan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuatpenonton merasa takut atau terjadi kekhawatiran karena televisi menanamkan didalamgamabaran dunia yang kejam dan berbahaya. Teori ini dapat menganalisis kemungkinandampak kekerasan yang ditayangkan ditelevisi. (Winarso,2005:184)1.5.3 Teori KekerasanKekerasan mengingatkan kita pada sebuah situasi yang menyakitkan danmenimbulkan dampak negatif. Kekerasan mengilustrasikan sifat, aturan sosial, yangmerupakan suatu pelanggaran aturan dan reaksi sosial terhadap pelanggaran aturan yangkompleks dan seringkali bertentangan.Namun kebanyakan orang hanya memahamikekerasan sebagai suatu bentuk perilaku fisik yang kasar, keras, dan penuh dengankekejaman. Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yangterbuka (overt) atau yang tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive)atau bertahan (defensive), yang disertai dengan penggunaan kekeuatan pada orang lain.(Sunarto,2009:11)1.5. Metode Penelitian1.7.1 Pendekatan dan Tipe PenelitianTipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata tertentu atau lisan dari orang-orang dan perilaku yangdapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untukmenjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.Riset kualitatif tidak menggunakan besarnya populasi atau sampel. Persoalan kedalaman(kualitas) data lebih ditekankan daripada banyaknya (kuantitas) data. Peneliti adalahbagian integral dari data, artinya peneliti ikut dalam menentukan jenis data yangdiinginkan. Peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan.Oleh karena itu, penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untukdigeneralisasikan. (Kriyantono,2006:58-59)BAB IIPEMBAHASANGambaran pengalaman didapat melalui indepth interview atau wawancaramendalam yang dilaksanakan peneliti terhadap beberapa informan terhadap kegiatankomunikasi yang dilakukan oleh para informan.Informan dalam penelitian ini yaitu para pelajar yang menonton sinetron ini.Peneliti mengambil informan dari kalangan pelajar dengan alasan mereka aktif atauselalu menonton sinetron tersebut. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengetahuipendapat para informan mengenai adegan kekerasan dalam tayangan sinetron TendanganSi Madun Serial 3. Hasil dari wawancara tersebut kemudian dimasukkan dalam opencoding. Open coding dilakukan untuk mendapatkan pengelompokkan hasil wawancarainforman yang berbeda-beda ke dalam kategori, konsep, dan tema-tema pokok.Selanjutnya para informan dilibatkan kembali dalam focus group discussion (FGD). FGDini digunakan untuk mengetahui pendapat dari enam informan. Pendapat dari keenaminforman ini akan dianalisis menggunakan analisis resepsi dari Stuart Hall (dalam Barandan Dennis K. Davis,2000:262) berdasarkan penggolongan interpretasi informanberdasarkan tiga posisi pemaknaan khalayak yaitu posisi dominan hegemonik, posisidinegosiasikan, dan posisi oposisional.Enam informan dalam penelitian ini, yakni:2.1. Identitas informanTabel 3.1. Identitas InformanNo Nama Usia JenisKelaminPendidikan Keterangan1. Muhammad Fikar Prasetya 16 Laki-laki SMA Informan 12. Sekar Sae Khoirunnisa 17 Perempuan SMA Informan 23. Putri Kemala Sari 16 Perempuan SMA Informan 34. Cahyaningtyas Wahyuningrum 15 Perempuan SMA Informan 45. Damar Pratama Putra 16 Laki-laki SMA Informan 56. Bisma Narendra 16 Laki-laki SMA Informan 6Untuk mengetahui lebih dalam mengenai interpretasi khalayak terhadap adegankekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, hasil wawancaradikelompokkan menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama, terkait penggunaan unsurkekerasan dalam tayangan sinetron ini yang menjadi teks dominan dalam tayangantersebut. Dalam bahasan ini juga disertakan hasil FGD yang membahas masalahkekerasan dalam tayangan ini. Kedua, terkait dengan kapasitas tayangan Tendangan SiMadun Serial 3 sebagai sebuah program hiburan. Masing-masing tema pembahasan inimasih dibagi lagi ke dalam beberapa sub bahasanPembahasan akan dikelompokkan ke dalam dua sub judul yang mengambil temasesuai dengan interpretasi khalayak dari hasil wawancara mendalam dan satu sub judulyang berisi penggolongan interpretasi khalayak berdasarkan tiga posisi pemaknaankhalayak (posisi dominan hegemonik, posisi dinegoisasikan, dan posisi oppositional).Tiga sub judul tersebut adalah : Interpretasi khalayak terhadap tayangan sinetronTendangan Si Madun serial 3, Komodifikasi remaja terhadap tayangan sinetronTendangan Si Madun Serial 3 terkait dengan norma di Indonesia dan Pedoman PerilakuPenyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) , serta tipe dan posisi pemaknaaninforman terhadap adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si MadunSerial 3.Menurut Stuart Hall (dalam Baran dan Dennis K. Davis, 2000:262) ada 3 (tiga) tipeposisi pemaknaan khalayak yakni Posisi Dominan Hegemonik, Posisi Dinegosiasikan,dan Posisi Oppositional :1. Posisi Dominan HegemonikPosisi Dominan Hegemonik : ketika preferred reading atau pendapat daripeneliti mengenai adegan kekerasan yang ada di sinetron Tendangan Si Madun Serial3 sama dengan pendapat dari informan.2. Posisi DinegosiasikanPosisi Dinegosiasikan : ketika preferred reading atau pendapat dari penelititidak sepenuhnya sependapat dengan informan mengenai adegan kekerasan yangterdapat di sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Informan ada yang berpendapatbahwa dalam sinetron tersebut mempunyai tujuan untuk menghibur.3. Posisi OppositionalPosisi Oppositional : ketika informan sama sekali tidak sependapat denganpreferred reading atau pendapat dari peneliti mengenai adegan kekerasan tersebut,mereka berpendapat bahwa sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 tidak adakekerasannya sama sekali,sinetron tersebut hanya bertujuan untuk menghibur.BAB IIIPENUTUPPenelitian mengenai interpretasi khalayak terhadap adegan kekerasan dalam tayangansinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini merupakan penelitian dengan menggunakanmetode analisis resepsi. Dalam pelaksanaannya, proses penelitian ini dilakukan denganmenggunakan teknik wawancara mendalam secara tatap muka dengan enam informan.Khalayak yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan khalayak yang masihaktif menonton tayangan Tendangan Si Madun, dan pernah aktif menonton tayangantersebut. Dalam wawancara tersebut masing –masing informan menyampaikaninterpretasi mereka terkait dengan tayangan tersebut. Khalayak yang dalam hal inimerupakan penghasil makna, memaknai tayangan tersebut secara beragam, karena teksyang berbeda dapat menghasilkan pemaknaan yang beragam.5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Kesimpulan dari peneliti terhadap keenam informan yang mempunyai beranekaragam pendapatnya mengenai adegan kekerasannya maupun isi dari cerita sinetronTendangan Si Madun Serial 3 bahwa mereka mempunyai pendapat masing –masingseperti informan 1 , informan 2 dan informan 3 yang berpendapat bahwa sinetronTendangan Si Madun Serial 3 ini lucu dan menghibur, namun mereka mempunyaiketidaksamaan pendapat sewaktu ditanya mengenai pendapatnya tentang adegankekerasan yang terdapat dalam sinetron tersebut seperti informan 1 yang berpendapatbahwa adegan itu hanya akting yang tujuan hanya menghibur, informan 2berpendapat bahwa tidak setuju dengan adegan keekrasan tersebut dikarenakan jikayang melihat anak-anak maka akan terjadi hal peniruan adegan kekerasan. Sedngkaninforman 3 berpendapat bahwa tidak setuju terhadap adegan kekerasan itudikarenakan sering dibuatnya kaget sewaktu adegan kekerasan itu muncul.2. Lain lagi dengan pendapat dari informan 4, 5 dan 6 yang mempunyai pendapat yanghampir sama tentang sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yaitu suka karenasinetron ini bertema olahraga sepak bola. Informan 4 yang menyukai sinetron tersebutdikarenakan berbeda dengan sinetron lainya dan sinetron ini bertema sepak bola yangmenurut informan 4 pemainnya juga keren. Mengenai adegan kekerasan tidakmenjadikan masalah buat informan 4 menurutnya selagi masih ada adegan yangmembuat informan 4 ini tertawa itu tidak menjadikannya masalah.Informan juga sukadengan sinetron ini dikarenakan sinetron ini bertema olah raga sepak bola yangmenurutnya berbeda dengan sinetron yang lainnya. Mengenai adegan kekerasandalam sinetron tersebut informan 5 berpendapat bahwa jam taynagnya supaya di ubahmenjadi lebih malam lagi pendapat ini sama dengan pendapat dari informan6.Informan 6 juga hampir sama dengan informan 5 suka dengan sinetron ini karenabertema sepak bola .dan mengenai adegan kekerasan informan 6 berpendapat hampirsama dengan informan 5 supaya jam tayangnya diubah menjadi lebih malam lagi.5.2. Saran5.2.1 Implikasi TeoritisPenelitian ini berusaha mengembangkan pemikiran akademis atau teoritik dalam kajianmedia dan budaya khususnya media televisi dan media anak-anak yang mengandungkekerasan. Dengan menggunakan teori Pembelajaran Sosial dari Albert Bandura yangberkaitan dengan penelitian ini yang menjelaskan bahwa tidak semua sinetrondidalamnya terdapat unsur kekerasan namun juga terdapat unsur pendidikannya sepertidijelaskan dalam teori ini, acara di dalam televisi hampir sebagian mengandung unsurpendidikan dan pengetahuan yang berguna untuk menambah informasi. Dikaitkan denganhasil penelitian yang diungkapkan semua informan bahwa menonton tayangan di televisidilihat dari alur ceritanya dan tidak melihat dari adegan kekerasannya. Namun padapenelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang berbeda yaitu metode penelitiankualitatif dan menggunakan unit analisis resepsi semisal acara film kartun lain yang jugamengandung unsur kekerasan didalamnya.5.2.2. Implikasi PraktisTelevisi, sebagai media yang paling digemari oleh anak-anak maupun remaja,hendaknya mendapatkan lebih banyak perhatian dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).Sebagai pengatur Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS),KPI dapat memilah siaran mana yang aman untuk dikonsumsi anak-anak. Selain itu, KPIjuga dapat mengajak masyarakat Indonesia supaya lebih melek media siaran (medialiteracy) yang mereka saksikan setiap harinya.5.2.3. Implikasi SosialOrang tua diharapkan mendampingi putra-putri mereka saat sedang menonton televisi.Walaupun acara-acara tersebut ditujukan untuk anak-anak maupun remaja, seringkalilebih banyak mengandung muatan negatif daripada positifnya. Orang tua juga diharapkanmampu menjadi gatekeeper (penyaring) acara mana yang boleh dikonsumsi serta acaraacarayang ternyata tidak baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Karena anakanaktanpa pengawasan orang tua dapat mengalami kesulitan untuk membedakan hal-halyang benar-benar terrjadi pada kehidupan sehari-hari serta hal hal-ahal lain yang hanyaterdapat di televisi. Selain itu, sebagai penonton pasif, mereka dpat dengan mudahnyamenelan apa saja yang mereka tonton tanapa adanya filter dari orang tua, sehingga orangtua perlu waspada terhadap tayangan-tayangan yang ditujukan untuk anak-anak tetapimemiliki muatan atau konten yang tidak baik untuk masa pertumbuhan mereka, seperticontohnya adalah sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini.DAFTAR PUSTAKABUKU:Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala Erdinaya.2005.Komunikasi Massa suatuPengantar.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Arswendo.2008. Pengertian sinetron atau soap opera.Jakarta:Gramedia.Burhan, Bungin.1990.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:Gramedia.Burton.2007.Komunikasi Massa.Jakarta:GramediaByerly, Ross.2006. Kekerasan di media televisi.Bandung:SalembaDarwanto.2001.Sejarah dan perkembangan sinetron di Indonesia.Jakarta:GramediaDominick.1983.Teori kekerasan dalam media televisi.Jakarta:Salemba Humanika.Effendy.1996.Industri Pertelevisian Indonesia.Jakarta: Salemba Pustaka.Hadi,Baran.2008.Interview informan dan Interview guide.Jakarta:Gramedia.Hall,Storey.2007.Persepsi dalam analisis data.Jakarta:Salemba Pustaka.Jersey,Jensen.1993.Analisis Data Kualitatif.Jakarta:Salemba Pustaka.Kriyantono,Ahmad.2006.Metodologi penelitian: Pendekatan dan Tipe PenelitianKualitatif. Jakarta : Gramedia.Littlejohn, Stephen W dan Karen A.Foss.2005.Teori Komunikasi.(Terj)Jakarta:Salemba Humanika.Littlejohn, Stephen W.1996.”Communication Theory”. In Encyclopedia of Rhetoricand Composition :Communication from Ancient Times to the InformationAge, edited by Theresa Enos , 117-121.New York : Garland.Lynn.H.Turner,RichardWest.2008.Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi.Jakarta:Salemba Humanika.McQuail, Denis. 1987.Mass Communication Theory. An Introduction.London:Sage.Mohammadi,Sreberny.1990.Pengertian Analisis Resepsi,Bandung:SimbiosaRekatama Media.Rakhmat,2003.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:GramediaSunarto,2009.Televisi, Kekerasan, dan Perempuan.Jakarta:GramediaSuyanto,Sujarwa.2005.Tayangan sinetron Indonesia yang mengandung unsurkekerasan.Bandung:Simbiosa Rekatama Media.Vivian,John.2008.Teori Komunikasi Massa,Edisi Kedelapan.Jakarta:Kencana.Wawan, Kuswandi.2008.Komunikasi Massa. Jakarta: GramediaWinarso,Wiryawan.2005.Komunikasi Massa,.akarta:GramediaWindhu.1992.Teori Kekerasan Teori John Galtung.Jakarta: Salemba Humanika.SKRIPSI:Astuti, Indri.2010. Skripsi Penelitian “Menginterpretasikan Kekerasan DalamTayangan Komedi (Analisis resepsi terhadap tayangan Opera Van Java diTrans 7)” Universitas Diponegoro.Tripuspita,Hana.2010. Skripsi Penelitian “Naturalisasi Kekerasan dalam komediOpera Van Java (Analisis Semiotika)” Universitas Diponegoro.WEBSITE:Azis,I.2012.RatingSinetrondiTelevisi(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/07/01/ac-nielsen-rating-dan-pesanan/,diakses tanggal 11 November 2012, jam 13.00)Hermanto,Budi.2013.Acara tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Season3(http://televisi_sinetrontendangansimadunseason3.com/,diakses tanggal 1 Juli 2013,jam 16.00)Budiono,Ardi.2013.kekerasanpadasinetronanakanak(http://wikipedia.kekerasan.sinetronanak-anak.com/,diakses tanggal 6 Maret 2013,jam 21.00)
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.