slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
Hubungan Antara Kesesuaian Format Siaran Acara ZOOM dan Kredibilitas Penyiar dengan Loyalitas Mendengarkan Program Acara ZOOM di Radio Ichthus. | Listantyo | Interaksi Online skip to main content

Hubungan Antara Kesesuaian Format Siaran Acara ZOOM dan Kredibilitas Penyiar dengan Loyalitas Mendengarkan Program Acara ZOOM di Radio Ichthus.


Citation Format:
Abstract

Hubungan Antara Kesesuaian Format Siaran Acara ZOOM dan Kredibilitas Penyiar
dengan Loyalitas Mendengarkan Program Acara ZOOM di Radio Ichthus.
Abstraksi
Radio sebagai salah satu media massa yang dikonsumsi orang setiap hari baik untuk
mendapatkan informasi maupun hiburan. Di radio Ichthus terdapat program acara ZOOM
dengan format siaran yang disesuaikan segmentasinya supaya menarik loyalitas pendengar
untuk mendengarkan program acara tersebut. Selain format siaran yang sesuai, kredibilitas
penyiar menjadi faktor lain untuk membuat program acara ZOOM lebih menarik dan lebih
hidup. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesesuaian format siaran
program acara ZOOM dan kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan program acara
ZOOM di radio Ichthus. Peneliti menggunakan teori dari Geller yang menyatakan, Pendengar
itu menyukai format. Format memberikan struktur, seperti dinding sebuah rumah. Orangorang
ingin sekali mengetahui siapa dan apa yang sedang mereka dengarkan, dan mereka
juga ingin mengetahui waktu (Geller, 2007 : 35), Kita membentuk gambaran tentang diri
komunikator dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman
wakilan (vicarious experiences), misalnya karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah
mengenal integritas kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya
dalam media massa (Rakhmat, 2009 : 258).
Populasi dari penelitian ini adalah anak muda beragama kristen yang berusia 15-25 di kota
Semarang. Penarikan sampel dilakukan secara aksidental sebanyak 50 orang. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kendal Tau untuk melihat hubungan antara
kesesuaian format siaran (X1) dan kredibilitas penyiar (X2) dengan loyalitas mendengarkan
(Y). Hasil pengujian hipotesis adalah hubungan antara kesesuaian format siaran program
acara ZOOM dengan loyalitas mendengarkan menggunakan perhitungan Kendall Tau,
diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 maka terdapat hubungan. Nilai
koefisien korelasi kesesuaian format siaran dengan loyalitas mendengarkan sebesar 0,428.
Hal ini dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,01 yang berarti kedua
variabel tersebut terdapat hubungan yang sangat signifikan dan hipotesis diterima. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa “ada hubungan antara kesesuaian format siaran program
acara ZOOM dengan loyalitas mendengarkan”. Sedangkan hubungan antara kredibilitas
penyiar dengan loyalitas mendengarkan menggunakan perhitungan Kendall Tau, diperoleh
hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,189 maka tidak ada hubungan. Nilai koefisien
korelasi kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan sebesar 0,174. Hal ini dapat
dikatakan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,189 > 0,05 yang berarti kedua variabel tersebut
tidak signifikan dan hipotesis ditolak. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa “tidak ada
hubungan antara kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan”.
Keywords: kesesuaian, kredibilitas, loyalitas
Relationship Between Compliance Programs Broadcast Format Zoom and Broadcaster Credibility
with Loyalty Zoom Programs Listening On Radio Ichthus.
Abstraction
Radio as a mass media consumed a good person every day for information and entertainment. At
Ichthus radio programs are broadcast format ZOOM with customized listener loyalty segmentation
so interesting to listen to the event program. In addition to the appropriate broadcast format,
broadcasters credibility is another factor to make the program more attractive ZOOM and more
alive. This study was aimed to investigate the relationship between compliance programs broadcast
format ZOOM broadcaster with credibility and loyalty listening to radio programs in Ichthus ZOOM.
Researchers used the theory of Geller stated, the audience liked the format. Format provides the
structure, such as the wall of a house. People want to know who and what they are hearing, and
they also want to know the time (Geller, 2007: 35), we form a picture of yourself communicators
from direct experience with the communicator or representation of experience (vicarious
experiences), eg because it had long been hanging out with him and get to know the integrity of his
personality or because we've seen or heard in the mass media (Rachmat, 2009: 258).
The population is young people aged 15-25 who are Christians in the city of Semarang. Accidental
sampling conducted as many as 50 people. Hypothesis testing is done by using a statistical test
Kendal Tau to see the relationship between the suitability of the broadcast format (X1) and the
credibility of the broadcaster (X2) with loyalty listening (Y).
Results of hypothesis testing is the relationship between the broadcast format compatibility with
loyalty programs ZOOM listening using Kendall Tau calculation, the result that the significance value
of 0.001 then there is a relationship. Correlation coefficient values conformity with loyalty listening
to the broadcast format of 0.428. It can be said that the significance value of 0.001 <0.01 which
means that there is a relationship between the two variables are highly significant and the
hypothesis is accepted. Thus, it can be stated that "there is a relationship between the broadcast
format compatibility with loyalty programs ZOOM listening". While the relationship between
credibility and loyalty listening broadcasters using Kendall Tau calculation, the result that the
significance value of 0.189 then there is no relationship. Correlation coefficient broadcaster with
credibility listening loyalty of 0.174. It can be said that the significance value of 0.189> 0.05, which
means that the two variables are not significant and the hypothesis is rejected. Thus, it can be stated
that "there is no relationship between the broadcaster with credibility listening loyalty".
Keywords: suitability, credibility, loyalty
Hubungan Antara Kesesuaian Format Siaran Program Acara ZOOM dan
Kredibilitas Penyiar dengan Loyalitas Mendengarkan Program Acara
ZOOM di Radio Ichthus.
PENDAHULUAN : Peranan komunikasi massa melalui media massa pada saat sekarang
semakin penting dimana masyarakat berkaitan erat dengannya, media massa merupakan
sumber informasi bagi masyarakat. Dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari media
massa yang setiap hari mengelilinginya. Orang cenderung menggunakan media seperti surat
kabar, majalah, radio, televisi untuk menghubungkan diri mereka sendiri dengan masyarakat
atau dengan kata lain untuk mendapatkan informasi tentang dunia diluar dirinya dan juga
untuk mendapatkan hiburan. Sama halnya dengan bentuk-bentuk media massa yang lain
seperti koran, televisi, majalah, film. Radio sebagai salah satu media massa yang dikonsumsi
orang setiap hari baik untuk mendapatkan informasi maupun hiburan. Radio termasuk
sebagai media mekanis, karena media ini menggunakan saluran tertentu secara teknis yakni
pemancar. Melalui program-program siarannya, radio menjalankan fungsi-fungsi sebagai
media massa. Fungsi media massa pada umumnya antara lain adalah memberi informasi,
mendidik, membujuk dan memberi hiburan. Untuk media radio fungsi hiburan memiliki porsi
yang lebih besar dibandingkan fungsi-fungsi yang lainnya. Jumlah media radio, khususnya
radio siaran swasta, sekarang ini semakin banyak dan semakin tersegmentasi. Seperti di
Semarang, terdapat 5 radio rohani diantaranya : Ichthus FM, Goodnews FM, Agape FM,
Rhema FM dan BeFM dengan segmentasi audiens merupakan umat Nasrani yang berbedabeda
dari segi usia, kelas ekonomi maupun jenis kelamin. Radio Ichthus adalah salah satu
radio siaran swasta yang berdomisili di Semarang dengan segmentasi audiens umat Nasrani.
Sebagai radio yang memiliki segmentasi audiens tertentu, maka program-program siaran
yang disajikan disesuaikan terhadap pendengar. Seperti lagu-lagu yang diputar, topik-topik
yang menjadi bahasan, informasi yang diberikan serta program siaran khusus, contohnya
acara siraman rohani yang menjadi mayoritas acara di radio Ichthus (radio rohani) dalam
menjaga dan menumbuhkan iman para pendengar yang beragama Nasrani. Radio rohani
merupakan radio atau media yang dipakai sebagai perantara akan firman Tuhan bagi para
pendengarnya yang kebanyakan umat Nasrani. Media ini mempunyai daya tarik tersendiri
dikalangan pendengar dikarenakan mempunyai kesamaan akan batin serta keyakinan.
Terlebih lagi media radio rohani ini menjadi pilihan bagi umat Nasrani yang terlalu sibuk
akan pekerjaannya sehingga belum bisa meluangkan waktu untuk beribadah digereja. Selama
perjalanannya, pada tahun 2005 beberapa penyiar senior di radio Ichthus pindah ke radio
rohani lain yang merupakan pesaing dari radio Ichthus itu sendiri, sehingga tidak jarang
sebagian anggota monitor radio Ichthus yang dulu sering masuk on air sudah jarang sekali
terdengar saat ini dikarenakan mereka (pendengar) lebih mengikuti penyiar kesayangannya
pergi. Radio Ichthus memperhitungkan jumlah anggota monitor yang ikut bergabung setiap
bulannya, baik anggota monitor tersebut aktif atau pasif. Jumlah pendengar yang sering
masuk atau on air mempengaruhi pendapatan Ichthus melalui iklan karena pihak pengiklan
tidak mau mengiklankan produknya di radio yang sepi pendengar. Dengan adanya jumlah
pendengar yang bergabung mempengaruhi pihak pengiklan untuk memakai jasa radio
Ichthus. ZOOM (Zona Orang-Orang Muda) merupakan sebuah program acara yang ada
dalam radio Ichthus. Fungsi dari acara ini yaitu berusaha mempererat hubungan anak muda
Kristiani di kota Semarang dan sekitarnya bahkan siapa saja yang mendengarkan Ichthus.
Selain tujuannya mempererat jalinan kasih, acara ini juga sebagai ajang untuk mengontrol
kehidupan anak muda dalam bergereja serta kehidupan sosialnya, antara lain berupa prestasi
atau segala hal yang berhubungan dengan luar gereja. Pendengar acara ini disebut Zoomers,
karena acara ini bertema anak muda maka kata Zoomers yang berarti “pecinta ZOOM”
dipakai untuk memberi semangat bagi para pecinta acara ini. Acara ZOOM hadir setiap hari
Senin hingga Sabtu dengan tema yang berbeda-beda. Format siaran program acara ZOOM
disesuaikan dengan segmentasinya yaitu anak muda. Format siaran terbagi dalam 4 hal yaitu :
acara, musik, informasi dan iklan yang ada pada sebuah acara. Acara ZOOM memiliki tema
yang yang berbeda dalam tiap harinya selama 6 hari mengudara. Acara yang membahas
mengenai kehidupan anak muda, mengenai gaya berpakaian, teknologi, hobby serta prestasi
yang diperoleh entah di akademik maupun di kalangan professional. Acara Zoom merupakan
acara di radio Icthus yang memiliki rating tinggi dikarenakan feedback dari pendengar yang
sangat antusias. Dibandingkan dengan acara lainnya, acara Zoom selalu mendapat respon
dalam bentuk telepon secara on air dan SMS terbanyak di setiap acara berlangsung. Karena
acara Zoom merupakan acara untuk anak muda, maka penyiarnya juga disesuaikan berusia
sekitar 15-25 tahun. Penyiar Zoom yang telah melebihi usia 25 tahun di pindah ke acara yang
lain, sehingga secara otomatis penyiar junior menggantikan posisi para seniornya. Dalam
pergantian beberapa penyiar senior dengan penyiar junior, acara Zoom pernah mengalami
penurunan feedback dalam bentuk telepon maupun SMS pada saat on air. Selama mengudara
kredibilitas penyiar pada Acara Zoom di radio Ichthus juga sering mendapat kritikan dari
pendengar yang menelepon ke studio pada saat off air. Beberapa kritikan yang disampaikan
kepada sebagian penyiar antara lain : artikulasi kurang jelas, banyak bicara pada saat siaran /
banyak bercanda, kurang pintar mengolah kata-kata, materi siaran kurang dipahami sehingga
penyampaian menjadi bias, terlalu cepat berbicara, lupa memutarkan lagu yang di request dll.
Beberapa hal tersebut menjadi tolak ukur bagi Radio Ichthus sendiri untuk meningkatkan
kualitas penyiarnya. Meski program acara ZOOM di radio Ichthus memiliki rating tinggi
karena feedback yang antusias, tidak berarti program acara tersebut akan selalu baik apabila
Ichthus kurang jeli dan teliti dalam menjaga program acara di radio Ichthus. Dengan format
siaran yang dimiliki program acara ZOOM bukan berarti acara ZOOM telah memenuhi
semua keinginan audiens. Penurunan jumlah pendengar terjadi pada acara ZOOM di akhir
tahun 2009 hingga 2011. Kenyataan ini dapat dilihat dari penerimaan SMS dan telepon secara
On Air yang tidak stabil. Penyiar program acara ZOOM juga sering mendapat mendapat
kritikan dari para pendengar, diantaranya terlalu banyak berbicara pada saat siaran,
membahas topik-topik yang dirasa tidak perlu, banyak bercanda, kurang memahami materi
siaran, kurang pintar mengolah kata-kata artikulasi kurang jelas, terlalu cepat berbicara lupa
memutarkan lagu yang di-request dan lain-lain. Jika dilihat dari format siaran program acara
ZOOM dan kredibilitas penyiar, mungkinkah ada ketidaksesuaian dengan kebutuhan
pendengar sehingga mempengaruhi loyalitas? Dari hal tersebut, muncullah pertanyaan
apakah ada hubungan antara kesesuaian format siaran program acara ZOOM dan kredibilitas
penyiar dengan loyalitas mendengarkan acara ZOOM di radio Ichthus?
PEMBAHASAN : Komunikasi Radio, Para pelaku industri radio harus paham betul
mengenai teori-teori komunikasi jika ingin menguasai pasar dan mendapat banyak
pendengar. Pada intinya semua media termasuk radio adalah sarana penyampai pesan untuk
para komunikan. Teori klasik yang berkatian dengan hal ini adalah sebuah teori yang
dikemukakan oleh Aristoteles. Dia menyebutkan bahwa unsur sebuah komunikasi adala
pembicara (speaker), dalam hal ini adalah penyiar (jika di media radio), kemudian pesan
termasuk hasil menulis di radio (message), dan materi siaran serta pendengar (listener)
(Prayudha, 2006 : 3). Kemudian sebuah teori yang umum dan sangat terkenal dari Lasswell
yang menyebutkan bahwa who says what in which channel to whom with what effects. Model
tersebut lebih menitikberatkan pada kelompok khusus yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan fungsi korelasi. Misalnya, dalam lingkungan radio siaran, seorang penyiar
membantu mengkorelasikan atau mengumpulkan respon orang-orang teradap informasi baru.
Jika teori tersebut diaplikasikan dalam siaran radio, model Lasswell terdiri dari atas unsur
pengirim (who - komunikator/ penyiar) yang merangsang pertanyaan mengenai pengendalian
pesan, unsur pesan (say what – pesan/ bahan) untuk analisis isi siaran radio, saluran
komunikasi (in which cannel – media) yang dikaji dalam analisis media radio, unsur
penerima (to whom – receiver/ pendengar) yang dikaitkan dengan analisis khalayak, dan
unsur pengaruh (with what effect – influence akibat)yang ditimbulkan pesan komunikasi pada
pendengar (Prayudha, 2006 : 7). John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan
tiga konseptualisasi komunikasi, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, interaksi (dua
arah) dan transaksi. Komunikasi yang terjadi pada media, seperti radio dan televisi
merupakan bentuk konseptualisasi komunikasi interaksi, yaitu komunikasi dengan suatu
proses sebab akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian (Mulyana, 2003 : 65). Sebagai
contoh di dunia radio, ketika penyiar memberikan topik atau bahasan kepada pendengarnya,
hal itu menandakan bahwa penyiar sedang memberikan aksi atau sebab. Ketika pendengar
mulai memberikan feedbacknya berupa SMS atau telepon, hal itu menandakan adanya reaksi
atau akibat. Radio memiliki karakteristik yang unik. Meskipun hanya bisa didengarkan
ternyata efek mendengarkan radio tidak kalah dengan media audio visual yaitu televisi. Radio
bisa menjadi media penyampaian pesan yang sangat efektif. Sculberg dalam bukunya Radio
Advertising – The Authoritative Handbook, mengatakan bahwa para ahli psikologi telah
menyimpulkan bahwa memori ingatan yang berasal dari aspek pendengaran manusia,
ternyata jauh lebih kuat daripada ingatan yang diperoleh dari indera penglihatan atau
penciuman (Prayudha, 2006 : 12). Radio memiliki kekuatan yang dapat memunculkan theater
of mind bagi para pendengarnya. Radio dapat membuat pendengar merasa akrab dan dekat
seperti seorang teman atau sahabat yang sedang mengajak bicara, juga dapat berinteraksi
melalui SMS ataupun telepon. Memberi masukan ataupun sekedar membagi informasi dan
opini untuk pendengar lainnya dapat menjadi alternatif. Selain itu, juga dapat mendengarkan
musik favorit dari radio. Format Siaran Radio, Perkembangan media massa khususnya
radio yang semakin maju, merupakan tantangan bagi pelaku industri media massa untuk
mengembangkan media tersebut. Perkembangan ini kemudian menimbulkan persaingan yang
ketat sehingga konsekuensi bagi pelaku industri media adalah keharusan untuk menyajikan
program acara dan lagu yang menarik dan diminati audien. Seiring dengan perkembangan
jaman, saat ini industri radio sudah menjadi sebuah komoditi bisnis yang menguntungkan.
Hal ini dikarenakan, radio memang dirancang untuk memiliki sebuah penataan format acara
dan format musik yang sedemikian rupa, sehingga mampu menarik pendengar dari berbagai
macam latar belakang (Schament, 2002 : 811). Seperti yang sudah disinggung sebelumnya,
bahwa format adalah penyajian program dan musik yang memiliki ciri-ciri tertentu oleh
stasiun radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format
siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi
program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiensnya (Morrisan, 2009 : 220). Menurut
Morrisan dalam bukunya Pringle Starr McCavitt menjelaskan bahwa : the programming of
most station is dominate by one principal content element or sound, known as format.
Artinya, program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara
yang utama yang dikenal dengan format (Morrisan, 2009 : 220). Geller mengatakan bahwa
pendengar itu menyukai format. Format memberikan struktur, seperti dinding sebuah rumah.
Orang-orang ingin sekali mengetahui siapa dan apa yang sedang mereka dengarkan, dan
mereka juga ingin mengetahui waktu (Geller, 2007 : 35). Artinya, pendengar lebih nyaman
memilih radio yang memang sudah jelas format dan strukturnya. Siapa penyiar dan informasi
apa yang disampaikan semuanya jelas dan mudah dimengerti. If you can create quality
programming, consistently stick with a host, program, or format over the time it takes to find
its audience, you will likely have your own success story (Geller, 2007 : 5). Artinya, jika
sebuah stasiun radio mampu menciptakan program yang berkualitas termasuk program yang
kreatif di dalamnya, selain itu dengan penyiar yang konsisten dan format yang sesuai, maka
dengan sendirinya pendengar akan menjadi konsumen yang loyal bagi radio tersebut dan
akan memunculkan persepsi bahwa format siaran radio tertentu sesuai dengan dirinya.
Kredibilitas Penyiar, Penyiar adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu
acara di radio, menjadi ujung tombak radio dalam berkomunikasi atau berhubungan langsung
dengan pendengar. Keberhasilan sebuah program acara dengan parameter jumlah pendengar
dan pemasukan iklan utamanya ditentukan oleh kepiawaian penyiar dalam membawakan
sekaligus menghidupkan acara tersebut (Rosalia, 2010 : 28-29). Penyiar merupakan ujung
tombak keberhasilan sebuah radio. Melalui seorang penyiar, radio menyampaikan visi misi,
informasi dan berita untuk kebutuhan dan konsumsi pendengar. Ibarat bermain film, penyiar
merupakan aktor yang memerankan suasana sebuah siaran radio. Sebagai aktor, penyiar harus
mengendalikan empat senjata utama, yaitu pikiran, perasaan, suara dan raga (Masduki, 2004 :
117). Sementara itu, modal yang harus dimiliki seorang penyiar adalah suara, percaya diri,
hobi dan bakat (ngobrol-ngobrol dan bakat menghibur), wawasan dan pergaulan luas,
penguasaan studio yang baik (Ningrum, 2007 : 23-27. Selain itu, penyiar juga dituntut
memiliki beberapa keterampilan yang mendukung performa siarannya. Secara umum ada tiga
keterampilan yang harus dikuasai para DJ dan penyiar. Pertama announcing skill,
keterampilan menuturkan segala sesuatu menyangkut musik, kata atau lirik lagu yang
disajikan. Kedua, operating skill, yaitu keterampilan mengoperasikan segala peralatan siaran.
Ketiga, musical touch, yaitu keterampilan merangkai musik dalam tatanan yang menyentuh
emosi pendengar, bercita rasa dalam seleksi, harmonis dalam rangkaian (Masduki, 2004 :
119). Sedangkan dari segi kepribadian, announcer atau penyiar perlu membentuk sikap
(attitude), bahasa (language), memiliki wawasan professional (knowledge). Sikap yang harus
dimiliki adalah (1) sopan di udara sesuai dengan kebutuhan situasi acara, (2) menghargai
waktu, (3) bertanggung jawab, rendah hati, (4) tidak mengurai (Masduki, 2004 : 120). Uraian
diatas menunjukan bahwa banyak sekali yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh seorang
penyiar. Hal ini dikarenakan seorang penyiar memiliki tanggung jawab dan tugas yang besar.
Departemen perburuhan AS dalam paparan seputar lowongan pekerjaan diradio siaran di
Amerika Serikat menggambarkan penyiar radio sebagai sosok dengan banyak aktivitas atau
tugas kerjanya, beberapa tugasnya adalah sebagai berikut (Masduki : 2004 : 121-122).
Loyalitas Mendengarkan, Loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam
untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara
konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku (Hartiti, 2003 : 129). Masih
dalam buku yang sama, Griffin menjelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud
perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus
menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang terpilih. Sama halnya dengan
perusahaan radio, ketika ada seorang pendengar yang dengan setia mendengarkan dari waktu
ke waktu, hal itu merupakan indikasi seorang pendengar yang loyal. Hal Ini menunjukkan
bahwa usaha maksimal yang dilakukan oleh radio berhasil. Produk yang diproduksi oleh
radio berupa informasi atau berita, penyiar yang menyenangkan dan musik yang disajikan
dalam suatu program mampu menarik hati para pendengar. Kunci keberhasilan sebuah radio
adalah kelokalan itu sendiri, sehingga bisa mempengaruhi hati pendengarnya. Sifat radio
yang sangat pribadi seakan-akan mampu me-maintainance atau melayani pendengar dengan
perhatian yang maksimal. Geller mengatakan, bahwa the key to personality radio is logically,
having a personality. This means having rich, full life and drawing or all of your experiences.
How you relate to life is how your audience will relate to you. The best broadcaster are great
oservers of life. They filter what they see going on around them through their unique creative
proses and send it back to the world. Artinya, kunci radio secara logika, memiliki
kepribadian. Hal ini berarti kaya makna, penuh arti kehidupan dan gambaran akan semua
pengalaman Anda. Bagaimana Anda berhubungan dengan kehidupan adalah bagaimana
audiens Anda akan berhubungan dengan Anda. Penyiar terbaik adalah pembagi pengalaman
dalam kehidupan. Mereka menyaring apa yang mereka lihat, atau yang terjadi di sekitar
mereka melalui proses kreatif yang unik dan memberikan kembali pada dunia (Geller, 2007 :
3). Radio mampu menjadi teman sejati bagi pendengar, membagikan banyak sekali
pengalaman (penyiar) dan memberikan gambaran hidup yang kadang berarti bagi pendengar.
Dengan ini akan ada kedekatan emosi antara radio dan juga pendengarnya. Terlebih lagi
dengan sajian lagu-lagu yang banyak sesuai dengan hati sehingga membuat pendengarnya
makin nyaman. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatori (penjelasan) karena
menjelaskan hubungan antara tiga variabel penelitian. Variabel itu meliputi kesesuaian
format siaran program acara ZOOM, kredibilitas penyiar dan loyalitas mendengarkan
program acara ZOOM pada radio Ichthus. Populasi dalam penelitian ini adalah anak muda
yang beragama Nasrani di kota Semarang berusia sekitar 15-25 tahun yang pernah atau sering
mendengarkan siaran radio Ichthus terutama tentang program acara Zoom (Zona Orang-
Orang Muda). Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 50 orang, sesuai dengan
teori Gay & Diehl (1992 : 146) mengenai ukuran sampel yang dapat diterima. Mereka
mengemukakan bahwa untuk penelitian korelasi, secara minimum tolok ukurannya sekitar 30
subyek sebagai obyek penelitian (Ruslan, 2003 : 47). Karena besarnya populasi yang tidak
dapat dketahui secara pasti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non
probability sampling, yaitu metode sampling yang tidak memberi kesempatan atau peluang
yang sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan
sampel menggunakan metode sampling Accidental, merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ incidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Kriyantono, 2006 : 156). Adapun kriteria orang yang cocok
menjadi sampel adalah : beragama Kristen, berusia 15-25 tahun, pernah mendengarkan
Acara Zoom di Radio Icthus. Uji Hipotesis, Analisis ini menggunakan tes statistik korelasi
untuk menguji apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
dengan menggunakan rumus Kendal Tau (τ) karena data yang digunakan memakai skala
ordinal. (Sugiyono, 2006 : 237). Perhitungan menggunakan SPSS 18. Berdasarkan hasil uji
statistik hubungan antara kesesuaian format siaran program acara ZOOM dengan loyalitas
mendengarkan menggunakan perhitungan Kendall Tau, diperoleh hasil bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,001 maka terdapat hubungan. Nilai koefisien korelasi kesesuaian
format siaran dengan loyalitas mendengarkan sebesar 0,428. Hal ini dapat dikatakan bahwa
nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,01 yang berarti kedua variabel tersebut terdapat hubungan
yang sangat signifikan dan hipotesis diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
“ada hubungan antara kesesuaian format siaran program acara ZOOM dengan loyalitas
mendengarkan”. Teori yang digunakan juga sesuai, seperti yang dikatakan Geller bahwa
pendengar itu menyukai format. Format memberikan struktur, seperti dinding sebuah rumah.
Orang-orang ingin sekali mengetahui siapa dan apa yang sedang mereka dengarkan, karena
pendengar lebih nyaman memilih radio yang memang sudah jelas format dan strukturnya.
Terbukti bahwa format siaran program acara ZOOM yang bertema anak muda sesuai dengan
pendengar, mulai dari pembahasan acara, informasi, musik dan iklan disukai oleh pendengar
sehingga membuat mereka (pendengar) loyal dalam mendengarkan program acara tersebut
secara bertahap atau berkali-kali. Sedangkan, berdasarkan hasil uji statistik hubungan antara
kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan menggunakan perhitungan Kendall Tau,
diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,189 maka tidak ada hubungan. Nilai
koefisien korelasi kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan sebesar 0,174. Hal ini
dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,189 > 0,05 yang berarti kedua variabel
tersebut tidak signifikan dan hipotesis ditolak. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
“tidak ada hubungan antara kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan”. Dengan
kata lain dalam penelitian ini, walaupun pendengar acara ZOOM telah mendengarkan secara
langsung ketika penyiar melaksanakan siaran, termasuk mengetahui kemampuan yang
dimiliki oleh seorang penyiar mulai dari kompetensi, atraktif atau dinamis, kepercayaan dan
kesungguhan saat siaran, belum tentu menjamin mereka (pendengar) untuk loyal terhadap
penyiar tersebut, melainkan pendengar loyal dalam mendengarkan program acara ZOOM
karena format siaran acara ZOOM telah sesuai dengan apa yang diinginkan pendengar, tidak
peduli siapapun penyiar yang membawakan program acara tersebut. PENUTUP : Karena
format siaran program acara ZOOM ada hubungan dengan loyalitas mendengarkan maka hal
yang kurang sesuai dalam format siaran seperti iklan, untuk disesuaikan dengan segmentasi
program acara ZOOM yaitu anak muda. Untuk itu kesimpulan dari pengujian hipotesis ialah
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesesuaian format siaran program acara
ZOOM dengan loyalitas mendengarkan program acara ZOOM, hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Sehingga semakin sesuai format siaran program acara
ZOOM maka pendengar semakin loyal mendengarkan program acara ZOOM di radio
Ichthus. Sedangkan hasil uji variable selanjutnya tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kredibilitas penyiar dengan loyalitas mendengarkan program acara ZOOM, hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,189 atau melebihi dari ketentuan
standar siginifikasi 0,05. Sehingga hipotesis ditolak, dan beberapa hal untuk menilai atau
meneliti mengenai kredibilitas penyiar bisa dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA : Bramson, Robert. 2005. Customer
Loyaliti : 50 Strategi Ampuh Membangun dan Mempertahankan loyalitas Pelanggan. Jakarta
: PT Prestasi Pustaka. Geller, Valerie. 2007. Creating Powerful Radio : Getting, Keeping &
Growing Audiences. Jordan Hill Oxford : Elsevier Inc. Gray, Frank dan James, Ross. 1997.
Radio Programming Roles; FEBC Perspectives. Yaski. Hartiti. 2003. Loyalitas Pelanggan.
Bandung : Yayasan Nuansa Cendikia. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Masduki. 2001. Jurnalistik Radio;
Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. Yogyakarta : LKIS. Masduki. 2004.
Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta : LKIS. McQuail, Denis. 1987. Teori
Komunikasi Massa . Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. Morrisan, MA. 2009. Manajemen
Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group. Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter dan Reporter Radio.
Depok : Penebar Swadaya. Prayudha, Harley. 2004. RADIO; Suatu Penghantar untuk
Wacana dan Praktik Penyiaran. Malang : Bayumedia Publishing. Prayudha, Harley. 2006.
Radio : Penyiar It’s not just a talk. Malang : Bayumedia Publishing. Rakhmat, Jalaluddin.
2009. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2007.
Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sumarwan, Ujang.
2003. Perilaku Konsumen; Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia
Indonesia. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta. Sunyoto, W. Daniels Handoyo. 1978. Seluk Beluk Programa Radio.
Yogyakarta : Penerbitan Yayasan Kanisius. Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Wardhana, Ega. 2009. Sukses Menjadi Penyiar
Radio Profesional. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.