BibTex Citation Data :
@article{IO3041, author = {DITA UTAMI and Taufik Suprihatini and Sri Herieningsih}, title = {HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON PROGRAM MEMASAK DI TELEVISI DAN KOMPETENSI CHEF PRESENTER DALAM PROGRAM MEMASAK TERHADAP MINAT PENONTON UNTUK MEMASAK}, journal = {Interaksi Online}, volume = {1}, number = {3}, year = {2013}, keywords = {}, abstract = { Hubungan Intensitas Menonton Program Memasak di Televisi dan Kompetensi Chef Presenter dalam Program Memasak terhadap Minat Penonton untuk Memasak Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun Nama : DITA PURMIA UTAMI NIM : D2C008083 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ABSTRAKSI JUDUL : HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON PROGRAM MEMASAK DI TELEVISI DAN KOMPETENSI CHEF PRESENTER DALAM PROGRAM MEMASAK TERHADAP MINAT PENONTON UNTUK MEMASAK NAMA : DITA PURMIA UTAMI NIM : D2C008083 Dewasa ini perempuan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, namun juga memilih untuk berkarier. Di tengah kesibukannya dalam berkarier, sebagian perempuan tidak lagi memperhatikan pekerjaan rumah, khususnya memasak. Munculnya berbagai program memasak di televisi dengan format yang baru dan dipandu oleh chef presenter yang berkompeten, memiliki daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Program memasak tersebut memiliki penonton yang berbeda karakter, mulai dari penonton yang tidak bisa memasak, hingga penonton yang ahli dalam bidang memasak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak terhadap minat penonton untuk memasak. Penelitian ini merupakan penelitian bertipe eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Belajar Sosial (Bandura, 1977), teori kompetensi (Agung, 2007) dan efek komunikasi massa (Chaffee, 1980). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan ibu rumah tangga di Semarang yang menyaksikan program memasak di televisi. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling kebetulan (accidental sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dengan uji statistik yang menggunakan analisis korelasi Rank Kendall dengan menggunakan perhitungan dengan program SPSS 17 (Statistical Product and Service Solution). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas menonton program memasak di televisi (X1) ternyata tidak berhubungan terhadap minat penonton untuk memasak (Y), hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,629 (>0,05). Kompetensi chef presenter dalam program memasak (X2) ternyata juga tidak berhubungan terhadap minat penonton untuk memasak (Y). Hal ini berdasarkan data uji hipotesis, diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862 (>0,05). Hasil pengujian terhadap ketiga variabel, yaitu antara variabel intensitas menonton program memasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenter dalam program memasak (X2) terhadap minat penonton untuk memasak (Y) menggunakan teknik korelasi Kendall menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena sig sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa harga variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Dengan demikian, maka secara statistik, dapat dinyatakan “terdapat hubungan antara intensitas menonton program memasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenter dalam program memasak (X2) terhadap minat penonton untuk memasak (Y)”. Jadi artinya bahwa ketika intensitas menonton program memasak di televisi tinggi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak baik, maka penonton semakin berminat untuk memasak. Kata Kunci : Intensitas Menonton Program Memasak; Kompetensi Chef Presenter; Minat Memasak ABSTRACT JUDUL : CORRELATION BETWEEN INTENSITY OF WATCHING A COOKING PROGRAM IN TELEVISION AND CHEF PRESENTER’S COMPETENCY OF COOKING PROGRAM WITH AUDIENCE’S INTEREST FOR COOKING NAMA : DITA PURMIA UTAMI NIM : D2C008083 Nowadays, women not only be a housewife, but also choose to make a career. In the midst of their rush in a career, most women no longer regard housework, especially cooking. The emergence of a variety of cooking programs on television with a new format and is guided by a competent chef presenter, has a special attraction for the audience. The cooking program has different character of audiens, from the audience who could not cook, until the audience who are experts in the field of cooking. This research was aimed to know how the correlation between the intensity of watching a cooking program on television and chef presenter’s competency of cooking program with audience interest for cooking. It is an explanatory type with a quantitative approach. The theory used is the teori belajar sosial (Bandura, 1977), the theory of competency (Agung, 2007) and effects of mass communication (Chaffee, 1980) . The population in this research were young women and housewives in Semarang who watch cooking programs on television. The sampling technique used is sampling kebetulan (accidental sampling) with the number of sample are 50 people. The data analysis technique used is quantitative with statistical tests using the Kendall rank correlation analysis using calculations with SPSS 17 (Statistical Product and Service Solutions). The results showed that the intensity of watching a cooking program on television (X1) was not related with audience’s interest for cooking (Y), it was proved by the calculation of which is obtained through a statistical test error probability (sig) of 0.629 (> 0,05). Chef presenter’s competency of cooking program (X2) was also not related to the audience’s interest for cooking (Y). This is based on hypothesis data test, derived error probability (sig) of 0.862 (> 0,05). The test results of the three variables, namely the variable intensity of watching a cooking program on television (X1) and the chef presenter’s competency of cooking program (X2) to the audience's interest for cooking (Y) using Kendall correlation techniques showed the probability of 0.000. Therefore sig of 0.000 <0.05, which means that the price of these variables had a significant relationship. Thus, statistically, it can be stated \"there is a correlation between the intensity of watching a cooking program on television (X1) and the chef presenter’s competency of cooking program (X2) to the audience's interest for cooking (Y)\". So that means that when there is high intensity of watching a cooking program on television and chef presenter’s competency in cooking program, the audience more interested in cooking. Key words : intensity of watching a cooking program, chef presenter’s competency of cooking program, interest in cooking PENDAHULUAN Perkembangan teknologi komunikasi massa dalam bentuk media massa khususnya media televisi telah membuat dunia semakin kecil. Informasi melalui medium televisi dan internet yang mengalir melintasi batas-batas negara tampaknya tidak dapat terbendung oleh jarak, ruang, dan waktu (Kuswandi, 2008:33) Melihat fungsi media televisi yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikan kesadaran bahwa muatan-muatan pesan media televisi harus dapat mendukung keinginan seluruh masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial baik secara politik, ekonomi, dan budaya (Kuswandi, 2008:33). Maka dari itu, televisi harus menampilkan program-program yang berkualitas, menarik dan mendidik masyarakat. Untuk mengambil hati sekaligus memuaskan khalayaknya, berbagai stasiun televisi swasta memproduksi tayangan-tayangan yang dirasa akan banyak diminati oleh masyarakat. Berbagai macam program yang bertemakan edukatif, informatif, hingga menghibur pun ditayangkan. Mulai dari tayangan berita, infotainment, berita kriminal, reality show, kuliner, acara musik bahkan acara yang saat ini banyak diminati yaitu program acara memasak. Banyak acara televisi yang menampilkan program acara masak-memasak dan ratingnya tinggi. Intensitas menonton merupakan tingkat keseringan seseorang menonton setiap penyampaian pesan dan informasi tentang barang ataupun gagasan yang menggunakan media massa (Rakmat, 2000:52). Apabila penonton sering menonton program memasak, maka informasi mengenai program dan apa yang disajikan dalam program tersebut akan semakin banyak diterima. Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua perempuan menjadi ibu rumah tangga, ada pula yang menjadi wanita karir. Banyak perempuan yang melakukan peran sebagai laki-laki, yakni bekerja mencari nafkah. Ketika seorang istri berkarir di luar rumah urusan rumah tangga biasanya tidak tertangani semua, khususnya memasak. Program acara memasak memiliki konsep yang sangat menarik. Diselingi dengan acara travelling yang menambah daya tarik bagi penontonnya. Selain itu chef presenter yang dipakai dalam program-program memasak tersebut adalah chef yang memang berkompeten dan memiliki banyak pengalaman dalam dunia memasak. Dengan konsep acara dan kompetensi chef presenter handal yang dimiliki oleh program memasak, mampu mencuri perhatian pemirsa program tersebut untuk selalu menyaksikannya. Penonton program acara memasak memiliki berbagai macam karakter penonton yang menyaksikannya. Mulai penonton yang tidak bisa memasak hingga penonton yang ahli memasak. Kompetensi komunikasi chef presenter yang baik akan mempengaruhi minat penonton untuk memasak. Penonton yang kurang berminat memasak akan menjadi berminat untuk memasak dan yang gemar memasak akan semakin meningkatkan kreativitasnya dalam memasak. Tidak hanya memenuhi kebutuhan akan hiburan saja, namun dapat memberikan suatu manfaat dan pembelajaran bagi yang menyaksikan program tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas, muncul suatu pertanyaan, apakah ada hubungan antara intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak terhadap minat penonton untuk memasak? ISI Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura. Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan seperti ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran-saluran interpersonal : orang tua, atasan, pelatih, atau guru. Pada dunia modern, sebagian dari tugas mendidik telah dilakukan media massa. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita (Rakhmad, 2005:240). Menurut Steven M. Chaffee (dalam Rakmat, 2005:218) dalam melihat efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yaitu : 1. Efek Kognitif Terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, ataupun dipersepsi oleh khalayak. Kognitif berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, dan informasi. 2. Efek Afektif Terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, ataupun dibenci oleh khalayak. Perubahan ditunjukkan dengan perubahan perasaan emosi, sikap atau nilai. 3. Efek Behavioral Merujuk pada perubahan perilaku nyata yang dapat diamati seperti pola tidakan, kegiatan dan kebiasaan berperilaku (Rakmat, 2005:219). Dari ketiga efek di atas, efek yang paling menonjol adalah efek kognitif dan afektif, dimana seseorang atau khalayak yang melihat program acara memasak di televisi memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, ataupun dipersepsi oleh khalayak. Dengan menonton program memasak di televisi, memberikan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, ataupun dibenci oleh penonton. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan dengan khalayak yang sebelumnya tidak menyukai masak akan mencoba untuk belajar memasak dan yang sebelumnya menyukai memasak akan semakin meningkatkan kegemarannya dalam bidang memasak. Menurut Johnson (dalam Suparno, 2001:27) memandang kompetensi sebagai perbuatan (performance) yang rasional yang secara memuaskan memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan. Dikatakan performance yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian. Konsep-konsep dasar komunikasi yang terdapat dalam kegiatan komunikasi dapat dijelaskan dalam proses komunikasi manusia, yaitu (Winarso, 2005:5) ; sumber – penerima, pengiriman sandi – pemahaman sandi, kemampuan, pesan, umpan balik, umpan muka, saluran, gangguan, konteks, bidang pengalaman, akibat, dan etika. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori yang menjelaskan tentang hubungan intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak terhadap minat penonton untuk memasak. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan ibu rumah tangga di kota Semarang yang meyaksikan program memasak di televisi. Sedangkan jumlah sampel penelitian yang diambil adalah 50 orang remaja perempuan dan ibu rumah tangga yang menyaksikan program memasak di televisi di kota Semarang. Karena jumlah penonton program memasak di televisi tidak diketahui, maka peneliti menggunakan teknik sampling kebetulan (accidental sampling). Teknik ini memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis koefisien korelasi Rank Kendall dengan menggunakan perhitungan dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,064 dengan probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,629. Oleh karena sig sebesar 0,629 > 0,05 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas menonton program memasak di televisi dengan minat penonton untuk memasak, tidak diterima. Hal ini bisa dijelaskan dengan menggunakan teori perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh komunikasi massa (the individual differences theory of mass communication effect), dimana menurut teori ini bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya, kepercayaannya maupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda (Liliweri, 1991:106). Teori di atas sesuai dengan hasil pencarian dan pengolahan data yang menunjukkan bahwa meskipun intensitas menonton program memasak berbeda-beda (banyak ataupun sedikit), akan tetapi itu juga tidak serta merta merubah minat penonton untuk memasak. Berdasarkan data uji hipotesis di atas, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,025 dengan probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862. Oleh karena sig sebesar 0,862 > 0,05 yang berarti hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Maka, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi chef presenter dalam program memasak dengan minat penonton untuk memasak, tidak diterima. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat Gordon (dalam Mulyasa, 2004:77) mengenai beberapa ranah yang terkandung dalam dalam konsep kompetensi, yaitu : - Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. - Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. - Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. - Sikap (attitude) yaitu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka). - Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat yang timbul akan berbeda pada setiap individunya. Kompetensi chef presenter juga akan menghasilkan minat memasak yang berbeda-beda kepada setiap responden (berminat atau tidak berminat). Misalnya kompetensi chef presenter yang tinggi, tidak disertai dengan minat penonton untuk memasak. Kemungkinan ini disebabkan karena tingginya tingkat kesulitan masakan yang dipraktekkan oleh chef presenter, sehingga penonton tidak berminat untuk memasak. Berdasarkan hasil perhitungan memperlihatkan bahwa koefisien konkordansi (W) sebesar 0,691. Setelah dilakukan transformasi harga W ke dalam rumus chi kuadrat, diperoleh harga chi kuadrat 69,136 dengan probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,000. Oleh karena sig sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa harga variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan, hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian maka secara statistik, hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara intensitas menonton program memasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenter dalam program memasak (X2) terhadap minat penonton untuk memasak” diterima. PENUTUP Fungsi media massa adalah memberi informasi, mendidik dan menghibur. Melalui banyaknya program memasak yang muncul di televisi, mampu memenuhi syarat dari ketiga fungsi tersebut. Melalui program memasak, khalayak mendapatkan banyak informasi dalam bidang memasak, mulai dari nama berbagai masakan (baik dari dalam maupun luar negeri) hingga istilah dalam bidang memasak. Selain itu, program memasak juga mendidik khalayaknya dengan cara menyajikan proses pengolahan bahan makanan suatu masakan. Dalam beberapa program memasak, chef presenter dalam mempresentasikan masakannya diawali dengan kegiatan travelling terlebih dahulu, sehingga dapat menghibur pemirsanya. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Intensitas menonton program memasak di televisi tidak berhubungan dengan minat penonton untuk memasak. Hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,629 dan koefisien korelasi sebesar -0,064. 2. Kompetensi chef presenter dalam program memasak tidak berhubungan dengan minat penonton untuk memasak . Hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862 dan koefisien korelasi sebesar -0,025. 3. Intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak berhubungan dengan minat penonton untuk memasak. Hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,000. 5.2. Saran Berikut merupakan saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan: 1. Program memasak memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi dalam bidang memasak serta menjadi sarana khalayak untuk belajar. Maka dari itu, diharapkan program memasak dapat disajikan dengan format yang lebih bervariasi, sehingga penonton akan lebih tertarik untuk menyaksikannnya. Misalnya dengan menghadirkan bintang tamu yang sedang naik daun. 2. Chef presenter dalam program memasak juga harus terus meningkatkan kompetensinya dengan menyajikan lebih banyak lagi inovasi masakan yang bahannya mudah untuk didapatkan dan informasi dalam bidang memasak. Misalnya dengan mengkombinasikan masakan Indonesia dengan masakan Italia. DAFTAR PUSTAKA Agung, Lilik. 2007. Human Capital Competencies. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Predana Media Group. DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar (Edisi Kelima). HarperCollin Publishers Inc. Effendi, Onong U. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong U. 1986. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung : Kotak Pos 272. Eriyanto. 2007. Teknik Sampling : Analisis Opini Publik. Yogyakarta : PT.LKiS Pelangi Aksara. Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York : McGraw-Hill Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Irwanto. 2002. Psikologi umum. Jakarta : PT. Prenhallindo. Janawi. 2011. Kompetensi Guru : Citra Guru Profesional. Bandung : Alfabeta. Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa : Analisis Interaktif Budaya Massa. Jakarta : Rineka Cipta. Liliweri, Alo.1991. Memahami Peran Komunikasi dalam Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti Little john, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi (Theories of Human Communication) edisi 9. Jakarta : Salemba Humanika. Marchfoedz, Ircham. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Tramaya. Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya Nasution, S. 2009. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Noor, Henry Faizal. 2010. Ekonomi Media. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Samovar, Larry. A, Richard E. Porter, Edwin R. Mc Daniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika. Singarimbun, Masri. 1995. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta : PT.Pustaka LP3ES. Subroto, Darwanto Sastro. 1992. Televisi Sebagai Pendidikan.Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumanto, Wasty.1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi. Jakarta Supranto, J. 2000. Teknik Sampling. Jakarta : PT. Rineksa Cipta. Surakhmah, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication : Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta : Pinus Books Publisher. Winarni. 2003. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Malang : UMM Press. Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Presentasi Pustaka. Internet : Dini. (2011). Jangan Ragu Memilih Profesi “Chef”. Dalam http://female.kompas.com/read/2011/05/30/15160929/Profesi.Chef.Semakin.Dicari. Diunduh pada 5 Oktober pukul 21.35 WIB Fuadi. (2011) Remaja dan Bisnis Kuliner. Dalam http://crazystress.blogspot.com/2009/12/remaja-dan-bisnis-kuliner.html. Diunduh pada 7 Februari pukul 20.15 WIB Gembur, S. Teguh. (2013). Rennee Sang Chef Profesional. Dalam http://peacockbistro.blogspot.com/2013/03/rennee-sang-chef-profesional.html?m=1. Diunduh pada 2 April pukul 17.00 WIB Jika Wanita Tak Bisa Memasak. (2010). Dalam http://cleoditra.student.fkip.uns.ac.id/2010/07/17/jika-wanita-tak-bisa-memasak/. Diunduh pada 2 April pukul 17.25 WIB Ulfah, Nurul. (2009). Susahnya Memasak si Wanita Karir. Dalam http://health.detik.com/read/2009/09/11/073444/1201160/764/susahnya-memasaksi- wanita-karir. Diunduh pada 7 Februari pukul 20.03 WIB Fauziyyah, Alfi Muhimmatul. (2011). Emansipasi Tanpa Menyalahi Kodrat. Dalam http://kampus.okezone.com/read/2011/12/22/367/545767/redirect. Diunduh pada 15 Februari pukul 06.30 WIB Kurniasari, Triwik. (2009). Barra Pattiradjawane. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bara_Pattiradjawane. Diunduh pada 27 April pukul 17.14 WIB 6 Chef Tercantik di Indonesia. (2011). Dalam http://coba-liat.blogspot.com/2012/09/6-cheftercantik- di-indonesia.html. Diunduh pada 27 April pukul 17.14 WIB Jaya, Dudi. (2011). Dalam http://dudijaya.blogspot.com/2011/07/profil-biodata-chefjuna. html. Diunduh pada 27 April pukul 17.30 WIB Jaya, Dudi. (2011). Dalam http://dudijaya.blogspot.com/2011/06/profil-biodata-chefmarinka. html. Diunduh pada 27 April pukul 17.32 WIB New Culinary December. (2011). Dalam http://www.indomarketplace.com/topic/497. Diunduh pada 27 April pukul 18.00 WIB Profil Rudy Choirudin. (2012). Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Rudy_Choirudin. Diunduh pada 27 April pukul 18.11 WIB ZR, Yeni. (2013). Dalam http://contactpersonchefbillydancorrypamela.blogspot.com/2013/02/profile-chefbilly- kalangi.html. Diunduh pada 27 April 18.30 WIB Mengenal Chef Muto. (2013). Dalam http://infotegal.com/2013/02/mengenal-chef-muto/. Diunduh pada 27 April 19.15 WIB Skripsi : Arleen, Ariesyani. (2011). Dampak Tayangan Program Acara Masterchef US di Channel Starworld Terhadap Minat Memasak (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Hotel Management Binus University).Skripsi, Bina Nusantara. Sari, Diah Arum. (2005). Hubungan Antara Motivasi Anak dalam Mengikuti Lomba dan Kebutuhan Anak untuk Mengembangkan Bakat dengan Intensitas Menonton Program Talent Show di Televisi. Skripsi. Universitas Diponegoro. Al-Hayuantana, Bayu Vita. (2002). Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Katakan Cinta di RCTI dan Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Perilaku Imitasi dalam Mengungkapkan Cinta. Skripsi. Universitas Diponegoro }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/3041} }
Refworks Citation Data :
Hubungan Intensitas Menonton Program Memasak di Televisi dan Kompetensi ChefPresenter dalam Program Memasak terhadap Minat Penonton untuk MemasakSkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : DITA PURMIA UTAMINIM : D2C008083JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGORO2013ABSTRAKSIJUDUL : HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON PROGRAMMEMASAK DI TELEVISI DAN KOMPETENSI CHEF PRESENTERDALAM PROGRAM MEMASAK TERHADAP MINAT PENONTONUNTUK MEMASAKNAMA : DITA PURMIA UTAMINIM : D2C008083Dewasa ini perempuan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, namun juga memilihuntuk berkarier. Di tengah kesibukannya dalam berkarier, sebagian perempuan tidak lagimemperhatikan pekerjaan rumah, khususnya memasak. Munculnya berbagai programmemasak di televisi dengan format yang baru dan dipandu oleh chef presenter yangberkompeten, memiliki daya tarik tersendiri bagi penontonnya. Program memasak tersebutmemiliki penonton yang berbeda karakter, mulai dari penonton yang tidak bisa memasak,hingga penonton yang ahli dalam bidang memasak.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas menontonprogram memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasakterhadap minat penonton untuk memasak. Penelitian ini merupakan penelitian bertipeeksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Belajar Sosial(Bandura, 1977), teori kompetensi (Agung, 2007) dan efek komunikasi massa (Chaffee,1980). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan ibu rumah tangga diSemarang yang menyaksikan program memasak di televisi. Teknik sampling yang digunakanadalah teknik sampling kebetulan (accidental sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 50orang. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dengan uji statistikyang menggunakan analisis korelasi Rank Kendall dengan menggunakan perhitungan denganprogram SPSS 17 (Statistical Product and Service Solution).Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas menonton program memasak ditelevisi (X1) ternyata tidak berhubungan terhadap minat penonton untuk memasak (Y), halini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperoleh probabilitaskesalahan (sig) sebesar 0,629 (>0,05). Kompetensi chef presenter dalam program memasak(X2) ternyata juga tidak berhubungan terhadap minat penonton untuk memasak (Y). Hal iniberdasarkan data uji hipotesis, diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862 (>0,05).Hasil pengujian terhadap ketiga variabel, yaitu antara variabel intensitas menonton programmemasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenter dalam program memasak (X2)terhadap minat penonton untuk memasak (Y) menggunakan teknik korelasi Kendallmenunjukkan angka probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena sig sebesar 0,000 < 0,05 yangberarti bahwa harga variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Dengan demikian,maka secara statistik, dapat dinyatakan “terdapat hubungan antara intensitas menontonprogram memasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenter dalam program memasak(X2) terhadap minat penonton untuk memasak (Y)”. Jadi artinya bahwa ketika intensitasmenonton program memasak di televisi tinggi dan kompetensi chef presenter dalam programmemasak baik, maka penonton semakin berminat untuk memasak.Kata Kunci : Intensitas Menonton Program Memasak; Kompetensi Chef Presenter; MinatMemasakABSTRACTJUDUL : CORRELATION BETWEEN INTENSITY OF WATCHING ACOOKING PROGRAM IN TELEVISION AND CHEF PRESENTER’SCOMPETENCY OF COOKING PROGRAM WITH AUDIENCE’SINTEREST FOR COOKINGNAMA : DITA PURMIA UTAMINIM : D2C008083Nowadays, women not only be a housewife, but also choose to make a career. In themidst of their rush in a career, most women no longer regard housework, especially cooking.The emergence of a variety of cooking programs on television with a new format and isguided by a competent chef presenter, has a special attraction for the audience. The cookingprogram has different character of audiens, from the audience who could not cook, until theaudience who are experts in the field of cooking.This research was aimed to know how the correlation between the intensity ofwatching a cooking program on television and chef presenter’s competency of cookingprogram with audience interest for cooking. It is an explanatory type with a quantitativeapproach. The theory used is the teori belajar sosial (Bandura, 1977), the theory ofcompetency (Agung, 2007) and effects of mass communication (Chaffee, 1980) . Thepopulation in this research were young women and housewives in Semarang who watchcooking programs on television. The sampling technique used is sampling kebetulan(accidental sampling) with the number of sample are 50 people. The data analysis techniqueused is quantitative with statistical tests using the Kendall rank correlation analysis usingcalculations with SPSS 17 (Statistical Product and Service Solutions).The results showed that the intensity of watching a cooking program on television(X1) was not related with audience’s interest for cooking (Y), it was proved by thecalculation of which is obtained through a statistical test error probability (sig) of 0.629 (>0,05). Chef presenter’s competency of cooking program (X2) was also not related to theaudience’s interest for cooking (Y). This is based on hypothesis data test, derived errorprobability (sig) of 0.862 (> 0,05). The test results of the three variables, namely the variableintensity of watching a cooking program on television (X1) and the chef presenter’scompetency of cooking program (X2) to the audience's interest for cooking (Y) using Kendallcorrelation techniques showed the probability of 0.000. Therefore sig of 0.000 <0.05, whichmeans that the price of these variables had a significant relationship. Thus, statistically, it canbe stated "there is a correlation between the intensity of watching a cooking program ontelevision (X1) and the chef presenter’s competency of cooking program (X2) to theaudience's interest for cooking (Y)". So that means that when there is high intensity ofwatching a cooking program on television and chef presenter’s competency in cookingprogram, the audience more interested in cooking.Key words : intensity of watching a cooking program, chef presenter’s competency of cookingprogram, interest in cookingPENDAHULUANPerkembangan teknologi komunikasi massa dalam bentuk media massa khususnyamedia televisi telah membuat dunia semakin kecil. Informasi melalui medium televisi daninternet yang mengalir melintasi batas-batas negara tampaknya tidak dapat terbendung olehjarak, ruang, dan waktu (Kuswandi, 2008:33)Melihat fungsi media televisi yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikankesadaran bahwa muatan-muatan pesan media televisi harus dapat mendukung keinginanseluruh masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial baik secara politik,ekonomi, dan budaya (Kuswandi, 2008:33). Maka dari itu, televisi harus menampilkanprogram-program yang berkualitas, menarik dan mendidik masyarakat.Untuk mengambil hati sekaligus memuaskan khalayaknya, berbagai stasiun televisiswasta memproduksi tayangan-tayangan yang dirasa akan banyak diminati oleh masyarakat.Berbagai macam program yang bertemakan edukatif, informatif, hingga menghibur punditayangkan. Mulai dari tayangan berita, infotainment, berita kriminal, reality show, kuliner,acara musik bahkan acara yang saat ini banyak diminati yaitu program acara memasak.Banyak acara televisi yang menampilkan program acara masak-memasak dan ratingnyatinggi.Intensitas menonton merupakan tingkat keseringan seseorang menonton setiappenyampaian pesan dan informasi tentang barang ataupun gagasan yang menggunakan mediamassa (Rakmat, 2000:52). Apabila penonton sering menonton program memasak, makainformasi mengenai program dan apa yang disajikan dalam program tersebut akan semakinbanyak diterima.Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua perempuan menjadi ibu rumahtangga, ada pula yang menjadi wanita karir. Banyak perempuan yang melakukan peransebagai laki-laki, yakni bekerja mencari nafkah. Ketika seorang istri berkarir di luar rumahurusan rumah tangga biasanya tidak tertangani semua, khususnya memasak.Program acara memasak memiliki konsep yang sangat menarik. Diselingi dengan acaratravelling yang menambah daya tarik bagi penontonnya. Selain itu chef presenter yangdipakai dalam program-program memasak tersebut adalah chef yang memang berkompetendan memiliki banyak pengalaman dalam dunia memasak.Dengan konsep acara dan kompetensi chef presenter handal yang dimiliki oleh programmemasak, mampu mencuri perhatian pemirsa program tersebut untuk selalu menyaksikannya.Penonton program acara memasak memiliki berbagai macam karakter penonton yangmenyaksikannya. Mulai penonton yang tidak bisa memasak hingga penonton yang ahlimemasak.Kompetensi komunikasi chef presenter yang baik akan mempengaruhi minat penontonuntuk memasak. Penonton yang kurang berminat memasak akan menjadi berminat untukmemasak dan yang gemar memasak akan semakin meningkatkan kreativitasnya dalammemasak. Tidak hanya memenuhi kebutuhan akan hiburan saja, namun dapat memberikansuatu manfaat dan pembelajaran bagi yang menyaksikan program tersebut.Berdasarkan hal tersebut diatas, muncul suatu pertanyaan, apakah ada hubungan antaraintensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalamprogram memasak terhadap minat penonton untuk memasak?ISITeori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Belajar Sosial (SocialLearning Theory) dari Bandura. Salah satu perilaku prososial ialah memiliki keterampilanyang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keterampilan seperti ini biasanyadiperoleh dari saluran-saluran-saluran interpersonal : orang tua, atasan, pelatih, atau guru.Pada dunia modern, sebagian dari tugas mendidik telah dilakukan media massa. MenurutBandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan ataupeneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan.Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antarastimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita (Rakhmad, 2005:240).Menurut Steven M. Chaffee (dalam Rakmat, 2005:218) dalam melihat efek yangditimbulkan oleh pesan media massa adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadipada diri khalayak komunikasi massa, yaitu :1. Efek KognitifTerjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang diketahui,dipahami, ataupun dipersepsi oleh khalayak. Kognitif berkaitan dengan transmisipengetahuan, keterampilan, dan informasi.2. Efek AfektifTerjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang dirasakan,disenangi, ataupun dibenci oleh khalayak. Perubahan ditunjukkan dengan perubahan perasaanemosi, sikap atau nilai.3. Efek BehavioralMerujuk pada perubahan perilaku nyata yang dapat diamati seperti pola tidakan,kegiatan dan kebiasaan berperilaku (Rakmat, 2005:219).Dari ketiga efek di atas, efek yang paling menonjol adalah efek kognitif dan afektif,dimana seseorang atau khalayak yang melihat program acara memasak di televisimemberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, ataupun dipersepsi olehkhalayak. Dengan menonton program memasak di televisi, memberikan perubahan pada apayang dirasakan, disenangi, ataupun dibenci oleh penonton. Perubahan tersebut dapatditunjukkan dengan khalayak yang sebelumnya tidak menyukai masak akan mencoba untukbelajar memasak dan yang sebelumnya menyukai memasak akan semakin meningkatkankegemarannya dalam bidang memasak.Menurut Johnson (dalam Suparno, 2001:27) memandang kompetensi sebagai perbuatan(performance) yang rasional yang secara memuaskan memenuhi tujuan dalam kondisi yangdiinginkan. Dikatakan performance yang rasional, karena orang yang melakukannya harusmempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian.Konsep-konsep dasar komunikasi yang terdapat dalam kegiatan komunikasi dapatdijelaskan dalam proses komunikasi manusia, yaitu (Winarso, 2005:5) ; sumber – penerima,pengiriman sandi – pemahaman sandi, kemampuan, pesan, umpan balik, umpan muka,saluran, gangguan, konteks, bidang pengalaman, akibat, dan etika.Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori yang menjelaskantentang hubungan intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chefpresenter dalam program memasak terhadap minat penonton untuk memasak. Populasidalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan ibu rumah tangga di kota Semarang yangmeyaksikan program memasak di televisi. Sedangkan jumlah sampel penelitian yang diambiladalah 50 orang remaja perempuan dan ibu rumah tangga yang menyaksikan programmemasak di televisi di kota Semarang. Karena jumlah penonton program memasak di televisitidak diketahui, maka peneliti menggunakan teknik sampling kebetulan (accidentalsampling). Teknik ini memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampeldengan kriteria tertentu.Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisiskoefisien korelasi Rank Kendall dengan menggunakan perhitungan dengan program SPSS(Statistical Product and Service Solution) versi 17.0.Berdasarkan perhitungan, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,064 denganprobabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,629. Oleh karena sig sebesar 0,629 > 0,05 yang berartihubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Maka hipotesis penelitian yangmenyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas menonton program memasakdi televisi dengan minat penonton untuk memasak, tidak diterima. Hal ini bisa dijelaskandengan menggunakan teori perbedaan-perbedaan individu mengenai pengaruh komunikasimassa (the individual differences theory of mass communication effect), dimana menurutteori ini bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya, kepercayaannyamaupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap komunikasimassa juga berbeda (Liliweri, 1991:106).Teori di atas sesuai dengan hasil pencarian dan pengolahan data yang menunjukkanbahwa meskipun intensitas menonton program memasak berbeda-beda (banyak ataupunsedikit), akan tetapi itu juga tidak serta merta merubah minat penonton untuk memasak.Berdasarkan data uji hipotesis di atas, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,025dengan probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862. Oleh karena sig sebesar 0,862 > 0,05 yangberarti hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Maka, hipotesis penelitian yangmenyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kompetensi chef presenter dalamprogram memasak dengan minat penonton untuk memasak, tidak diterima. Hal tersebut dapatdijelaskan dengan pendapat Gordon (dalam Mulyasa, 2004:77) mengenai beberapa ranahyang terkandung dalam dalam konsep kompetensi, yaitu :- Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.- Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimilikioleh individu.- Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukantugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.- Sikap (attitude) yaitu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar(senang atau tidak senang, suka atau tidak suka).- Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatuperbuatan. Minat yang timbul akan berbeda pada setiap individunya.Kompetensi chef presenter juga akan menghasilkan minat memasak yang berbeda-bedakepada setiap responden (berminat atau tidak berminat). Misalnya kompetensi chef presenteryang tinggi, tidak disertai dengan minat penonton untuk memasak. Kemungkinan inidisebabkan karena tingginya tingkat kesulitan masakan yang dipraktekkan oleh chefpresenter, sehingga penonton tidak berminat untuk memasak.Berdasarkan hasil perhitungan memperlihatkan bahwa koefisien konkordansi (W)sebesar 0,691. Setelah dilakukan transformasi harga W ke dalam rumus chi kuadrat,diperoleh harga chi kuadrat 69,136 dengan probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,000. Olehkarena sig sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa harga variabel tersebut memilikihubungan yang signifikan, hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.Dengan demikian maka secara statistik, hipotesis yang menyatakan “terdapat hubunganantara intensitas menonton program memasak di televisi (X1) dan kompetensi chef presenterdalam program memasak (X2) terhadap minat penonton untuk memasak” diterima.PENUTUPFungsi media massa adalah memberi informasi, mendidik dan menghibur. Melaluibanyaknya program memasak yang muncul di televisi, mampu memenuhi syarat dari ketigafungsi tersebut. Melalui program memasak, khalayak mendapatkan banyak informasi dalambidang memasak, mulai dari nama berbagai masakan (baik dari dalam maupun luar negeri)hingga istilah dalam bidang memasak. Selain itu, program memasak juga mendidikkhalayaknya dengan cara menyajikan proses pengolahan bahan makanan suatu masakan.Dalam beberapa program memasak, chef presenter dalam mempresentasikan masakannyadiawali dengan kegiatan travelling terlebih dahulu, sehingga dapat menghibur pemirsanya.5.1. KesimpulanBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapakesimpulan sebagai berikut:1. Intensitas menonton program memasak di televisi tidak berhubungan dengan minatpenonton untuk memasak. Hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui ujistatistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,629 dan koefisienkorelasi sebesar -0,064.2. Kompetensi chef presenter dalam program memasak tidak berhubungan dengan minatpenonton untuk memasak . Hal ini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui ujistatistik dimana diperoleh probabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,862 dan koefisienkorelasi sebesar -0,025.3. Intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenterdalam program memasak berhubungan dengan minat penonton untuk memasak. Halini dibuktikan berdasarkan perhitungan melalui uji statistik dimana diperolehprobabilitas kesalahan (sig) sebesar 0,000.5.2. SaranBerikut merupakan saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telahdilakukan:1. Program memasak memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhankhalayak akan informasi dalam bidang memasak serta menjadi sarana khalayakuntuk belajar. Maka dari itu, diharapkan program memasak dapat disajikandengan format yang lebih bervariasi, sehingga penonton akan lebih tertarik untukmenyaksikannnya. Misalnya dengan menghadirkan bintang tamu yang sedangnaik daun.2. Chef presenter dalam program memasak juga harus terus meningkatkankompetensinya dengan menyajikan lebih banyak lagi inovasi masakan yangbahannya mudah untuk didapatkan dan informasi dalam bidang memasak.Misalnya dengan mengkombinasikan masakan Indonesia dengan masakan Italia.DAFTAR PUSTAKAAgung, Lilik. 2007. Human Capital Competencies. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi AksaraBungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Predana MediaGroup.DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia : Kuliah Dasar (Edisi Kelima).HarperCollin Publishers Inc.Effendi, Onong U. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : RemajaRosdakarya.Effendy, Onong U. 1986. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung : Kotak Pos 272.Eriyanto. 2007. Teknik Sampling : Analisis Opini Publik. Yogyakarta : PT.LKiS PelangiAksara.Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York : McGraw-HillHurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.Irwanto. 2002. Psikologi umum. Jakarta : PT. Prenhallindo.Janawi. 2011. Kompetensi Guru : Citra Guru Profesional. Bandung : Alfabeta.Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar MajuKuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT.Rineka Cipta.Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa : Analisis Interaktif Budaya Massa. Jakarta :Rineka Cipta.Liliweri, Alo.1991. Memahami Peran Komunikasi dalam Masyarakat. Bandung: Citra AdityaBaktiLittle john, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi (Theories of HumanCommunication) edisi 9. Jakarta : Salemba Humanika.Marchfoedz, Ircham. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Tramaya.Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja RosdakaryaNasution, S. 2009. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.Noor, Henry Faizal. 2010. Ekonomi Media. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.Samovar, Larry. A, Richard E. Porter, Edwin R. Mc Daniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya(Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika.Singarimbun, Masri. 1995. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta : PT.Pustaka LP3ES.Subroto, Darwanto Sastro. 1992. Televisi Sebagai Pendidikan.Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.Sumanto, Wasty.1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina AksaraSuparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi. JakartaSupranto, J. 2000. Teknik Sampling. Jakarta : PT. Rineksa Cipta.Surakhmah, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaTubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication : Konteks-KonteksKomunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta : Pinus BooksPublisher.Winarni. 2003. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Malang : UMM Press.Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Presentasi Pustaka.Internet :Dini. (2011). Jangan Ragu Memilih Profesi “Chef”. Dalamhttp://female.kompas.com/read/2011/05/30/15160929/Profesi.Chef.Semakin.Dicari.Diunduh pada 5 Oktober pukul 21.35 WIBFuadi. (2011) Remaja dan Bisnis Kuliner. Dalamhttp://crazystress.blogspot.com/2009/12/remaja-dan-bisnis-kuliner.html. Diunduhpada 7 Februari pukul 20.15 WIBGembur, S. Teguh. (2013). Rennee Sang Chef Profesional. Dalamhttp://peacockbistro.blogspot.com/2013/03/rennee-sang-chef-profesional.html?m=1.Diunduh pada 2 April pukul 17.00 WIBJika Wanita Tak Bisa Memasak. (2010). Dalamhttp://cleoditra.student.fkip.uns.ac.id/2010/07/17/jika-wanita-tak-bisa-memasak/.Diunduh pada 2 April pukul 17.25 WIBUlfah, Nurul. (2009). Susahnya Memasak si Wanita Karir. Dalamhttp://health.detik.com/read/2009/09/11/073444/1201160/764/susahnya-memasaksi-wanita-karir. Diunduh pada 7 Februari pukul 20.03 WIBFauziyyah, Alfi Muhimmatul. (2011). Emansipasi Tanpa Menyalahi Kodrat. Dalamhttp://kampus.okezone.com/read/2011/12/22/367/545767/redirect. Diunduh pada 15Februari pukul 06.30 WIBKurniasari, Triwik. (2009). Barra Pattiradjawane. Dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bara_Pattiradjawane. Diunduh pada 27 April pukul17.14 WIB6 Chef Tercantik di Indonesia. (2011). Dalam http://coba-liat.blogspot.com/2012/09/6-cheftercantik-di-indonesia.html. Diunduh pada 27 April pukul 17.14 WIBJaya, Dudi. (2011). Dalam http://dudijaya.blogspot.com/2011/07/profil-biodata-chefjuna.html. Diunduh pada 27 April pukul 17.30 WIBJaya, Dudi. (2011). Dalam http://dudijaya.blogspot.com/2011/06/profil-biodata-chefmarinka.html. Diunduh pada 27 April pukul 17.32 WIBNew Culinary December. (2011). Dalam http://www.indomarketplace.com/topic/497.Diunduh pada 27 April pukul 18.00 WIBProfil Rudy Choirudin. (2012). Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Rudy_Choirudin. Diunduhpada 27 April pukul 18.11 WIBZR, Yeni. (2013). Dalamhttp://contactpersonchefbillydancorrypamela.blogspot.com/2013/02/profile-chefbilly-kalangi.html. Diunduh pada 27 April 18.30 WIBMengenal Chef Muto. (2013). Dalam http://infotegal.com/2013/02/mengenal-chef-muto/.Diunduh pada 27 April 19.15 WIBSkripsi :Arleen, Ariesyani. (2011). Dampak Tayangan Program Acara Masterchef US di ChannelStarworld Terhadap Minat Memasak (Studi Pada Mahasiswa Jurusan HotelManagement Binus University).Skripsi, Bina Nusantara.Sari, Diah Arum. (2005). Hubungan Antara Motivasi Anak dalam Mengikuti Lomba danKebutuhan Anak untuk Mengembangkan Bakat dengan Intensitas MenontonProgram Talent Show di Televisi. Skripsi. Universitas Diponegoro.Al-Hayuantana, Bayu Vita. (2002). Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Katakan Cintadi RCTI dan Interaksi dengan Teman Sebaya dengan Perilaku Imitasi dalamMengungkapkan Cinta. Skripsi. Universitas Diponegoro
Last update:
Interaksi Online, is published by Undergraduate Program of Communication Science, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024) 7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
situs slot 4d
toto slot 88