BibTex Citation Data :
@article{IO3057, author = {Lia Faiqoh and Sunarto Sunarto and Sri Herieningsih}, title = {PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADA MAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIP}, journal = {Interaksi Online}, volume = {1}, number = {3}, year = {2013}, keywords = {}, abstract = { PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADA MAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIP Abstrak Kekerasan seksual sering kali muncul di sekitar kita, terutama sering merugikan pihak perempuan. Namun, kebanyakan korban dari kekerasan tersebut justru tidak banyak yang melaporkannya, salah satu bentuk yang paling sering dijumpai adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat diterima, baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual dan pernyataan-pernyataan yang bersifat menghina atau keterangan seksual yang bersifat membedakan. Tindakan yang tidak diinginkan tersebut ternyata bukan saja terjadi di ranah privat saja, melainkan sudah mengarah pada ruang publik dan dapat berasal dari orang-orang yang dikenal seperti teman-teman di lingkungan pendidikan. Fokus penelitian adalah untuk menggambarkan bagaimana maskulinisasi dapat diterima oleh mahasiswi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Selain itu, untuk menjelaskan bentuk dan dampak pelecehan seksual yang terdapat dalam sebuah maskulinisasi tersebut, dan ideologi yang digunakan di balik dominasinya. Penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma kritis, dengan tipe penelitian deskriptif. Manakala metode penelitiannya menggnakan Studi Kasus yang mengacu pada Yin (2006). Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancara informan secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik Elektro Undip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Teori utama penelitian ini adalah Muted Group Theory dari Cheris Kramarae. Hasil penelitian menggambarkan bagaimana pelecehan seksual dapat diterima dikalangan perempuan dalam sebuah dominasi kelompok, berkat hegemoni kelompok yang membuatnya semakin tersamar. Bentuk pelecehan yang dialami mereka cenderung mengarah pada hostile environment, di mana berdampak terhadap keadaan psikologis, berupa lontaran komentar-komentar maupun julukan seksis yang mendeskripsikan keadaan fisik mereka. Ideologi di balik dominasi mereka adalah Patriarki yang telah melebur dengan nilai-nilai di lingkungannya, sehingga menjadikan suatu “kebiasaan laki-laki”, salah satunya pelecehan seksual yang telah dijadikan keadaan normal di kalangan perempuan. Kata kunci : Pelecehan Seksual, Dominasi, Maskulinisasi SEXUAL HARASSMENT: MASCULINIZATION OF FEMALE STUDENT IDENTITY ON ELECTRICAL ENGINEERING MAJOR OF DIPONEGORO UNIVERSITY Abstract Sexual violence often appear around us, especially the often detrimental to women. However, most of the violence victims didn’t make reports on it, one of the most common sexual violence is sexual harassment. Sexual harassment is defined as a situation that is unacceptable, whether verbal, physical or sexual cues and statements that are sexually derogatory or discriminatory statements. The unwanted actions are apparently not only occur in the private sphere, but has led to the public and can be derived from known people like friends in the educational environment. The focus of the research is to describe how the masculinization may be accepted by the student in the Electrical Engineering Diponegoro University. Moreover, to explain the shape and impact of sexual harassment contained in a the masculinization, and ideology are used behind its dominance. This qualitative study using a critical paradigm, the descriptive type. Whereas the research method is using the case study which refers to Yin (2006). Data obtained from direct field observations and in-depth informant interviews to three informants of the Electrical Engineering Diponegoro University students, by using the Snowball Sampling technique. The main theory of this study is Muted Group Theory of Cheris Kramarae. The result of the research illustrates how sexual harassment is acceptable among women in a group of domination, through to the hegemony group that make it more subtle. The form of harassment experienced by women tends to lead to a hostile environment, where the impact on the psychological state, a burst of comments and sexist epithets describing their physical state. The ideology behind their dominance is Patriarchy which has merged with the values in the environment, making a \"habit of men\", one of which sexual abuse has become a normal state among women. Keywords: Sexual harassment, Domination, Masculinization Pendahuluan Akhir-akhir ini, pemberitaan mengenai kekerasan semakin marak diberitakan di media-media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan tidak jarang media itu sendiri juga turut menjadi pelaku dari kekerasan. Di sini, kekerasan yang dimaksud tidak melulu berkaitan dengan tindakan tembakan, pukulan atau dengan tetesan darah. Kekerasan adalah suatu penyerangan yang berakibat menyakiti seseorang, baik berupa verbal maupun non-verbal, dan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Jenis-jenis kekerasan juga dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu yang sering menjadi sorotan adalah Kekerasan Berbasis Gender (KBG). Dalam sebuah seminar berjudul “Gender-Based Violence In A Romantic Relationship” (Anonim, 2012), Murnizam Halik PH.D, seorang Dekan Psikologi di Universitas Malaysia Sabah (UMS) sekaligus narasumber seminar, mengungkapkan Gender Based Violence atau Kekerasan Berbasis Gender merupakan serangkaian penganiayaan yang dilakukan terhadap perempuan, yang berakar dari ketidaksetaraan gender dan rendahnya status perempuan dibandingkan laki-laki. KBG dapat terjadi di manapun, dari ruang privat hingga ruang publik, yang nyata diketahui banyak orang. Selain itu, KBG dapat dilakukan dalam berbagai bentuk: kekerasan fisik, kekerasan psikis dan kekerasan seksual. Akan tetapi, pembahasan dalam penelitian ini akan mengarahkan pembaca pada kekerasan dalam bentuk seksual, yang mana salah satunya menyangkut pelecehan seksual. Sexual harassment atau pelecehan seksual sering kali terjadi disekitar kita, dengan atau tanpa disadari. Pelecehan seksual diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat diterima, baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual dan pernyataan-pernyataan yang bersifat menghina atau keterangan seksual yang bersifat membedakan, di mana membuat seseorang merasa terancam, dipermalukan, dibodohi, dilecehkan dan dilemahkan kondisi keamanannya. Pada dasarnya, pelaku pelecehan dapat dilakukan oleh lakilaki dan perempuan; baik laki-laki terhadap perempuan, perempuan terhadap perempuan, bahkan antar sejenis yaitu laki-laki terhadap laki-laki dan perempuan terhadap perempuan. Bentuknya dapat berupa verbal dan non-verbal, dan dapat dijumpai di manapun, kapanpun, kepada siapapun dan oleh siapapun, tanpa mengenal status atau pangkat. Richmond dan Abbott (1992:329) menyatakan, bahwa hanya sekitar satu per sepuluh kasus-kasus pelecehan seksual sesama jenis yang diberitakan. Pelecehan seksual sesama jenis biasanya dilakukan oleh pasangan homoseksual, atau seseorang yang mengidap kelainan seksual. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya perempuan sering menjadi korban kekerasan maupun pelecehan seksual oleh laki-laki, sehingga setiap harinya bahkan setiap saat perempuan harus merasa berwaspada terhadap serangan-serangan yang akan menimpanya. Menurut data WHO 2006 (dalam artikel Kinasih, 2007:11), ditemukan adanya seorang perempuan dilecehkan, diperkosa dan dipukuli setiap hari di seluruh dunia. Paling tidak setengah dari penduduk dunia berjenis kelamin perempuan telah mengalami kekerasan secara fisik. Bahkan, pelecehan ini telah terjadi di tempattempat umum dan tanpa disadari (oleh korban pelecehan). Misalnya, kasus pelecehan menjadi mimpi buruk (terror) bagi kaum hawa, terutama di Ibu Kota, Jakarta. Berdasarkan sumber okezone.com, (wirakusuma, 2011) perempuan yang menaiki jasa mobil angkutan kota di malam hari akan merasakan takut yang berlebih sehingga mereka harus menyamarkan penampilan mereka seperti seorang laki-laki. Seorang karyawati asal Ciputat, bernama Tungga Pawestri (30) mengaku harus pulang kantor pada malam hari (di atas pukul 22.00 WIB). Sebelum menaiki angkot tersebut, Tungga harus memakai jaket tebal dan topi agar tampak seperti laki-laki, agar dapat terlepas dari tindak pelecehan seksual di angkot. Sebuah survei “YouGov” yang dilakukan oleh End Violence Against Women Coalition (Evaw) juga memperkuat kenyataan tersebut, yaitu sebanyak 43 persen dari 1.047 wanita berusia 18 – 34 tahun (yang disurvei) mengalami pelecehan seksual di tempat-tempat umum pada tahun 2011 (Anonim, 2012). Di Indonesia sendiri, menurut pantauan yang dilakukan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dalam kurun waktu 13 tahun terakhir (1998 – 2011) telah tercatat sebanyak 22.284 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di ruang umum dan menjadi urutan kedua dari seluruh kasus kekerasan seksual yang berjumlah 93.960 kasus (Hidayatullah, 2012). Pelecehan seksual ini merupakan latar belakang dari kekerasan, sehingga hukum di Indonesia pun menciptakan suatu undang-undang perlindungan perempuan, yang terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, yang mana merupakan pengaturan pasal-pasal pelecehan seksual: (a) KUHP Pasal 289 – 296 merupakan pasal-pasal tentang pencabulan, (b) KUHP Pasal 295 – 298 dan pasal 506 merupakan pasal-pasal tentang Penghubungan Pencabulan, dan (c) KUHP Pasal 281 – 299, 532 – 533 dan lain-lain merupakan pasal-pasal tentang Tindak Pidana terhadap Kesopanan (Laluyan, 2009). Meski terdapat aturan hukum mengenai pelaku pelecehan, kaum lelaki tetap merasa lebih berkuasa dibanding perempuan dan konotasi perempuan menjadi makhluk yang lemah. Terbukti dari kasus-kasus pelecehan yang nyata ada di manamana. Bukan hanya di tempat-tempat umum, kasus-kasus pelecehan seksual juga dapat terjadi pada lingkup yang tertutup, seperti lingkungan akademis. Pelecehan seksual, baik guru/dosen terhadap murid/mahasiswa atau sebaliknya, serta antar guru/dosen dan antar murid/mahasiswa tidak dapat dipungkiri dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, peneliti menyingkap kasus pelecehan seksual yang terjadi diantara mahasiswa-mahasiswi yang berada pada lingkungan dominasi laki-laki, tepatnya pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Undip. Teknik Elektro Undip memiliki perbandingan mahasiswa (antara laki-laki dan perempuan) yang signifikan yaitu sebanyak 87 persen laki-laki dan 13 persen perempuan dari jumlah 920 orang. Dengan dominasi maskulin (sifat laki-laki), maka akan dengan mudah mengambil alih sifat-sifat feminin dari seorang perempuan, inilah yang disebut dengan “Maskulinisasi” atau laki-laki dapat mengkonstruksikan diri perempuan. Proses maskulinisasi tersebut, salah satunya dapat berimbas dalam identitas diri seseorang. Karakteristik macho sangat terkenal pada salah satu kampus teknik yang paling diminati tersebut. Dengan konstruksi penampilan laki-laki, mencerminkan sifat-sifat macho pada diri perempuan; make up yang jarang digunakan dan tas ransel yang lebih menjadi pilihan para mahasiswi, akan sering ditemui di Teknik Elektro. Suatu diskriminasi identitas, jika identitas seseorang tersebut harus diikuti secara “paksaan”. Oleh karenanya, peneliti akan menggali lebih dalam mengenai dominasi maskulin terhadap perempuan. Karenanya, peneliti mengambil judul “Pelecehan Seksual: Maskulinisasi Identitas Pada Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro Undip”, yang mana peneliti berusaha untuk mencari tahu bagaimana perempuan (sebagai minoritas) dapat beradaptasi dengan lingkungan dominasi maskulin, dan dampak maskulinisasi identitas perempuan yang ditimbulkan dari bentuk-bentuk pelecehan seksual. Selain itu, peneliti juga berusaha mencaritahu ideologi di balik dominasi maskulin di lingkungan Teknik tersebut. Metoda Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan paradigma kritis, karena peneliti menekankan pada konsep maskulinisasi, yang dominan di kalangan mahasiswa-mahasiswi Teknik Elektro Undip. Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancara informan secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik Elektro Undip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Bungin (2007:108) menetapkan beberapa prosedur pada penggunaan teknik Snowball, yaitu dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajari atau memberi informasi kepada peneliti. Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposi awal suatu penelitian (Yin, 2006:133). Strategi penjodohan pola dalam studi kasus deskriptif bersifat relevan dan fleksibel, sehingga pola-pola spesifik dapat diprediksikan sebelum pengumpulan data (Yin, 2006:140). Pembahasan Refleksi: Pelecehan Seksual Dalam Maskulinisasi Identitas Mahasiswi Teknik Elektro Undip Strategi analisis data yang digunakan pada penelitian ini, dalam pendekatan studi kasus adalah strategi penjodohan pola. Peneliti telah menetapkan asumsi di awal penelitian, sehingga dapat menghasilkan sebuah perbandingan antara pra penelitian dan pasca penelitian. Asumsi peneliti pra penelitian menyatakan bahwa praktek pelecehan seksual yang dialami perempuan dalam dominasi maskulin merupakan akibat maskulinisasi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Laki-laki menggunakan kelebihannya untuk menguasai perempuan. Posisi laki-laki menempatkan dirinya pada tatanan superior. Dengan demikian, laki-laki juga bebas menggunakan kekuatannya dalam mengkonstruksi perempuan. Sedangkan pasca penelitian, peneliti menemukan beberapa temuan. Pertama, laki-laki menyisipkan praktek pelecehan seksual dalam maskulinisasi identitas perempuan di lingkungan dominasi, Teknik Elektro Undip. Dampak dari dominasi maskulin begitu terasa di lingkungan tersebut, sehingga memberi keleluasaan bagi laki-laki untuk menguasai perempuan. Mereka seakan harus mengikuti aturan (terutama dalam hal identitas gender) yang dibuat oleh laki-laki agar dapat diterima sebagai bagian di lingkungan kampus Teknik Elektro Undip. Paludi (1990:23) menegaskan, bahwa pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang tidak diinginkan, permintaan atas kenikmatan seksual, dan segala tindakan verbal atau fisik yang mengarah pada seksual secara alamiah dalam berbagai situasi, salah satunya ketika salah satu pihak mengarah pada ketundukkan yang dibuat secara emplisit (langsung) atau implisit (tidak langsung) oleh pihak lain. Kedua, peneliti menemukan pelecehan seksual yang dialami mahasiswi di lingkungan Teknik Elektro, lebih berupa kata-kata (verbal), antara lain: memberi komentar negatif, memberi julukan yang tidak menyenangkan, dan pembicaraan yang mengarah pada hal-hal seksis. Bahkan Michigan Task Force (Richmond dan Abbott, 328:1992) yang fokus menyoroti kasus pelecehan seksual, menyatakan bahwa pelecehan seksual mencakup verbal abuse atau kekerasan verbal yang dilakukan berulang-ulang dari hasrat atau naluri seksual. Kekerasan verbal yang berulang-ulang itu sama seperti yang dialami oleh para informan penelitian, sehingga dapat mengakibatkan suatu ketidaknyamanan kondisi psikologis ketika berada di lingkungan kampusnya. Kondisi yang dialami oleh perempuan di lingkungan tersebut, dalam pelecehan seksual lengkapnya termasuk jenis hostile environment, yaitu suatu keadaan seorang individu dijadikan subyek atas segala pengulangan seputar seksual yang tidak diinginkan, sehingga dapat menciptakan suasana yang tidak nyaman dilingkungan pekerjaan maupun pendidikan (Carroll, 2010:486). Ketiga, keadaan di mana laki-laki sangat ingin mengontrol perempuan sama seperti penjelasan dalam Budaya Patriarki. Patriarki lahir dari hasrat laki-laki untuk menguasai perempuan dan alam, yang merupakan suatu sistem hirarki yang menghargai sebuah power-over (hasrat menghancurkan) (Tong, 81:2010). Praktekpraktek untuk menaklukkan perempuan, sering kali dinormalisasi oleh laki-laki agar dapat mencapai kekuasaan (power) yang diinginkannya. Oleh karenanya, konsep patriarki telah melebur menjadi landasan ideologis dibalik dominasi yang terdapat di lingkungan Teknik Elektro tersebut. “Muted Group theorists criticize dominant groups and argue that hegemonic ideas often silence other ideas” (West dan Turner, 2007:516). Kalimat tersebut menekankan bahwa MGT sangat kritis terhadap kelompok dominan yang sering mengontrol makna pada anggota-anggota kelompok lainnya. Perempuan hanya bisa mengikuti aturan-aturan tersebut karena merasa tidak dapat memberikan sikap responsif untuk menjelaskan pikirannya. Bahkan ketika subjek penelitian mengalami pelecehan, mereka cenderung pasif karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar serta konsekuensi yang harus diterima berada dalam lingkungan dominasi maskulin. Penggunaan teori MGT mampu menjelaskan sepenuhnya, mengapa perempuan mengalami ketidakberdayaan menghadapi pelecehan seksual dalam praktek maskulinisasi identitas perempuan. Dominasi laki-laki yang begitu kuat mampu menguasai kebiasaan interaksi lawan jenis, bahkan secara bawah sadar yang dikuasai dapat dengan mudah merasa patuh dan menerima begitu saja. Bagi kelompok bungkam (muted group), apa yang dikatakan pertama kali harus bergeser dari pandangan mereka sendiri terhadap dunia dan kemudian diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman dari kelompok yang dominan (West dan Turner, 2007:517). Asumsi Muted Group Theory dalam sudut pandang perempuan, turut menyatakan bahwa dalam berpartisipasi pada kelompok sosialnya, perempuan harus mentransformasi cara mereka menjadi cara-cara yang dapat diterima oleh laki-laki. Perempuan mengalami pelecehan seksual sebagai usaha pembungkaman diri karena mereka memahami bahwa dirinya akan selalu berada di bawah laki dan menjadi manusia sekunder. Kenyataan yang terdapat di lapangan, mahasiswi Teknik Elektro merasa harus menyesuaikan peran yang cocok dengan identitas kelompoknya, macho. Adapun, peneliti menemukan beberapa hal menarik dalam penelitian ini. Pertama, konstruksi identitas yang diciptakan oleh mayoritas anggota kelompok sendiri biasanya dapat saling mempengaruhi, apalagi jika hubungan tersebut berhasil menciptakan rasa solidaritas yang tinggi. Ketidaksadaran kaum perempuan dalam mematuhi aturan-aturan yang diciptakan kelompok dominan sama seperti penjelasan dalam Teori Hegemoni. Secara umum, teori tersebut menjelaskan dominasi sebuah kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya kelompok yang lebih lemah, dalam hal ini perempuan (West dan Turner, 2008:67). Arahan-arahan para penguasa kelompok sebenarnya telah menciptakan suatu kesadaran palsu bagi kelompok tertindas. Kesadaran palsu atau false consciousness (dalam West dan Turner, 2008:68) adalah suatu keadaan di mana individu-individu menjadi tidak sadar mengenai dominasi yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Identitas atau ciri khas macho yang melekat pada kelompok Teknik Elektro, terbukti telah dibentuk oleh kelompok dominan yang ada di lingkungannya. Konsep macho menjadi sesuatu yang identik dengan Teknik Elektro secara terus-menerus dapat berpengaruh pada diri perempuan yang ada di lingkungan tersebut. Perempuan tidak akan pernah benar-benar yakin bahwa ia feminin, jika lingkungannya sendiri tidak menerimanya sebagai seorang yang feminin. Kedua, yaitu berdasarkan pengakuan ketiga informan yang menjelaskan bahwa teman-teman lelaki yang terdapat di dalam dan di luar lingkungan Kampus Teknik Elektro ternyata memiliki perbedaan cara pandang mengenai sosok penampilan perempuan. Jika kelompok laki-laki yang dalam lingkungan kampus tersebut cenderung memandang identitas feminin kurang pantas dikenakan oleh mahasiswinya, teman-teman lelaki di luar lingkungan itu justru menganggap penampilan feminin bukanlah merupakan sesuatu yang terlalu berlebihan bagi perempuan. Perbedaan cara pandang tersebut sebenarnya terbentuk dari penerimaan suatu kelompok di setiap lingkungannya. Mahasiswi yang berada pada lingkungan dominasi maskulin tentu akan merasakan kadar kedekatan dan pengaruh yang lebih kuat, daripada kelompok lain atau out-groups. Dari sesama anggota kelompok sendiri, tentunya akan menimbulkan suatu harapan atas pengakuan, kesetiaan, dan pertolongan (Horton dan Hunt, 1996:220). Ini pula yang dijadikan suatu kesempatan bagi kelompok dominan untuk menaklukan minoritas. Hal unik yang terakhir (ketiga), mengenai kurangnya pemahaman mendalam seputar pelecehan seksual, yang mengakibatkan para informan tidak dapat menyatakan bahwa dirinya telah mengalami pelecehan seksual. Hal ini serupa dengan pernyataan Bourdieu dalam konsepnya “misrecognition” yaitu yaitu sebuah “bentuk melupakan” dari seseorang akan suatu hal. Korban tidak akan merasa bahwa dirinya adalah seorang “korban pelecehan seksual” yang telah diperlakukan sebagai makhluk inferior yang kerap mengalami penolakan atas keinginannya, dan memiliki keterbatasan dalam berekspresi. (Webb, Schiratto, dan Danaher, 2002:24-25). Simpulan Para mahasiswi yang menjadi subyek penelitian menyadari kedudukannya sebagai kelompok minoritas di lingkungan Teknik Elektro Undip. Mereka seakan berhasil “dikostumkan” dengan segala persepsi maskulin dari kelompok dominan. Dengan demikian, melalui hegemoni, perempuan dapat dengan mudah dipengaruhi dan dibentuk oleh keinginan laki-laki. Jenis pelecehan seksual yang dialami kelompok minoritas, termasuk ke dalam kondisi hostile environment, yaitu perempuan sebagai korban sebenarnya telah mencapai titik pertentangan terhadap lingkungan kampusnya, sehingga sering kali menimbulkan dampak ketidaknyamanan (psikologis) bagi perempuan, yaitu rasa takut, terpaksa, kehilangan rasa percaya diri, kecewa dan risih. Nilai-nilai maskulin yang dominan seakan “mengurung” keinginan para mahasiswi untuk tampil lebih feminin dengan berbagai berbagai tindakan yang cenderung mengarah pada verbal abuse, baik melalui ejekan-ejekan yang mengarah pada fisik perempuan dan beberapa julukan diskriminatif yang secara langsung ditujukan oleh mahasiswa laki-laki kepada mahasiswinya. Budaya patriarki telah melebur dibalik keadaan dominasi yang dialami perempuan, sehingga sering tercipta suatu “kebiasaan lelaki”. Laki-laki melakukan normalisasi pada tindakan-tindakan pelecehan seksual, sehingga perempuan secara tidak sadar menganggapnya sebagai perilaku normal sehari-hari, yang dilakukan para lelaki. DAFTAR PUSTAKA Andaryuni, Lilik. (2012). To Promote: Membaca Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia (Editor: Eko Riyadi). Yogyakarta: PUSHAM UII Basuki, Sulistyo. (2006). Metode Penelitian. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: Wedatama Widya Sastra Bourdieu, Pierre. (2010). Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra Bulaeng, Andi. (2004). Metode Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif (Edisi Kedua): Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Carroll, Janell L. (2010). Sexuality Now: Embracing Diversity (Third Edition). Amerika: Wadsworth Publishing Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S (Eds). (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. (1994). Handbook of Qualitative Research. London : SAGE Publications Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Evans, Patricia. (2010). The Verbally Abusive Relationship: How To Recognize It and How To Respond. USA: Adams Media Fakih, Mansour. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Fetterman, D.M. (ed). (1988). Qualitative Approaches to Evaluation in Education. The Silent Scientific Revolution. New York : Praeger Griffin, Em. (2011). A First Look At Communication Theory: Eighth Edition. New York: McGraw-Hill Griffin, Ricky W. and O’Leary-Kelly, Anne M. (2004). The Dark Side of Organizational Behavior. USA: Jossey-Bass Hall, Calvin S. and Lindzey, Gardner. (1993). Psikologi Kepribadian 3: Teori-Teori dan Sifat Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit Hamidi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press Hasan, Abdul Fatah. (2007). Mengenal Falsafah Pendidikan. Selangor, Malaysia: Yeohprinco Sdn. Bhd Hill, Catherine and Silva, Elena. (2005). Drawing The Line: Sexual Harassment On Campus. United States: AAUW Educational Foundation Hollows, Joanne. (2010). Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer (terj. Ismayasari, Bethari Anissa). Yogyakarta: Jalasutra Horton, Paul B. and Hunt Chester L. (1996). Sosiologi: Jilid 1, Edisi Ke-enam (terj. Ram, Aminuddin & Sobari, Tita). Jakarta: Penerbit Erlangga Irianto, Sulistyowati (Ed). 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum Yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, anggota IKAPI DKI Jaya Larkin, June. (1997). Sexual Harassment: High School Girls Speak Out. Canada: Second Story Press Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Neuman, Lawrence W. (1997). Social Research Methodes : Qualitative and Quantitative Approaches. MA : Allyn & Bacon Noor, Ida Ruwaida dan Hidayana, Irwan M. (2012). Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja: Panduan Bagi Para Pemberi Kerja. Jakarta: APINDO Paludi, Michele A. (Ed). (1990). Ivory Power: Sexual Harassment On Campus. Albany : State University of New York Press Rachmat, Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Richmond, Marie dan Abott. (1992). Masculine & Feminine: Gender Roles Over The Life Cycle: Second Edition. Great Britain: Methuen & Co. Ltd Sendjaja, Sasa Djuarsa, dan kawan-kawan. (1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sunarto. (2009). Televisi, Kekerasan & Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC Tong, Putnam. (2010). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis (terj. Prabasmoro, Aquarini Prayitni). Yogyakarta: Jalasutra Uripni, Christina Lia, Untung Sujianto, Tatik Indrawati. (2002). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Webb, Jen, Tony Schirato dan Geoff Danaher. (2002). Understanding Bourdieu. London: SAGE Publications Ltd West, Richard & Turner, Lynn H. (2007). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill Yin, Robert K. (2002). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Jurnal dan Artikel Irianto, Jusuf. (2007). Perempuan Dalam Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia. Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4 (Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2156&med=15&bid =8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB) Kinasih, Sri Endah. (2007). Perlindungan dan Penegakan HAM terhadap Pelecehan Seksual. Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4 (Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2162&med =15&bid=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB) Laporan Independent NGO. (2007). Implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia (Dalam https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& ved=0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fcedaw-seasia.org%2Fdocs%2Fin donesia%2FIndpt_Report_Bahasa_Laporan_CEDAW.pdf&ei=R_fxUZjZH4j XrQfH9IDoCw&usg=AFQjCNEe363XZ4_SgVAWk6VU8W8RWaV7Ng&sig2 =5ZAYf48Zvzrfc6iqt9sXaQ, diakses pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 20.00) Sulistyani, Hapsari Dwiningtyas. (2011). “Korban dan Kuasa” Di Dalam Kajian Kekerasan terhadap Perempuan. (online) Vol. 32 – No. 2 (Dalam http://ejournal.undip.ac.id/ index.php/forum/article/view/3153, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 20.00 WIB) Suryandaru, Yayan Sakti. (2007). Pelecehan Seksual Melalui Media Massa. Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4 (Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2157&med=15&bid=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB) Skripsi Farika, Ummi. (2009). Memahami Gaya Komunikasi Laki-Laki Dan Perempuan Dalam KulturOrganisasi Berkeadilan Gender: Studi Kasus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII). Skripsi. Universitas Diponegoro Isriyati. (2010). Studi Kasus: Kekerasan KomunikasiTerhadap Perempuan Dalam Romantic Relationship. Skripsi. Universitas Diponegoro Soekmadewi, Rr. Mariza D. (2012). Perempuan Maskulin Dalam Sinetron (Analisis Resepsi Karakter Maskulin Tokoh Utama Perempuan Protagonis Dalam Sinetron “Dewa”. Skripsi. Universitas Diponegoro Utama, Yossi Indria. (2005). Konstruksi Identitas Perempuan Marjinal. Skripsi. Universitas Diponegoro Wulandari, Wiwit Asri. (2007). Konstruksi Majalah Hai. Skripsi. Universitas Diponegoro Internet Adidharta, Syaifud. (2011). Wanita Indonesia Antara Kegelapan dan Masa Depannya. Dalam http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/17/wanita-indo nesia-antara-kegelapan-dan-masa-depannya-356224.html. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00 WIB Anonim. (2009). Dia Suka Pegang-Pegang Aku. Dalam http://remajadalam kliping.word press.com/2009/05/06/dia-suka-pegang-pegang-aku/. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIB Anonim. (2009). Profil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Dalam http://www.ft.undip. ac.id/index.php/profil.html. Diunduh pada tanggal 06 Juli pukul 20.30 WIB Anonim. (2010). Latar Belakang. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/ke adilanperempuan/index.php?option=com_content&view=article&id=20&Ite mid=108. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 20.00 WIB. Hal. 01 Anonim. (2010). Profil. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2010/10 /mekanisme-ham-nasional-bagi-perempuan-nasional-indonesia/. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.30 pukul 21.00 WIB Anonim. (2010). Tabir Asap Kerusuhan Mei 1998 (1). Dalam http://sociopolitica. com/2010/05/13/tabir-asap-kerusuhan-mei-1998-1/. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 19.30 WIB Anonim. (2011). Perkembangan Feminisme Di Dunia. Dalam http://komahi.umy.ac. id/2011/05/perkembangan-feminisme-di-dunia.html. Diunduh pada tanggal 02 Januari 2013 pukul 19.00 WIB Anonim. (2012). Biografi R.A Kartini Biodata, Profil Raden Ajeng Kartini Lengkap. Dalam http://www.erabaca.com/2012/03/biografi-ra-kartini-biodata-profil .html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.00 WIB Anonim. (2012). Gender-Based Violence In A Romantic Relationship. Dalam http://pasca.mercubuana.ac.id/newsumb.php?mode=baca&pct_ no=738&l=. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIB Anonim. (2012). Guru Yang Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Murid. Dalam http://www.suatufakta.com/2012/06/guru-yang-melakukan-pelecehan-sek sual.html. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 20.30 WIB Anonim. (2012). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Kekerasan Seksual. Dalam http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami- kekerasan-seksual#comments. Diunduh pada tanggal 05 Juli pukul 19.30 WIB Anonim. (2013). Kekerasan Seksual Pada Mei 1998 Tak Boleh Disangkal. Dalam www.pikiran-rakyat.com/node/235085. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 19.00 WIB Anonim. (2013). Segerakan Perbaikan Sistemik untuk Tangani Kekerasan Seksual. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2013/01/pernyataan-sikap-mena nggapi-maraknya-kasus-kekerasan-seksual-dan-pernyataan-calon-hakimagung- yang-menyudutkan-perempuan-korban-perkosaan/. Diunduh pada tanggal 03 Februari 2013 pukul 19.00 WIB Anonim. (2013). Visi, Misi dan Peran. Dalam http://www.komnasperempuan.or. id/about/visi/. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00 Anonim. (Tanpa tahun). Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja. Dalam http://www. gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/pelecehan-seksual. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 21.00 WIB Ayub. (2009). Wanita-pun Bisa Di Elektro. Dalam http://www.elektro. undip.ac.id/?p=285. Diunduh pada tanggal 06 Juli pukul 19.00 WIB Bohman, James. (2005). “Critical Theory”. In Edward N. Zalta (Ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy. Spring 2005 Edition. Dalam http://plato. stanford.edu/archives/spr2005/entries/critical-theory. Diunduh pada tanggal 03 September 2012 pukul 19.00 WIB Hidayatullah. (2012). Banyak Wanita London Dilecehkan Di Jalan. Dalam http://www.al-khilafah.org/2012/05/banyak-wanita-london-dilecehkandi. html. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIB IS. (Tanpa tahun). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Pelecehan Seksual. Dalam http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami- kekerasan-seksual. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 20.00 WIB Laluyan, Joe. (2009). Pelaku Pelecehan Seksual Dapat Dihukum?. Dalam http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&id=733:pelakupelecehan- seksual-dapat-dihukum&Itemid=94. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00 WIB Mariana, Anna. (2011). Tak Ada Rotan, Akar Pun Jadi (Kisah Gedung Inspektorat Sukabumi. Dalam http://etnohistori.org/tak-ada-rotan-akar-pun-jadi-kisahgedung- inspektorat-sukabumi.html. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 19.00 WIB Priliawito, E. dan Mahaputra, Sandy A. (2010). Pembunuh 14 Anak Jalanan Hadapi Tuntutan. Dalam http://metro.news.viva.co.id/%20news/read/179756-pem bunuh-14-anak-jalanan-hadapi-tuntutan. Diunduh pada tanggal 11 juli 2012 pukul 19.30 WIB Priliawito, Eko. (2009). Menolak Dilecehkan, Mata Kuliah Diulang 5 Kali. Dalam http://metro.news.viva.co.id/news/read/51030-menolak_dilecehkan_mata_ku liah_diulang_5_kali. Diunduh pada tanggal 12 Juli pukul 19.00 WIB Putra, Rama Narada. (2012). Ditegur KPI, Raffi Ahmad Menyesal. Dalam http://jogja.okezone.com/read/2012/06/27/33/654407/ditegur-kpi-raffiahmad- menyesal. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00 WIB Putro, Suwarno. (2013). Riwayat Singkat Pahlawan Nasional. Dalam http:// smpn3kebumen.sch.id/berita-224-riwayat-singkat-pahlawan-nasional-radenadjeng- kartini.html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.30 WIB Radius, Dwi B. (2012). Pelecehan Seks 10 Murid, Kepala Sekolah Ditahan. Dalam http://regional.kompas.com/read/2012/04/27/16175534/Pelecehan.Seks.10.M urid..Kepala.Sekolah.Ditahan. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2012 pukul 21.00 WIB Rahadi, Fernan. (2013). Anak-anak Jadi Korban Pemerkosaan di AS. Dalam http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/01/10/mge55y-anak anak-jadi-korban-pemerkosaan-di-as. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 20.00 WIB Wahid, Muhammad N. (Tanpa tahun). Pelajar Ditelanjangi Di Dalam Kelas. Dalam http://www.indosiar.com/patroli/pelajar-ditelanjangi-didalam-kelas_78555. html. Diunduh pada tanggal 10 Juli pukul 20.00 WIB Widyarini, M.M. Nilam. (2011). Kekerasan Seksual, Mereka Mungkin Saling Mengenal. Dalam http://www.henlia.com/2011/03/kekerasan-seksual-mereka mungkin-saling-mengenal/. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00 WIB Wirakusuma, K. Yudha. (2011). Naik D 02 Malam Hari, Cewek Harus Nyamar Jadi Cowok. Dalam http://news.okezone.com/read/2011/09/18/338/504005 /naik-d-02-malam-hari-cewek-harus-nyamar-jadi-cowok. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIB Yuwono, Markus dan Trijaya. (2011). Dilecehkan Sesama Jenis Wanita Ini Lapor Polisi. Dalam http://autos.okezone.com/read/2011/07/05/340/476201/dileceh kan-sesama-jenis-wanita-ini-lapor-polisi. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 19.30 WIB }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/3057} }
Refworks Citation Data :
PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADAMAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIPAbstrakKekerasan seksual sering kali muncul di sekitar kita, terutama seringmerugikan pihak perempuan. Namun, kebanyakan korban dari kekerasan tersebutjustru tidak banyak yang melaporkannya, salah satu bentuk yang paling seringdijumpai adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual diartikan sebagai suatukeadaan yang tidak dapat diterima, baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual danpernyataan-pernyataan yang bersifat menghina atau keterangan seksual yang bersifatmembedakan. Tindakan yang tidak diinginkan tersebut ternyata bukan saja terjadi diranah privat saja, melainkan sudah mengarah pada ruang publik dan dapat berasaldari orang-orang yang dikenal seperti teman-teman di lingkungan pendidikan.Fokus penelitian adalah untuk menggambarkan bagaimana maskulinisasidapat diterima oleh mahasiswi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Selain itu, untukmenjelaskan bentuk dan dampak pelecehan seksual yang terdapat dalam sebuahmaskulinisasi tersebut, dan ideologi yang digunakan di balik dominasinya.Penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma kritis, dengan tipe penelitiandeskriptif. Manakala metode penelitiannya menggnakan Studi Kasus yang mengacupada Yin (2006). Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancarainforman secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik ElektroUndip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Teori utama penelitian iniadalah Muted Group Theory dari Cheris Kramarae.Hasil penelitian menggambarkan bagaimana pelecehan seksual dapat diterimadikalangan perempuan dalam sebuah dominasi kelompok, berkat hegemoni kelompokyang membuatnya semakin tersamar. Bentuk pelecehan yang dialami merekacenderung mengarah pada hostile environment, di mana berdampak terhadap keadaanpsikologis, berupa lontaran komentar-komentar maupun julukan seksis yangmendeskripsikan keadaan fisik mereka. Ideologi di balik dominasi mereka adalahPatriarki yang telah melebur dengan nilai-nilai di lingkungannya, sehinggamenjadikan suatu “kebiasaan laki-laki”, salah satunya pelecehan seksual yang telahdijadikan keadaan normal di kalangan perempuan.Kata kunci : Pelecehan Seksual, Dominasi, MaskulinisasiSEXUAL HARASSMENT: MASCULINIZATION OF FEMALE STUDENTIDENTITY ON ELECTRICAL ENGINEERING MAJOR OF DIPONEGOROUNIVERSITYAbstractSexual violence often appear around us, especially the often detrimental towomen. However, most of the violence victims didn’t make reports on it, one of themost common sexual violence is sexual harassment. Sexual harassment is defined asa situation that is unacceptable, whether verbal, physical or sexual cues andstatements that are sexually derogatory or discriminatory statements. The unwantedactions are apparently not only occur in the private sphere, but has led to the publicand can be derived from known people like friends in the educational environment.The focus of the research is to describe how the masculinization may beaccepted by the student in the Electrical Engineering Diponegoro University.Moreover, to explain the shape and impact of sexual harassment contained in a themasculinization, and ideology are used behind its dominance.This qualitative study using a critical paradigm, the descriptive type. Whereasthe research method is using the case study which refers to Yin (2006). Data obtainedfrom direct field observations and in-depth informant interviews to three informantsof the Electrical Engineering Diponegoro University students, by using the SnowballSampling technique. The main theory of this study is Muted Group Theory of CherisKramarae.The result of the research illustrates how sexual harassment is acceptableamong women in a group of domination, through to the hegemony group that make itmore subtle. The form of harassment experienced by women tends to lead to a hostileenvironment, where the impact on the psychological state, a burst of comments andsexist epithets describing their physical state. The ideology behind their dominance isPatriarchy which has merged with the values in the environment, making a "habit ofmen", one of which sexual abuse has become a normal state among women.Keywords: Sexual harassment, Domination, MasculinizationPendahuluanAkhir-akhir ini, pemberitaan mengenai kekerasan semakin marak diberitakan dimedia-media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan tidak jarang media itu sendirijuga turut menjadi pelaku dari kekerasan. Di sini, kekerasan yang dimaksud tidakmelulu berkaitan dengan tindakan tembakan, pukulan atau dengan tetesan darah.Kekerasan adalah suatu penyerangan yang berakibat menyakiti seseorang, baikberupa verbal maupun non-verbal, dan dilakukan secara langsung maupun tidaklangsung. Jenis-jenis kekerasan juga dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu yangsering menjadi sorotan adalah Kekerasan Berbasis Gender (KBG).Dalam sebuah seminar berjudul “Gender-Based Violence In A RomanticRelationship” (Anonim, 2012), Murnizam Halik PH.D, seorang Dekan Psikologi diUniversitas Malaysia Sabah (UMS) sekaligus narasumber seminar, mengungkapkanGender Based Violence atau Kekerasan Berbasis Gender merupakan serangkaianpenganiayaan yang dilakukan terhadap perempuan, yang berakar dari ketidaksetaraangender dan rendahnya status perempuan dibandingkan laki-laki. KBG dapat terjadi dimanapun, dari ruang privat hingga ruang publik, yang nyata diketahui banyak orang.Selain itu, KBG dapat dilakukan dalam berbagai bentuk: kekerasan fisik, kekerasanpsikis dan kekerasan seksual. Akan tetapi, pembahasan dalam penelitian ini akanmengarahkan pembaca pada kekerasan dalam bentuk seksual, yang mana salahsatunya menyangkut pelecehan seksual. Sexual harassment atau pelecehan seksualsering kali terjadi disekitar kita, dengan atau tanpa disadari.Pelecehan seksual diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat diterima,baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual dan pernyataan-pernyataan yang bersifatmenghina atau keterangan seksual yang bersifat membedakan, di mana membuatseseorang merasa terancam, dipermalukan, dibodohi, dilecehkan dan dilemahkankondisi keamanannya. Pada dasarnya, pelaku pelecehan dapat dilakukan oleh lakilakidan perempuan; baik laki-laki terhadap perempuan, perempuan terhadapperempuan, bahkan antar sejenis yaitu laki-laki terhadap laki-laki dan perempuanterhadap perempuan. Bentuknya dapat berupa verbal dan non-verbal, dan dapatdijumpai di manapun, kapanpun, kepada siapapun dan oleh siapapun, tanpa mengenalstatus atau pangkat. Richmond dan Abbott (1992:329) menyatakan, bahwa hanyasekitar satu per sepuluh kasus-kasus pelecehan seksual sesama jenis yang diberitakan.Pelecehan seksual sesama jenis biasanya dilakukan oleh pasangan homoseksual, atauseseorang yang mengidap kelainan seksual. Meski demikian, tidak dapat dipungkiribahwa pada kenyataannya perempuan sering menjadi korban kekerasan maupunpelecehan seksual oleh laki-laki, sehingga setiap harinya bahkan setiap saatperempuan harus merasa berwaspada terhadap serangan-serangan yang akanmenimpanya.Menurut data WHO 2006 (dalam artikel Kinasih, 2007:11), ditemukan adanyaseorang perempuan dilecehkan, diperkosa dan dipukuli setiap hari di seluruh dunia.Paling tidak setengah dari penduduk dunia berjenis kelamin perempuan telahmengalami kekerasan secara fisik. Bahkan, pelecehan ini telah terjadi di tempattempatumum dan tanpa disadari (oleh korban pelecehan). Misalnya, kasus pelecehanmenjadi mimpi buruk (terror) bagi kaum hawa, terutama di Ibu Kota, Jakarta.Berdasarkan sumber okezone.com, (wirakusuma, 2011) perempuan yang menaikijasa mobil angkutan kota di malam hari akan merasakan takut yang berlebih sehinggamereka harus menyamarkan penampilan mereka seperti seorang laki-laki. Seorangkaryawati asal Ciputat, bernama Tungga Pawestri (30) mengaku harus pulang kantorpada malam hari (di atas pukul 22.00 WIB). Sebelum menaiki angkot tersebut,Tungga harus memakai jaket tebal dan topi agar tampak seperti laki-laki, agar dapatterlepas dari tindak pelecehan seksual di angkot.Sebuah survei “YouGov” yang dilakukan oleh End Violence Against WomenCoalition (Evaw) juga memperkuat kenyataan tersebut, yaitu sebanyak 43 persen dari1.047 wanita berusia 18 – 34 tahun (yang disurvei) mengalami pelecehan seksual ditempat-tempat umum pada tahun 2011 (Anonim, 2012). Di Indonesia sendiri,menurut pantauan yang dilakukan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dalamkurun waktu 13 tahun terakhir (1998 – 2011) telah tercatat sebanyak 22.284 kasuskekerasan seksual terhadap perempuan di ruang umum dan menjadi urutan kedua dariseluruh kasus kekerasan seksual yang berjumlah 93.960 kasus (Hidayatullah, 2012).Pelecehan seksual ini merupakan latar belakang dari kekerasan, sehinggahukum di Indonesia pun menciptakan suatu undang-undang perlindungan perempuan,yang terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, yangmana merupakan pengaturan pasal-pasal pelecehan seksual: (a) KUHP Pasal 289 –296 merupakan pasal-pasal tentang pencabulan, (b) KUHP Pasal 295 – 298 dan pasal506 merupakan pasal-pasal tentang Penghubungan Pencabulan, dan (c) KUHP Pasal281 – 299, 532 – 533 dan lain-lain merupakan pasal-pasal tentang Tindak Pidanaterhadap Kesopanan (Laluyan, 2009).Meski terdapat aturan hukum mengenai pelaku pelecehan, kaum lelaki tetapmerasa lebih berkuasa dibanding perempuan dan konotasi perempuan menjadimakhluk yang lemah. Terbukti dari kasus-kasus pelecehan yang nyata ada di manamana.Bukan hanya di tempat-tempat umum, kasus-kasus pelecehan seksual jugadapat terjadi pada lingkup yang tertutup, seperti lingkungan akademis. Pelecehanseksual, baik guru/dosen terhadap murid/mahasiswa atau sebaliknya, serta antarguru/dosen dan antar murid/mahasiswa tidak dapat dipungkiri dalam duniapendidikan. Dalam hal ini, peneliti menyingkap kasus pelecehan seksual yang terjadidiantara mahasiswa-mahasiswi yang berada pada lingkungan dominasi laki-laki,tepatnya pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Undip.Teknik Elektro Undip memiliki perbandingan mahasiswa (antara laki-laki danperempuan) yang signifikan yaitu sebanyak 87 persen laki-laki dan 13 persenperempuan dari jumlah 920 orang. Dengan dominasi maskulin (sifat laki-laki), makaakan dengan mudah mengambil alih sifat-sifat feminin dari seorang perempuan,inilah yang disebut dengan “Maskulinisasi” atau laki-laki dapat mengkonstruksikandiri perempuan. Proses maskulinisasi tersebut, salah satunya dapat berimbas dalamidentitas diri seseorang. Karakteristik macho sangat terkenal pada salah satu kampusteknik yang paling diminati tersebut. Dengan konstruksi penampilan laki-laki,mencerminkan sifat-sifat macho pada diri perempuan; make up yang jarangdigunakan dan tas ransel yang lebih menjadi pilihan para mahasiswi, akan seringditemui di Teknik Elektro.Suatu diskriminasi identitas, jika identitas seseorang tersebut harus diikutisecara “paksaan”. Oleh karenanya, peneliti akan menggali lebih dalam mengenaidominasi maskulin terhadap perempuan. Karenanya, peneliti mengambil judul“Pelecehan Seksual: Maskulinisasi Identitas Pada Mahasiswi Jurusan TeknikElektro Undip”, yang mana peneliti berusaha untuk mencari tahu bagaimanaperempuan (sebagai minoritas) dapat beradaptasi dengan lingkungan dominasimaskulin, dan dampak maskulinisasi identitas perempuan yang ditimbulkan daribentuk-bentuk pelecehan seksual. Selain itu, peneliti juga berusaha mencaritahuideologi di balik dominasi maskulin di lingkungan Teknik tersebut.MetodaTipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) mendefinisikan metodologi kualitatifsebagai prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dariorang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukandengan paradigma kritis, karena peneliti menekankan pada konsep maskulinisasi, yangdominan di kalangan mahasiswa-mahasiswi Teknik Elektro Undip.Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancarainforman secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik ElektroUndip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Bungin (2007:108)menetapkan beberapa prosedur pada penggunaan teknik Snowball, yaitu dengan siapapeserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan penelitiadalah penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk penelitikepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajariatau memberi informasi kepada peneliti.Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupunpengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposi awal suatu penelitian(Yin, 2006:133). Strategi penjodohan pola dalam studi kasus deskriptif bersifatrelevan dan fleksibel, sehingga pola-pola spesifik dapat diprediksikan sebelumpengumpulan data (Yin, 2006:140).PembahasanRefleksi: Pelecehan Seksual Dalam Maskulinisasi Identitas Mahasiswi TeknikElektro UndipStrategi analisis data yang digunakan pada penelitian ini, dalam pendekatan studikasus adalah strategi penjodohan pola. Peneliti telah menetapkan asumsi di awalpenelitian, sehingga dapat menghasilkan sebuah perbandingan antara pra penelitiandan pasca penelitian. Asumsi peneliti pra penelitian menyatakan bahwa praktekpelecehan seksual yang dialami perempuan dalam dominasi maskulin merupakanakibat maskulinisasi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Laki-laki menggunakankelebihannya untuk menguasai perempuan. Posisi laki-laki menempatkan dirinyapada tatanan superior. Dengan demikian, laki-laki juga bebas menggunakankekuatannya dalam mengkonstruksi perempuan.Sedangkan pasca penelitian, peneliti menemukan beberapa temuan. Pertama,laki-laki menyisipkan praktek pelecehan seksual dalam maskulinisasi identitasperempuan di lingkungan dominasi, Teknik Elektro Undip. Dampak dari dominasimaskulin begitu terasa di lingkungan tersebut, sehingga memberi keleluasaan bagilaki-laki untuk menguasai perempuan. Mereka seakan harus mengikuti aturan(terutama dalam hal identitas gender) yang dibuat oleh laki-laki agar dapat diterimasebagai bagian di lingkungan kampus Teknik Elektro Undip. Paludi (1990:23)menegaskan, bahwa pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang tidak diinginkan,permintaan atas kenikmatan seksual, dan segala tindakan verbal atau fisik yangmengarah pada seksual secara alamiah dalam berbagai situasi, salah satunya ketikasalah satu pihak mengarah pada ketundukkan yang dibuat secara emplisit (langsung)atau implisit (tidak langsung) oleh pihak lain.Kedua, peneliti menemukan pelecehan seksual yang dialami mahasiswi dilingkungan Teknik Elektro, lebih berupa kata-kata (verbal), antara lain: memberikomentar negatif, memberi julukan yang tidak menyenangkan, dan pembicaraan yangmengarah pada hal-hal seksis. Bahkan Michigan Task Force (Richmond dan Abbott,328:1992) yang fokus menyoroti kasus pelecehan seksual, menyatakan bahwapelecehan seksual mencakup verbal abuse atau kekerasan verbal yang dilakukanberulang-ulang dari hasrat atau naluri seksual. Kekerasan verbal yang berulang-ulangitu sama seperti yang dialami oleh para informan penelitian, sehingga dapatmengakibatkan suatu ketidaknyamanan kondisi psikologis ketika berada dilingkungan kampusnya. Kondisi yang dialami oleh perempuan di lingkungantersebut, dalam pelecehan seksual lengkapnya termasuk jenis hostile environment,yaitu suatu keadaan seorang individu dijadikan subyek atas segala pengulanganseputar seksual yang tidak diinginkan, sehingga dapat menciptakan suasana yangtidak nyaman dilingkungan pekerjaan maupun pendidikan (Carroll, 2010:486).Ketiga, keadaan di mana laki-laki sangat ingin mengontrol perempuan samaseperti penjelasan dalam Budaya Patriarki. Patriarki lahir dari hasrat laki-laki untukmenguasai perempuan dan alam, yang merupakan suatu sistem hirarki yangmenghargai sebuah power-over (hasrat menghancurkan) (Tong, 81:2010). Praktekpraktekuntuk menaklukkan perempuan, sering kali dinormalisasi oleh laki-laki agardapat mencapai kekuasaan (power) yang diinginkannya. Oleh karenanya, konseppatriarki telah melebur menjadi landasan ideologis dibalik dominasi yang terdapat dilingkungan Teknik Elektro tersebut.“Muted Group theorists criticize dominant groups and argue that hegemonicideas often silence other ideas” (West dan Turner, 2007:516). Kalimat tersebutmenekankan bahwa MGT sangat kritis terhadap kelompok dominan yang seringmengontrol makna pada anggota-anggota kelompok lainnya. Perempuan hanya bisamengikuti aturan-aturan tersebut karena merasa tidak dapat memberikan sikapresponsif untuk menjelaskan pikirannya. Bahkan ketika subjek penelitian mengalamipelecehan, mereka cenderung pasif karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yangwajar serta konsekuensi yang harus diterima berada dalam lingkungan dominasimaskulin.Penggunaan teori MGT mampu menjelaskan sepenuhnya, mengapaperempuan mengalami ketidakberdayaan menghadapi pelecehan seksual dalampraktek maskulinisasi identitas perempuan. Dominasi laki-laki yang begitu kuatmampu menguasai kebiasaan interaksi lawan jenis, bahkan secara bawah sadar yangdikuasai dapat dengan mudah merasa patuh dan menerima begitu saja. Bagikelompok bungkam (muted group), apa yang dikatakan pertama kali harus bergeserdari pandangan mereka sendiri terhadap dunia dan kemudian diperbandingkandengan pengalaman-pengalaman dari kelompok yang dominan (West dan Turner,2007:517).Asumsi Muted Group Theory dalam sudut pandang perempuan, turutmenyatakan bahwa dalam berpartisipasi pada kelompok sosialnya, perempuan harusmentransformasi cara mereka menjadi cara-cara yang dapat diterima oleh laki-laki.Perempuan mengalami pelecehan seksual sebagai usaha pembungkaman diri karenamereka memahami bahwa dirinya akan selalu berada di bawah laki dan menjadimanusia sekunder. Kenyataan yang terdapat di lapangan, mahasiswi Teknik Elektromerasa harus menyesuaikan peran yang cocok dengan identitas kelompoknya, macho.Adapun, peneliti menemukan beberapa hal menarik dalam penelitian ini.Pertama, konstruksi identitas yang diciptakan oleh mayoritas anggota kelompoksendiri biasanya dapat saling mempengaruhi, apalagi jika hubungan tersebut berhasilmenciptakan rasa solidaritas yang tinggi. Ketidaksadaran kaum perempuan dalammematuhi aturan-aturan yang diciptakan kelompok dominan sama seperti penjelasandalam Teori Hegemoni. Secara umum, teori tersebut menjelaskan dominasi sebuahkelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya kelompok yang lebih lemah, dalamhal ini perempuan (West dan Turner, 2008:67).Arahan-arahan para penguasa kelompok sebenarnya telah menciptakan suatukesadaran palsu bagi kelompok tertindas. Kesadaran palsu atau false consciousness(dalam West dan Turner, 2008:68) adalah suatu keadaan di mana individu-individumenjadi tidak sadar mengenai dominasi yang terjadi di dalam kehidupan mereka.Identitas atau ciri khas macho yang melekat pada kelompok Teknik Elektro, terbuktitelah dibentuk oleh kelompok dominan yang ada di lingkungannya. Konsep machomenjadi sesuatu yang identik dengan Teknik Elektro secara terus-menerus dapatberpengaruh pada diri perempuan yang ada di lingkungan tersebut. Perempuan tidakakan pernah benar-benar yakin bahwa ia feminin, jika lingkungannya sendiri tidakmenerimanya sebagai seorang yang feminin.Kedua, yaitu berdasarkan pengakuan ketiga informan yang menjelaskanbahwa teman-teman lelaki yang terdapat di dalam dan di luar lingkungan KampusTeknik Elektro ternyata memiliki perbedaan cara pandang mengenai sosokpenampilan perempuan. Jika kelompok laki-laki yang dalam lingkungan kampustersebut cenderung memandang identitas feminin kurang pantas dikenakan olehmahasiswinya, teman-teman lelaki di luar lingkungan itu justru menganggappenampilan feminin bukanlah merupakan sesuatu yang terlalu berlebihan bagiperempuan.Perbedaan cara pandang tersebut sebenarnya terbentuk dari penerimaan suatukelompok di setiap lingkungannya. Mahasiswi yang berada pada lingkungandominasi maskulin tentu akan merasakan kadar kedekatan dan pengaruh yang lebihkuat, daripada kelompok lain atau out-groups. Dari sesama anggota kelompoksendiri, tentunya akan menimbulkan suatu harapan atas pengakuan, kesetiaan, danpertolongan (Horton dan Hunt, 1996:220). Ini pula yang dijadikan suatu kesempatanbagi kelompok dominan untuk menaklukan minoritas.Hal unik yang terakhir (ketiga), mengenai kurangnya pemahaman mendalamseputar pelecehan seksual, yang mengakibatkan para informan tidak dapatmenyatakan bahwa dirinya telah mengalami pelecehan seksual. Hal ini serupa denganpernyataan Bourdieu dalam konsepnya “misrecognition” yaitu yaitu sebuah “bentukmelupakan” dari seseorang akan suatu hal. Korban tidak akan merasa bahwa dirinyaadalah seorang “korban pelecehan seksual” yang telah diperlakukan sebagai makhlukinferior yang kerap mengalami penolakan atas keinginannya, dan memilikiketerbatasan dalam berekspresi. (Webb, Schiratto, dan Danaher, 2002:24-25).SimpulanPara mahasiswi yang menjadi subyek penelitian menyadari kedudukannya sebagaikelompok minoritas di lingkungan Teknik Elektro Undip. Mereka seakan berhasil“dikostumkan” dengan segala persepsi maskulin dari kelompok dominan. Dengandemikian, melalui hegemoni, perempuan dapat dengan mudah dipengaruhi dandibentuk oleh keinginan laki-laki.Jenis pelecehan seksual yang dialami kelompok minoritas, termasuk ke dalamkondisi hostile environment, yaitu perempuan sebagai korban sebenarnya telahmencapai titik pertentangan terhadap lingkungan kampusnya, sehingga sering kalimenimbulkan dampak ketidaknyamanan (psikologis) bagi perempuan, yaitu rasatakut, terpaksa, kehilangan rasa percaya diri, kecewa dan risih. Nilai-nilai maskulinyang dominan seakan “mengurung” keinginan para mahasiswi untuk tampil lebihfeminin dengan berbagai berbagai tindakan yang cenderung mengarah pada verbalabuse, baik melalui ejekan-ejekan yang mengarah pada fisik perempuan dan beberapajulukan diskriminatif yang secara langsung ditujukan oleh mahasiswa laki-lakikepada mahasiswinya.Budaya patriarki telah melebur dibalik keadaan dominasi yang dialamiperempuan, sehingga sering tercipta suatu “kebiasaan lelaki”. Laki-laki melakukannormalisasi pada tindakan-tindakan pelecehan seksual, sehingga perempuan secaratidak sadar menganggapnya sebagai perilaku normal sehari-hari, yang dilakukan paralelaki.DAFTAR PUSTAKAAndaryuni, Lilik. (2012). To Promote: Membaca Perkembangan Hak Asasi Manusiadi Indonesia (Editor: Eko Riyadi). Yogyakarta: PUSHAM UIIBasuki, Sulistyo. (2006). Metode Penelitian. Fakultas Ilmu Pengetahuan BudayaUniversitas Indonesia: Wedatama Widya SastraBourdieu, Pierre. (2010). Dominasi Maskulin. Yogyakarta: JalasutraBulaeng, Andi. (2004). Metode Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: AndiBungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofisdan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PTRajaGrafindo PersadaBungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif (Edisi Kedua): Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroupCarroll, Janell L. (2010). Sexuality Now: Embracing Diversity (Third Edition).Amerika: Wadsworth PublishingDenzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S (Eds). (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. (1994). Handbook of Qualitative Research. London : SAGE Publications
Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka UtamaEvans, Patricia. (2010). The Verbally Abusive Relationship: How To Recognize It andHow To Respond. USA: Adams MediaFakih, Mansour. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:Pustaka Pelajar OffsetFetterman, D.M. (ed). (1988). Qualitative Approaches to Evaluation in Education.The Silent Scientific Revolution. New York : PraegerGriffin, Em. (2011). A First Look At Communication Theory: Eighth Edition. NewYork: McGraw-HillGriffin, Ricky W. and O’Leary-Kelly, Anne M. (2004). The Dark Side ofOrganizational Behavior. USA: Jossey-BassHall, Calvin S. and Lindzey, Gardner. (1993). Psikologi Kepribadian 3: Teori-Teoridan Sifat Behavioristik. Yogyakarta: KanisiusHamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah StudiCritical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: GranitHamidi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM PressHasan, Abdul Fatah. (2007). Mengenal Falsafah Pendidikan. Selangor, Malaysia:Yeohprinco Sdn. BhdHill, Catherine and Silva, Elena. (2005). Drawing The Line: Sexual Harassment OnCampus. United States: AAUW Educational FoundationHollows, Joanne. (2010). Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer (terj.Ismayasari, Bethari Anissa). Yogyakarta: JalasutraHorton, Paul B. and Hunt Chester L. (1996). Sosiologi: Jilid 1, Edisi Ke-enam (terj.Ram, Aminuddin & Sobari, Tita). Jakarta: Penerbit ErlanggaIrianto, Sulistyowati (Ed). 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum YangBerperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,anggota IKAPI DKI JayaLarkin, June. (1997). Sexual Harassment: High School Girls Speak Out. Canada:Second Story PressMoleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:PT Remaja RosdakaryaNazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia IndonesiaNeuman, Lawrence W. (1997). Social Research Methodes : Qualitative andQuantitative Approaches. MA : Allyn & BaconNoor, Ida Ruwaida dan Hidayana, Irwan M. (2012). Pencegahan dan PenangananPelecehan Seksual di Tempat Kerja: Panduan Bagi Para Pemberi Kerja.Jakarta: APINDOPaludi, Michele A. (Ed). (1990). Ivory Power: Sexual Harassment On Campus.Albany : State University of New York PressRachmat, Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. RosdakaryaRaco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik danKeunggulannya. Jakarta: GrasindoRatna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka PelajarRichmond, Marie dan Abott. (1992). Masculine & Feminine: Gender Roles Over TheLife Cycle: Second Edition. Great Britain: Methuen & Co. LtdSendjaja, Sasa Djuarsa, dan kawan-kawan. (1994). Teori Komunikasi. Jakarta:Universitas TerbukaSoekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindoSukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda Karya.Sunarto. (2009). Televisi, Kekerasan & Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku KompasSunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGCTong, Putnam. (2010). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepadaArus Utama Pemikiran Feminis (terj. Prabasmoro, Aquarini Prayitni).Yogyakarta: JalasutraUripni, Christina Lia, Untung Sujianto, Tatik Indrawati. (2002). KomunikasiKebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGCWebb, Jen, Tony Schirato dan Geoff Danaher. (2002). Understanding Bourdieu.London: SAGE Publications LtdWest, Richard & Turner, Lynn H. (2007). Introducing Communication Theory:Analysis and Application. New York: McGraw-HillYin, Robert K. (2002). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindoJurnal dan ArtikelIrianto, Jusuf. (2007). Perempuan Dalam Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia.Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4(Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2156&med=15&bid=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)Kinasih, Sri Endah. (2007). Perlindungan dan Penegakan HAM terhadap PelecehanSeksual. Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20– No. 4 (Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2162&med=15&bid=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)Laporan Independent NGO. (2007). Implementasi Konvensi Penghapusan SegalaBentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia (Dalamhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fcedaw-seasia.org%2Fdocs%2Findonesia%2FIndpt_Report_Bahasa_Laporan_CEDAW.pdf&ei=R_fxUZjZH4jXrQfH9IDoCw&usg=AFQjCNEe363XZ4_SgVAWk6VU8W8RWaV7Ng&sig2=5ZAYf48Zvzrfc6iqt9sXaQ, diakses pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 20.00)Sulistyani, Hapsari Dwiningtyas. (2011). “Korban dan Kuasa” Di Dalam KajianKekerasan terhadap Perempuan. (online) Vol. 32 – No. 2 (Dalamhttp://ejournal.undip.ac.id/ index.php/forum/article/view/3153, diakses padatanggal 03 Juli 2012 pukul 20.00 WIB)Suryandaru, Yayan Sakti. (2007). Pelecehan Seksual Melalui Media Massa. ArtikelMedia Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4 (Dalamhttp://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2157&med=15&bid=8,diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)SkripsiFarika, Ummi. (2009). Memahami Gaya Komunikasi Laki-Laki Dan PerempuanDalam KulturOrganisasi Berkeadilan Gender: Studi Kasus PergerakanMahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII). Skripsi. Universitas DiponegoroIsriyati. (2010). Studi Kasus: Kekerasan KomunikasiTerhadap Perempuan DalamRomantic Relationship. Skripsi. Universitas DiponegoroSoekmadewi, Rr. Mariza D. (2012). Perempuan Maskulin Dalam Sinetron (AnalisisResepsi Karakter Maskulin Tokoh Utama Perempuan Protagonis DalamSinetron “Dewa”. Skripsi. Universitas DiponegoroUtama, Yossi Indria. (2005). Konstruksi Identitas Perempuan Marjinal. Skripsi.Universitas DiponegoroWulandari, Wiwit Asri. (2007). Konstruksi Majalah Hai. Skripsi. UniversitasDiponegoroInternetAdidharta, Syaifud. (2011). Wanita Indonesia Antara Kegelapan dan MasaDepannya. Dalam http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/17/wanita-indonesia-antara-kegelapan-dan-masa-depannya-356224.html. Diunduh padatanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00 WIBAnonim. (2009). Dia Suka Pegang-Pegang Aku. Dalam http://remajadalamkliping.word press.com/2009/05/06/dia-suka-pegang-pegang-aku/. Diunduhpada tanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIBAnonim. (2009). Profil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Dalamhttp://www.ft.undip. ac.id/index.php/profil.html. Diunduh pada tanggal 06 Julipukul 20.30 WIBAnonim. (2010). Latar Belakang. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/keadilanperempuan/index.php?option=com_content&view=article&id=20&Itemid=108. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 20.00 WIB. Hal. 01Anonim. (2010). Profil. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2010/10/mekanisme-ham-nasional-bagi-perempuan-nasional-indonesia/. Diunduhpada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.30 pukul 21.00 WIBAnonim. (2010). Tabir Asap Kerusuhan Mei 1998 (1). Dalam http://sociopolitica.com/2010/05/13/tabir-asap-kerusuhan-mei-1998-1/. Diunduh padatanggal 25 Mei 2013 pukul 19.30 WIBAnonim. (2011). Perkembangan Feminisme Di Dunia. Dalam http://komahi.umy.ac.id/2011/05/perkembangan-feminisme-di-dunia.html. Diunduh pada tanggal 02Januari 2013 pukul 19.00 WIBAnonim. (2012). Biografi R.A Kartini Biodata, Profil Raden Ajeng Kartini Lengkap.Dalam http://www.erabaca.com/2012/03/biografi-ra-kartini-biodata-profil.html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.00 WIBAnonim. (2012). Gender-Based Violence In A Romantic Relationship. Dalamhttp://pasca.mercubuana.ac.id/newsumb.php?mode=baca&pct_ no=738&l=.Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIBAnonim. (2012). Guru Yang Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Murid. Dalamhttp://www.suatufakta.com/2012/06/guru-yang-melakukan-pelecehan-seksual.html. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 20.30 WIBAnonim. (2012). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Kekerasan Seksual. Dalamhttp://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami-kekerasan-seksual#comments. Diunduh pada tanggal 05 Juli pukul19.30 WIBAnonim. (2013). Kekerasan Seksual Pada Mei 1998 Tak Boleh Disangkal. Dalamwww.pikiran-rakyat.com/node/235085. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013pukul 19.00 WIBAnonim. (2013). Segerakan Perbaikan Sistemik untuk Tangani Kekerasan Seksual.Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2013/01/pernyataan-sikap-menanggapi-maraknya-kasus-kekerasan-seksual-dan-pernyataan-calon-hakimagung-yang-menyudutkan-perempuan-korban-perkosaan/. Diunduh padatanggal 03 Februari 2013 pukul 19.00 WIBAnonim. (2013). Visi, Misi dan Peran. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/about/visi/. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00Anonim. (Tanpa tahun). Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja. Dalam http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/pelecehan-seksual. Diunduh padatanggal 04 Juli 2012 pukul 21.00 WIBAyub. (2009). Wanita-pun Bisa Di Elektro. Dalam http://www.elektro.undip.ac.id/?p=285. Diunduh pada tanggal 06 Juli pukul 19.00 WIBBohman, James. (2005). “Critical Theory”. In Edward N. Zalta (Ed.), The StanfordEncyclopedia of Philosophy. Spring 2005 Edition. Dalam http://plato.stanford.edu/archives/spr2005/entries/critical-theory. Diunduh pada tanggal03 September 2012 pukul 19.00 WIBHidayatullah. (2012). Banyak Wanita London Dilecehkan Di Jalan. Dalamhttp://www.al-khilafah.org/2012/05/banyak-wanita-london-dilecehkandi.html. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIBIS. (Tanpa tahun). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Pelecehan Seksual. Dalamhttp://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami-kekerasan-seksual. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 20.00WIBLaluyan, Joe. (2009). Pelaku Pelecehan Seksual Dapat Dihukum?. Dalamhttp://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&id=733:pelakupelecehan-seksual-dapat-dihukum&Itemid=94. Diunduh pada tanggal 04 Juli2012 pukul 19.00 WIBMariana, Anna. (2011). Tak Ada Rotan, Akar Pun Jadi (Kisah Gedung InspektoratSukabumi. Dalam http://etnohistori.org/tak-ada-rotan-akar-pun-jadi-kisahgedung-inspektorat-sukabumi.html. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul19.00 WIBPriliawito, E. dan Mahaputra, Sandy A. (2010). Pembunuh 14 Anak Jalanan HadapiTuntutan. Dalam http://metro.news.viva.co.id/%20news/read/179756-pembunuh-14-anak-jalanan-hadapi-tuntutan. Diunduh pada tanggal 11 juli 2012pukul 19.30 WIBPriliawito, Eko. (2009). Menolak Dilecehkan, Mata Kuliah Diulang 5 Kali. Dalamhttp://metro.news.viva.co.id/news/read/51030-menolak_dilecehkan_mata_kuliah_diulang_5_kali. Diunduh pada tanggal 12 Juli pukul 19.00 WIBPutra, Rama Narada. (2012). Ditegur KPI, Raffi Ahmad Menyesal. Dalamhttp://jogja.okezone.com/read/2012/06/27/33/654407/ditegur-kpi-raffiahmad-menyesal. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00 WIBPutro, Suwarno. (2013). Riwayat Singkat Pahlawan Nasional. Dalam http://smpn3kebumen.sch.id/berita-224-riwayat-singkat-pahlawan-nasional-radenadjeng-kartini.html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.30 WIBRadius, Dwi B. (2012). Pelecehan Seks 10 Murid, Kepala Sekolah Ditahan. Dalamhttp://regional.kompas.com/read/2012/04/27/16175534/Pelecehan.Seks.10.Murid..Kepala.Sekolah.Ditahan. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2012 pukul21.00 WIBRahadi, Fernan. (2013). Anak-anak Jadi Korban Pemerkosaan di AS. Dalamhttp://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/01/10/mge55y-anakanak-jadi-korban-pemerkosaan-di-as. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013pukul 20.00 WIBWahid, Muhammad N. (Tanpa tahun). Pelajar Ditelanjangi Di Dalam Kelas. Dalamhttp://www.indosiar.com/patroli/pelajar-ditelanjangi-didalam-kelas_78555.html. Diunduh pada tanggal 10 Juli pukul 20.00 WIBWidyarini, M.M. Nilam. (2011). Kekerasan Seksual, Mereka Mungkin SalingMengenal. Dalam http://www.henlia.com/2011/03/kekerasan-seksual-merekamungkin-saling-mengenal/. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00WIBWirakusuma, K. Yudha. (2011). Naik D 02 Malam Hari, Cewek Harus NyamarJadi Cowok. Dalam http://news.okezone.com/read/2011/09/18/338/504005/naik-d-02-malam-hari-cewek-harus-nyamar-jadi-cowok. Diunduh padatanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIBYuwono, Markus dan Trijaya. (2011). Dilecehkan Sesama Jenis Wanita Ini LaporPolisi. Dalam http://autos.okezone.com/read/2011/07/05/340/476201/dilecehkan-sesama-jenis-wanita-ini-lapor-polisi. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012pukul 19.30 WIB
Last update:
Interaksi Online, is published by Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275; Telp. (024)7460056, Fax: (024)7460055
Interaksi Online by http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.