slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADA MAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIP | Faiqoh | Interaksi Online skip to main content

PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADA MAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIP


Citation Format:
Abstract

PELECEHAN SEKSUAL: MASKULINISASI IDENTITAS PADA
MAHASISWI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNDIP
Abstrak
Kekerasan seksual sering kali muncul di sekitar kita, terutama sering
merugikan pihak perempuan. Namun, kebanyakan korban dari kekerasan tersebut
justru tidak banyak yang melaporkannya, salah satu bentuk yang paling sering
dijumpai adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual diartikan sebagai suatu
keadaan yang tidak dapat diterima, baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual dan
pernyataan-pernyataan yang bersifat menghina atau keterangan seksual yang bersifat
membedakan. Tindakan yang tidak diinginkan tersebut ternyata bukan saja terjadi di
ranah privat saja, melainkan sudah mengarah pada ruang publik dan dapat berasal
dari orang-orang yang dikenal seperti teman-teman di lingkungan pendidikan.
Fokus penelitian adalah untuk menggambarkan bagaimana maskulinisasi
dapat diterima oleh mahasiswi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Selain itu, untuk
menjelaskan bentuk dan dampak pelecehan seksual yang terdapat dalam sebuah
maskulinisasi tersebut, dan ideologi yang digunakan di balik dominasinya.
Penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma kritis, dengan tipe penelitian
deskriptif. Manakala metode penelitiannya menggnakan Studi Kasus yang mengacu
pada Yin (2006). Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancara
informan secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik Elektro
Undip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Teori utama penelitian ini
adalah Muted Group Theory dari Cheris Kramarae.
Hasil penelitian menggambarkan bagaimana pelecehan seksual dapat diterima
dikalangan perempuan dalam sebuah dominasi kelompok, berkat hegemoni kelompok
yang membuatnya semakin tersamar. Bentuk pelecehan yang dialami mereka
cenderung mengarah pada hostile environment, di mana berdampak terhadap keadaan
psikologis, berupa lontaran komentar-komentar maupun julukan seksis yang
mendeskripsikan keadaan fisik mereka. Ideologi di balik dominasi mereka adalah
Patriarki yang telah melebur dengan nilai-nilai di lingkungannya, sehingga
menjadikan suatu “kebiasaan laki-laki”, salah satunya pelecehan seksual yang telah
dijadikan keadaan normal di kalangan perempuan.
Kata kunci : Pelecehan Seksual, Dominasi, Maskulinisasi
SEXUAL HARASSMENT: MASCULINIZATION OF FEMALE STUDENT
IDENTITY ON ELECTRICAL ENGINEERING MAJOR OF DIPONEGORO
UNIVERSITY
Abstract
Sexual violence often appear around us, especially the often detrimental to
women. However, most of the violence victims didn’t make reports on it, one of the
most common sexual violence is sexual harassment. Sexual harassment is defined as
a situation that is unacceptable, whether verbal, physical or sexual cues and
statements that are sexually derogatory or discriminatory statements. The unwanted
actions are apparently not only occur in the private sphere, but has led to the public
and can be derived from known people like friends in the educational environment.
The focus of the research is to describe how the masculinization may be
accepted by the student in the Electrical Engineering Diponegoro University.
Moreover, to explain the shape and impact of sexual harassment contained in a the
masculinization, and ideology are used behind its dominance.
This qualitative study using a critical paradigm, the descriptive type. Whereas
the research method is using the case study which refers to Yin (2006). Data obtained
from direct field observations and in-depth informant interviews to three informants
of the Electrical Engineering Diponegoro University students, by using the Snowball
Sampling technique. The main theory of this study is Muted Group Theory of Cheris
Kramarae.
The result of the research illustrates how sexual harassment is acceptable
among women in a group of domination, through to the hegemony group that make it
more subtle. The form of harassment experienced by women tends to lead to a hostile
environment, where the impact on the psychological state, a burst of comments and
sexist epithets describing their physical state. The ideology behind their dominance is
Patriarchy which has merged with the values in the environment, making a "habit of
men", one of which sexual abuse has become a normal state among women.
Keywords: Sexual harassment, Domination, Masculinization
Pendahuluan
Akhir-akhir ini, pemberitaan mengenai kekerasan semakin marak diberitakan di
media-media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan tidak jarang media itu sendiri
juga turut menjadi pelaku dari kekerasan. Di sini, kekerasan yang dimaksud tidak
melulu berkaitan dengan tindakan tembakan, pukulan atau dengan tetesan darah.
Kekerasan adalah suatu penyerangan yang berakibat menyakiti seseorang, baik
berupa verbal maupun non-verbal, dan dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Jenis-jenis kekerasan juga dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu yang
sering menjadi sorotan adalah Kekerasan Berbasis Gender (KBG).
Dalam sebuah seminar berjudul “Gender-Based Violence In A Romantic
Relationship” (Anonim, 2012), Murnizam Halik PH.D, seorang Dekan Psikologi di
Universitas Malaysia Sabah (UMS) sekaligus narasumber seminar, mengungkapkan
Gender Based Violence atau Kekerasan Berbasis Gender merupakan serangkaian
penganiayaan yang dilakukan terhadap perempuan, yang berakar dari ketidaksetaraan
gender dan rendahnya status perempuan dibandingkan laki-laki. KBG dapat terjadi di
manapun, dari ruang privat hingga ruang publik, yang nyata diketahui banyak orang.
Selain itu, KBG dapat dilakukan dalam berbagai bentuk: kekerasan fisik, kekerasan
psikis dan kekerasan seksual. Akan tetapi, pembahasan dalam penelitian ini akan
mengarahkan pembaca pada kekerasan dalam bentuk seksual, yang mana salah
satunya menyangkut pelecehan seksual. Sexual harassment atau pelecehan seksual
sering kali terjadi disekitar kita, dengan atau tanpa disadari.
Pelecehan seksual diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak dapat diterima,
baik secara lisan, fisik atau isyarat seksual dan pernyataan-pernyataan yang bersifat
menghina atau keterangan seksual yang bersifat membedakan, di mana membuat
seseorang merasa terancam, dipermalukan, dibodohi, dilecehkan dan dilemahkan
kondisi keamanannya. Pada dasarnya, pelaku pelecehan dapat dilakukan oleh lakilaki
dan perempuan; baik laki-laki terhadap perempuan, perempuan terhadap
perempuan, bahkan antar sejenis yaitu laki-laki terhadap laki-laki dan perempuan
terhadap perempuan. Bentuknya dapat berupa verbal dan non-verbal, dan dapat
dijumpai di manapun, kapanpun, kepada siapapun dan oleh siapapun, tanpa mengenal
status atau pangkat. Richmond dan Abbott (1992:329) menyatakan, bahwa hanya
sekitar satu per sepuluh kasus-kasus pelecehan seksual sesama jenis yang diberitakan.
Pelecehan seksual sesama jenis biasanya dilakukan oleh pasangan homoseksual, atau
seseorang yang mengidap kelainan seksual. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa pada kenyataannya perempuan sering menjadi korban kekerasan maupun
pelecehan seksual oleh laki-laki, sehingga setiap harinya bahkan setiap saat
perempuan harus merasa berwaspada terhadap serangan-serangan yang akan
menimpanya.
Menurut data WHO 2006 (dalam artikel Kinasih, 2007:11), ditemukan adanya
seorang perempuan dilecehkan, diperkosa dan dipukuli setiap hari di seluruh dunia.
Paling tidak setengah dari penduduk dunia berjenis kelamin perempuan telah
mengalami kekerasan secara fisik. Bahkan, pelecehan ini telah terjadi di tempattempat
umum dan tanpa disadari (oleh korban pelecehan). Misalnya, kasus pelecehan
menjadi mimpi buruk (terror) bagi kaum hawa, terutama di Ibu Kota, Jakarta.
Berdasarkan sumber okezone.com, (wirakusuma, 2011) perempuan yang menaiki
jasa mobil angkutan kota di malam hari akan merasakan takut yang berlebih sehingga
mereka harus menyamarkan penampilan mereka seperti seorang laki-laki. Seorang
karyawati asal Ciputat, bernama Tungga Pawestri (30) mengaku harus pulang kantor
pada malam hari (di atas pukul 22.00 WIB). Sebelum menaiki angkot tersebut,
Tungga harus memakai jaket tebal dan topi agar tampak seperti laki-laki, agar dapat
terlepas dari tindak pelecehan seksual di angkot.
Sebuah survei “YouGov” yang dilakukan oleh End Violence Against Women
Coalition (Evaw) juga memperkuat kenyataan tersebut, yaitu sebanyak 43 persen dari
1.047 wanita berusia 18 – 34 tahun (yang disurvei) mengalami pelecehan seksual di
tempat-tempat umum pada tahun 2011 (Anonim, 2012). Di Indonesia sendiri,
menurut pantauan yang dilakukan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dalam
kurun waktu 13 tahun terakhir (1998 – 2011) telah tercatat sebanyak 22.284 kasus
kekerasan seksual terhadap perempuan di ruang umum dan menjadi urutan kedua dari
seluruh kasus kekerasan seksual yang berjumlah 93.960 kasus (Hidayatullah, 2012).
Pelecehan seksual ini merupakan latar belakang dari kekerasan, sehingga
hukum di Indonesia pun menciptakan suatu undang-undang perlindungan perempuan,
yang terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, yang
mana merupakan pengaturan pasal-pasal pelecehan seksual: (a) KUHP Pasal 289 –
296 merupakan pasal-pasal tentang pencabulan, (b) KUHP Pasal 295 – 298 dan pasal
506 merupakan pasal-pasal tentang Penghubungan Pencabulan, dan (c) KUHP Pasal
281 – 299, 532 – 533 dan lain-lain merupakan pasal-pasal tentang Tindak Pidana
terhadap Kesopanan (Laluyan, 2009).
Meski terdapat aturan hukum mengenai pelaku pelecehan, kaum lelaki tetap
merasa lebih berkuasa dibanding perempuan dan konotasi perempuan menjadi
makhluk yang lemah. Terbukti dari kasus-kasus pelecehan yang nyata ada di manamana.
Bukan hanya di tempat-tempat umum, kasus-kasus pelecehan seksual juga
dapat terjadi pada lingkup yang tertutup, seperti lingkungan akademis. Pelecehan
seksual, baik guru/dosen terhadap murid/mahasiswa atau sebaliknya, serta antar
guru/dosen dan antar murid/mahasiswa tidak dapat dipungkiri dalam dunia
pendidikan. Dalam hal ini, peneliti menyingkap kasus pelecehan seksual yang terjadi
diantara mahasiswa-mahasiswi yang berada pada lingkungan dominasi laki-laki,
tepatnya pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Undip.
Teknik Elektro Undip memiliki perbandingan mahasiswa (antara laki-laki dan
perempuan) yang signifikan yaitu sebanyak 87 persen laki-laki dan 13 persen
perempuan dari jumlah 920 orang. Dengan dominasi maskulin (sifat laki-laki), maka
akan dengan mudah mengambil alih sifat-sifat feminin dari seorang perempuan,
inilah yang disebut dengan “Maskulinisasi” atau laki-laki dapat mengkonstruksikan
diri perempuan. Proses maskulinisasi tersebut, salah satunya dapat berimbas dalam
identitas diri seseorang. Karakteristik macho sangat terkenal pada salah satu kampus
teknik yang paling diminati tersebut. Dengan konstruksi penampilan laki-laki,
mencerminkan sifat-sifat macho pada diri perempuan; make up yang jarang
digunakan dan tas ransel yang lebih menjadi pilihan para mahasiswi, akan sering
ditemui di Teknik Elektro.
Suatu diskriminasi identitas, jika identitas seseorang tersebut harus diikuti
secara “paksaan”. Oleh karenanya, peneliti akan menggali lebih dalam mengenai
dominasi maskulin terhadap perempuan. Karenanya, peneliti mengambil judul
“Pelecehan Seksual: Maskulinisasi Identitas Pada Mahasiswi Jurusan Teknik
Elektro Undip”, yang mana peneliti berusaha untuk mencari tahu bagaimana
perempuan (sebagai minoritas) dapat beradaptasi dengan lingkungan dominasi
maskulin, dan dampak maskulinisasi identitas perempuan yang ditimbulkan dari
bentuk-bentuk pelecehan seksual. Selain itu, peneliti juga berusaha mencaritahu
ideologi di balik dominasi maskulin di lingkungan Teknik tersebut.
Metoda
Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan
dengan paradigma kritis, karena peneliti menekankan pada konsep maskulinisasi, yang
dominan di kalangan mahasiswa-mahasiswi Teknik Elektro Undip.
Data diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan wawancara
informan secara mendalam terhadap tiga informan yaitu mahasiswi Teknik Elektro
Undip, dengan menggunakan Teknik Snowball Sampling. Bungin (2007:108)
menetapkan beberapa prosedur pada penggunaan teknik Snowball, yaitu dengan siapa
peserta atau informan pernah dikontak atau pertama kali bertemu dengan peneliti
adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial mereka untuk merujuk peneliti
kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi dan mempelajari
atau memberi informasi kepada peneliti.
Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun
pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposi awal suatu penelitian
(Yin, 2006:133). Strategi penjodohan pola dalam studi kasus deskriptif bersifat
relevan dan fleksibel, sehingga pola-pola spesifik dapat diprediksikan sebelum
pengumpulan data (Yin, 2006:140).
Pembahasan
Refleksi: Pelecehan Seksual Dalam Maskulinisasi Identitas Mahasiswi Teknik
Elektro Undip
Strategi analisis data yang digunakan pada penelitian ini, dalam pendekatan studi
kasus adalah strategi penjodohan pola. Peneliti telah menetapkan asumsi di awal
penelitian, sehingga dapat menghasilkan sebuah perbandingan antara pra penelitian
dan pasca penelitian. Asumsi peneliti pra penelitian menyatakan bahwa praktek
pelecehan seksual yang dialami perempuan dalam dominasi maskulin merupakan
akibat maskulinisasi di lingkungan Teknik Elektro Undip. Laki-laki menggunakan
kelebihannya untuk menguasai perempuan. Posisi laki-laki menempatkan dirinya
pada tatanan superior. Dengan demikian, laki-laki juga bebas menggunakan
kekuatannya dalam mengkonstruksi perempuan.
Sedangkan pasca penelitian, peneliti menemukan beberapa temuan. Pertama,
laki-laki menyisipkan praktek pelecehan seksual dalam maskulinisasi identitas
perempuan di lingkungan dominasi, Teknik Elektro Undip. Dampak dari dominasi
maskulin begitu terasa di lingkungan tersebut, sehingga memberi keleluasaan bagi
laki-laki untuk menguasai perempuan. Mereka seakan harus mengikuti aturan
(terutama dalam hal identitas gender) yang dibuat oleh laki-laki agar dapat diterima
sebagai bagian di lingkungan kampus Teknik Elektro Undip. Paludi (1990:23)
menegaskan, bahwa pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang tidak diinginkan,
permintaan atas kenikmatan seksual, dan segala tindakan verbal atau fisik yang
mengarah pada seksual secara alamiah dalam berbagai situasi, salah satunya ketika
salah satu pihak mengarah pada ketundukkan yang dibuat secara emplisit (langsung)
atau implisit (tidak langsung) oleh pihak lain.
Kedua, peneliti menemukan pelecehan seksual yang dialami mahasiswi di
lingkungan Teknik Elektro, lebih berupa kata-kata (verbal), antara lain: memberi
komentar negatif, memberi julukan yang tidak menyenangkan, dan pembicaraan yang
mengarah pada hal-hal seksis. Bahkan Michigan Task Force (Richmond dan Abbott,
328:1992) yang fokus menyoroti kasus pelecehan seksual, menyatakan bahwa
pelecehan seksual mencakup verbal abuse atau kekerasan verbal yang dilakukan
berulang-ulang dari hasrat atau naluri seksual. Kekerasan verbal yang berulang-ulang
itu sama seperti yang dialami oleh para informan penelitian, sehingga dapat
mengakibatkan suatu ketidaknyamanan kondisi psikologis ketika berada di
lingkungan kampusnya. Kondisi yang dialami oleh perempuan di lingkungan
tersebut, dalam pelecehan seksual lengkapnya termasuk jenis hostile environment,
yaitu suatu keadaan seorang individu dijadikan subyek atas segala pengulangan
seputar seksual yang tidak diinginkan, sehingga dapat menciptakan suasana yang
tidak nyaman dilingkungan pekerjaan maupun pendidikan (Carroll, 2010:486).
Ketiga, keadaan di mana laki-laki sangat ingin mengontrol perempuan sama
seperti penjelasan dalam Budaya Patriarki. Patriarki lahir dari hasrat laki-laki untuk
menguasai perempuan dan alam, yang merupakan suatu sistem hirarki yang
menghargai sebuah power-over (hasrat menghancurkan) (Tong, 81:2010). Praktekpraktek
untuk menaklukkan perempuan, sering kali dinormalisasi oleh laki-laki agar
dapat mencapai kekuasaan (power) yang diinginkannya. Oleh karenanya, konsep
patriarki telah melebur menjadi landasan ideologis dibalik dominasi yang terdapat di
lingkungan Teknik Elektro tersebut.
“Muted Group theorists criticize dominant groups and argue that hegemonic
ideas often silence other ideas” (West dan Turner, 2007:516). Kalimat tersebut
menekankan bahwa MGT sangat kritis terhadap kelompok dominan yang sering
mengontrol makna pada anggota-anggota kelompok lainnya. Perempuan hanya bisa
mengikuti aturan-aturan tersebut karena merasa tidak dapat memberikan sikap
responsif untuk menjelaskan pikirannya. Bahkan ketika subjek penelitian mengalami
pelecehan, mereka cenderung pasif karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
wajar serta konsekuensi yang harus diterima berada dalam lingkungan dominasi
maskulin.
Penggunaan teori MGT mampu menjelaskan sepenuhnya, mengapa
perempuan mengalami ketidakberdayaan menghadapi pelecehan seksual dalam
praktek maskulinisasi identitas perempuan. Dominasi laki-laki yang begitu kuat
mampu menguasai kebiasaan interaksi lawan jenis, bahkan secara bawah sadar yang
dikuasai dapat dengan mudah merasa patuh dan menerima begitu saja. Bagi
kelompok bungkam (muted group), apa yang dikatakan pertama kali harus bergeser
dari pandangan mereka sendiri terhadap dunia dan kemudian diperbandingkan
dengan pengalaman-pengalaman dari kelompok yang dominan (West dan Turner,
2007:517).
Asumsi Muted Group Theory dalam sudut pandang perempuan, turut
menyatakan bahwa dalam berpartisipasi pada kelompok sosialnya, perempuan harus
mentransformasi cara mereka menjadi cara-cara yang dapat diterima oleh laki-laki.
Perempuan mengalami pelecehan seksual sebagai usaha pembungkaman diri karena
mereka memahami bahwa dirinya akan selalu berada di bawah laki dan menjadi
manusia sekunder. Kenyataan yang terdapat di lapangan, mahasiswi Teknik Elektro
merasa harus menyesuaikan peran yang cocok dengan identitas kelompoknya, macho.
Adapun, peneliti menemukan beberapa hal menarik dalam penelitian ini.
Pertama, konstruksi identitas yang diciptakan oleh mayoritas anggota kelompok
sendiri biasanya dapat saling mempengaruhi, apalagi jika hubungan tersebut berhasil
menciptakan rasa solidaritas yang tinggi. Ketidaksadaran kaum perempuan dalam
mematuhi aturan-aturan yang diciptakan kelompok dominan sama seperti penjelasan
dalam Teori Hegemoni. Secara umum, teori tersebut menjelaskan dominasi sebuah
kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya kelompok yang lebih lemah, dalam
hal ini perempuan (West dan Turner, 2008:67).
Arahan-arahan para penguasa kelompok sebenarnya telah menciptakan suatu
kesadaran palsu bagi kelompok tertindas. Kesadaran palsu atau false consciousness
(dalam West dan Turner, 2008:68) adalah suatu keadaan di mana individu-individu
menjadi tidak sadar mengenai dominasi yang terjadi di dalam kehidupan mereka.
Identitas atau ciri khas macho yang melekat pada kelompok Teknik Elektro, terbukti
telah dibentuk oleh kelompok dominan yang ada di lingkungannya. Konsep macho
menjadi sesuatu yang identik dengan Teknik Elektro secara terus-menerus dapat
berpengaruh pada diri perempuan yang ada di lingkungan tersebut. Perempuan tidak
akan pernah benar-benar yakin bahwa ia feminin, jika lingkungannya sendiri tidak
menerimanya sebagai seorang yang feminin.
Kedua, yaitu berdasarkan pengakuan ketiga informan yang menjelaskan
bahwa teman-teman lelaki yang terdapat di dalam dan di luar lingkungan Kampus
Teknik Elektro ternyata memiliki perbedaan cara pandang mengenai sosok
penampilan perempuan. Jika kelompok laki-laki yang dalam lingkungan kampus
tersebut cenderung memandang identitas feminin kurang pantas dikenakan oleh
mahasiswinya, teman-teman lelaki di luar lingkungan itu justru menganggap
penampilan feminin bukanlah merupakan sesuatu yang terlalu berlebihan bagi
perempuan.
Perbedaan cara pandang tersebut sebenarnya terbentuk dari penerimaan suatu
kelompok di setiap lingkungannya. Mahasiswi yang berada pada lingkungan
dominasi maskulin tentu akan merasakan kadar kedekatan dan pengaruh yang lebih
kuat, daripada kelompok lain atau out-groups. Dari sesama anggota kelompok
sendiri, tentunya akan menimbulkan suatu harapan atas pengakuan, kesetiaan, dan
pertolongan (Horton dan Hunt, 1996:220). Ini pula yang dijadikan suatu kesempatan
bagi kelompok dominan untuk menaklukan minoritas.
Hal unik yang terakhir (ketiga), mengenai kurangnya pemahaman mendalam
seputar pelecehan seksual, yang mengakibatkan para informan tidak dapat
menyatakan bahwa dirinya telah mengalami pelecehan seksual. Hal ini serupa dengan
pernyataan Bourdieu dalam konsepnya “misrecognition” yaitu yaitu sebuah “bentuk
melupakan” dari seseorang akan suatu hal. Korban tidak akan merasa bahwa dirinya
adalah seorang “korban pelecehan seksual” yang telah diperlakukan sebagai makhluk
inferior yang kerap mengalami penolakan atas keinginannya, dan memiliki
keterbatasan dalam berekspresi. (Webb, Schiratto, dan Danaher, 2002:24-25).
Simpulan
Para mahasiswi yang menjadi subyek penelitian menyadari kedudukannya sebagai
kelompok minoritas di lingkungan Teknik Elektro Undip. Mereka seakan berhasil
“dikostumkan” dengan segala persepsi maskulin dari kelompok dominan. Dengan
demikian, melalui hegemoni, perempuan dapat dengan mudah dipengaruhi dan
dibentuk oleh keinginan laki-laki.
Jenis pelecehan seksual yang dialami kelompok minoritas, termasuk ke dalam
kondisi hostile environment, yaitu perempuan sebagai korban sebenarnya telah
mencapai titik pertentangan terhadap lingkungan kampusnya, sehingga sering kali
menimbulkan dampak ketidaknyamanan (psikologis) bagi perempuan, yaitu rasa
takut, terpaksa, kehilangan rasa percaya diri, kecewa dan risih. Nilai-nilai maskulin
yang dominan seakan “mengurung” keinginan para mahasiswi untuk tampil lebih
feminin dengan berbagai berbagai tindakan yang cenderung mengarah pada verbal
abuse, baik melalui ejekan-ejekan yang mengarah pada fisik perempuan dan beberapa
julukan diskriminatif yang secara langsung ditujukan oleh mahasiswa laki-laki
kepada mahasiswinya.
Budaya patriarki telah melebur dibalik keadaan dominasi yang dialami
perempuan, sehingga sering tercipta suatu “kebiasaan lelaki”. Laki-laki melakukan
normalisasi pada tindakan-tindakan pelecehan seksual, sehingga perempuan secara
tidak sadar menganggapnya sebagai perilaku normal sehari-hari, yang dilakukan para
lelaki.
DAFTAR PUSTAKA
Andaryuni, Lilik. (2012). To Promote: Membaca Perkembangan Hak Asasi Manusia
di Indonesia (Editor: Eko Riyadi). Yogyakarta: PUSHAM UII
Basuki, Sulistyo. (2006). Metode Penelitian. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia: Wedatama Widya Sastra
Bourdieu, Pierre. (2010). Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra
Bulaeng, Andi. (2004). Metode Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi
Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif (Edisi Kedua): Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Carroll, Janell L. (2010). Sexuality Now: Embracing Diversity (Third Edition).
Amerika: Wadsworth Publishing
Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S (Eds). (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. (1994). Handbook of Qualitative Research. London : SAGE Publications 

Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama
Evans, Patricia. (2010). The Verbally Abusive Relationship: How To Recognize It and
How To Respond. USA: Adams Media
Fakih, Mansour. (2008). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset
Fetterman, D.M. (ed). (1988). Qualitative Approaches to Evaluation in Education.
The Silent Scientific Revolution. New York : Praeger
Griffin, Em. (2011). A First Look At Communication Theory: Eighth Edition. New
York: McGraw-Hill
Griffin, Ricky W. and O’Leary-Kelly, Anne M. (2004). The Dark Side of
Organizational Behavior. USA: Jossey-Bass
Hall, Calvin S. and Lindzey, Gardner. (1993). Psikologi Kepribadian 3: Teori-Teori
dan Sifat Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius
Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi
Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit
Hamidi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press
Hasan, Abdul Fatah. (2007). Mengenal Falsafah Pendidikan. Selangor, Malaysia:
Yeohprinco Sdn. Bhd
Hill, Catherine and Silva, Elena. (2005). Drawing The Line: Sexual Harassment On
Campus. United States: AAUW Educational Foundation
Hollows, Joanne. (2010). Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer (terj.
Ismayasari, Bethari Anissa). Yogyakarta: Jalasutra
Horton, Paul B. and Hunt Chester L. (1996). Sosiologi: Jilid 1, Edisi Ke-enam (terj.
Ram, Aminuddin & Sobari, Tita). Jakarta: Penerbit Erlangga
Irianto, Sulistyowati (Ed). 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum Yang
Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
anggota IKAPI DKI Jaya
Larkin, June. (1997). Sexual Harassment: High School Girls Speak Out. Canada:
Second Story Press
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Neuman, Lawrence W. (1997). Social Research Methodes : Qualitative and
Quantitative Approaches. MA : Allyn & Bacon
Noor, Ida Ruwaida dan Hidayana, Irwan M. (2012). Pencegahan dan Penanganan
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja: Panduan Bagi Para Pemberi Kerja.
Jakarta: APINDO
Paludi, Michele A. (Ed). (1990). Ivory Power: Sexual Harassment On Campus.
Albany : State University of New York Press
Rachmat, Jalaludin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya
Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Richmond, Marie dan Abott. (1992). Masculine & Feminine: Gender Roles Over The
Life Cycle: Second Edition. Great Britain: Methuen & Co. Ltd
Sendjaja, Sasa Djuarsa, dan kawan-kawan. (1994). Teori Komunikasi. Jakarta:
Universitas Terbuka
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sunarto. (2009). Televisi, Kekerasan & Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
Tong, Putnam. (2010). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepada
Arus Utama Pemikiran Feminis (terj. Prabasmoro, Aquarini Prayitni).
Yogyakarta: Jalasutra
Uripni, Christina Lia, Untung Sujianto, Tatik Indrawati. (2002). Komunikasi
Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Webb, Jen, Tony Schirato dan Geoff Danaher. (2002). Understanding Bourdieu.
London: SAGE Publications Ltd
West, Richard & Turner, Lynn H. (2007). Introducing Communication Theory:
Analysis and Application. New York: McGraw-Hill
Yin, Robert K. (2002). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo
Jurnal dan Artikel
Irianto, Jusuf. (2007). Perempuan Dalam Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia.
Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4
(Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2156&med=15&bid
=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)
Kinasih, Sri Endah. (2007). Perlindungan dan Penegakan HAM terhadap Pelecehan
Seksual. Artikel Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20
– No. 4 (Dalam http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2162&med
=15&bid=8, diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)
Laporan Independent NGO. (2007). Implementasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia (Dalam
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
ved=0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fcedaw-seasia.org%2Fdocs%2Fin
donesia%2FIndpt_Report_Bahasa_Laporan_CEDAW.pdf&ei=R_fxUZjZH4j
XrQfH9IDoCw&usg=AFQjCNEe363XZ4_SgVAWk6VU8W8RWaV7Ng&sig2
=5ZAYf48Zvzrfc6iqt9sXaQ, diakses pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 20.00)
Sulistyani, Hapsari Dwiningtyas. (2011). “Korban dan Kuasa” Di Dalam Kajian
Kekerasan terhadap Perempuan. (online) Vol. 32 – No. 2 (Dalam
http://ejournal.undip.ac.id/ index.php/forum/article/view/3153, diakses pada
tanggal 03 Juli 2012 pukul 20.00 WIB)
Suryandaru, Yayan Sakti. (2007). Pelecehan Seksual Melalui Media Massa. Artikel
Media Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. (online) Vol. 20 – No. 4 (Dalam
http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2157&med=15&bid=8,
diakses pada tanggal 03 Juli 2012 pukul 19.00 WIB)
Skripsi
Farika, Ummi. (2009). Memahami Gaya Komunikasi Laki-Laki Dan Perempuan
Dalam KulturOrganisasi Berkeadilan Gender: Studi Kasus Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII). Skripsi. Universitas Diponegoro
Isriyati. (2010). Studi Kasus: Kekerasan KomunikasiTerhadap Perempuan Dalam
Romantic Relationship. Skripsi. Universitas Diponegoro
Soekmadewi, Rr. Mariza D. (2012). Perempuan Maskulin Dalam Sinetron (Analisis
Resepsi Karakter Maskulin Tokoh Utama Perempuan Protagonis Dalam
Sinetron “Dewa”. Skripsi. Universitas Diponegoro
Utama, Yossi Indria. (2005). Konstruksi Identitas Perempuan Marjinal. Skripsi.
Universitas Diponegoro
Wulandari, Wiwit Asri. (2007). Konstruksi Majalah Hai. Skripsi. Universitas
Diponegoro
Internet
Adidharta, Syaifud. (2011). Wanita Indonesia Antara Kegelapan dan Masa
Depannya. Dalam http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/17/wanita-indo
nesia-antara-kegelapan-dan-masa-depannya-356224.html. Diunduh pada
tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00 WIB
Anonim. (2009). Dia Suka Pegang-Pegang Aku. Dalam http://remajadalam
kliping.word press.com/2009/05/06/dia-suka-pegang-pegang-aku/. Diunduh
pada tanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIB
Anonim. (2009). Profil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Dalam
http://www.ft.undip. ac.id/index.php/profil.html. Diunduh pada tanggal 06 Juli
pukul 20.30 WIB
Anonim. (2010). Latar Belakang. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/ke
adilanperempuan/index.php?option=com_content&view=article&id=20&Ite
mid=108. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul 20.00 WIB. Hal. 01
Anonim. (2010). Profil. Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2010/10
/mekanisme-ham-nasional-bagi-perempuan-nasional-indonesia/. Diunduh
pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.30 pukul 21.00 WIB
Anonim. (2010). Tabir Asap Kerusuhan Mei 1998 (1). Dalam http://sociopolitica.
com/2010/05/13/tabir-asap-kerusuhan-mei-1998-1/. Diunduh pada
tanggal 25 Mei 2013 pukul 19.30 WIB
Anonim. (2011). Perkembangan Feminisme Di Dunia. Dalam http://komahi.umy.ac.
id/2011/05/perkembangan-feminisme-di-dunia.html. Diunduh pada tanggal 02
Januari 2013 pukul 19.00 WIB
Anonim. (2012). Biografi R.A Kartini Biodata, Profil Raden Ajeng Kartini Lengkap.
Dalam http://www.erabaca.com/2012/03/biografi-ra-kartini-biodata-profil
.html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.00 WIB
Anonim. (2012). Gender-Based Violence In A Romantic Relationship. Dalam
http://pasca.mercubuana.ac.id/newsumb.php?mode=baca&pct_ no=738&l=.
Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIB
Anonim. (2012). Guru Yang Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Murid. Dalam
http://www.suatufakta.com/2012/06/guru-yang-melakukan-pelecehan-sek
sual.html. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 20.30 WIB
Anonim. (2012). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Kekerasan Seksual. Dalam
http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami-
kekerasan-seksual#comments. Diunduh pada tanggal 05 Juli pukul
19.30 WIB
Anonim. (2013). Kekerasan Seksual Pada Mei 1998 Tak Boleh Disangkal. Dalam
www.pikiran-rakyat.com/node/235085. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013
pukul 19.00 WIB
Anonim. (2013). Segerakan Perbaikan Sistemik untuk Tangani Kekerasan Seksual.
Dalam http://www.komnasperempuan.or.id/2013/01/pernyataan-sikap-mena
nggapi-maraknya-kasus-kekerasan-seksual-dan-pernyataan-calon-hakimagung-
yang-menyudutkan-perempuan-korban-perkosaan/. Diunduh pada
tanggal 03 Februari 2013 pukul 19.00 WIB
Anonim. (2013). Visi, Misi dan Peran. Dalam http://www.komnasperempuan.or.
id/about/visi/. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 20.00
Anonim. (Tanpa tahun). Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja. Dalam http://www.
gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/pelecehan-seksual. Diunduh pada
tanggal 04 Juli 2012 pukul 21.00 WIB
Ayub. (2009). Wanita-pun Bisa Di Elektro. Dalam http://www.elektro.
undip.ac.id/?p=285. Diunduh pada tanggal 06 Juli pukul 19.00 WIB
Bohman, James. (2005). “Critical Theory”. In Edward N. Zalta (Ed.), The Stanford
Encyclopedia of Philosophy. Spring 2005 Edition. Dalam http://plato.
stanford.edu/archives/spr2005/entries/critical-theory. Diunduh pada tanggal
03 September 2012 pukul 19.00 WIB
Hidayatullah. (2012). Banyak Wanita London Dilecehkan Di Jalan. Dalam
http://www.al-khilafah.org/2012/05/banyak-wanita-london-dilecehkandi.
html. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2012 pukul 19.00 WIB
IS. (Tanpa tahun). Setiap Hari, 4 Perempuan Alami Pelecehan Seksual. Dalam
http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/9651-setiap-hari-4-perempuanalami-
kekerasan-seksual. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 20.00
WIB
Laluyan, Joe. (2009). Pelaku Pelecehan Seksual Dapat Dihukum?. Dalam
http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&id=733:pelakupelecehan-
seksual-dapat-dihukum&Itemid=94. Diunduh pada tanggal 04 Juli
2012 pukul 19.00 WIB
Mariana, Anna. (2011). Tak Ada Rotan, Akar Pun Jadi (Kisah Gedung Inspektorat
Sukabumi. Dalam http://etnohistori.org/tak-ada-rotan-akar-pun-jadi-kisahgedung-
inspektorat-sukabumi.html. Diunduh pada tanggal 30 Juni 2013 pukul
19.00 WIB
Priliawito, E. dan Mahaputra, Sandy A. (2010). Pembunuh 14 Anak Jalanan Hadapi
Tuntutan. Dalam http://metro.news.viva.co.id/%20news/read/179756-pem
bunuh-14-anak-jalanan-hadapi-tuntutan. Diunduh pada tanggal 11 juli 2012
pukul 19.30 WIB
Priliawito, Eko. (2009). Menolak Dilecehkan, Mata Kuliah Diulang 5 Kali. Dalam
http://metro.news.viva.co.id/news/read/51030-menolak_dilecehkan_mata_ku
liah_diulang_5_kali. Diunduh pada tanggal 12 Juli pukul 19.00 WIB
Putra, Rama Narada. (2012). Ditegur KPI, Raffi Ahmad Menyesal. Dalam
http://jogja.okezone.com/read/2012/06/27/33/654407/ditegur-kpi-raffiahmad-
menyesal. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00 WIB
Putro, Suwarno. (2013). Riwayat Singkat Pahlawan Nasional. Dalam http://
smpn3kebumen.sch.id/berita-224-riwayat-singkat-pahlawan-nasional-radenadjeng-
kartini.html. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013 pukul 19.30 WIB
Radius, Dwi B. (2012). Pelecehan Seks 10 Murid, Kepala Sekolah Ditahan. Dalam
http://regional.kompas.com/read/2012/04/27/16175534/Pelecehan.Seks.10.M
urid..Kepala.Sekolah.Ditahan. Diunduh pada tanggal 10 Juli 2012 pukul
21.00 WIB
Rahadi, Fernan. (2013). Anak-anak Jadi Korban Pemerkosaan di AS. Dalam
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/01/10/mge55y-anak
anak-jadi-korban-pemerkosaan-di-as. Diunduh pada tanggal 26 Mei 2013
pukul 20.00 WIB
Wahid, Muhammad N. (Tanpa tahun). Pelajar Ditelanjangi Di Dalam Kelas. Dalam
http://www.indosiar.com/patroli/pelajar-ditelanjangi-didalam-kelas_78555.
html. Diunduh pada tanggal 10 Juli pukul 20.00 WIB
Widyarini, M.M. Nilam. (2011). Kekerasan Seksual, Mereka Mungkin Saling
Mengenal. Dalam http://www.henlia.com/2011/03/kekerasan-seksual-mereka
mungkin-saling-mengenal/. Diunduh pada tanggal 04 Juli 2012 pukul 19.00
WIB
Wirakusuma, K. Yudha. (2011). Naik D 02 Malam Hari, Cewek Harus Nyamar
Jadi Cowok. Dalam http://news.okezone.com/read/2011/09/18/338/504005
/naik-d-02-malam-hari-cewek-harus-nyamar-jadi-cowok. Diunduh pada
tanggal 10 Juli 2012 pukul 20.00 WIB
Yuwono, Markus dan Trijaya. (2011). Dilecehkan Sesama Jenis Wanita Ini Lapor
Polisi. Dalam http://autos.okezone.com/read/2011/07/05/340/476201/dileceh
kan-sesama-jenis-wanita-ini-lapor-polisi. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2012
pukul 19.30 WIB

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.