skip to main content

Negosiasi Identitas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam Mengkomunikasikan Gagasan Alternatifnya kepada Kelompok Mayoritas


Citation Format:
Abstract

Jika masing-masing elemen bangsa (kelompok kebudayaan) melihat kepentingan
golongan atau pribadinya sendiri, maka Indonesia akan mengalami disintegrasi
sosial yang berujung pada keruntuhan bangsa dan negara (Moesa, 2007: 231).
HTI muncul dengan gagasan alternatif yang beranggapan tujuan ideal kehidupan
terkait erat dengan religiositas di berbagai aspek. Tujuan HTI adalah
mengembalikan kehidupan berasas hukum-hukum syara’ dengan khilafah sebagai
institusi yang menaungi dan khalifah sebagai pemimpin peradaban. Serta merta
historisitas mengenai kejayaan masa kekhilafahan terdahulu menjadi kiblat
optimisme HTI mencapai tujuannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara HTI mengkomunikasikan
gagasan alternatifnya kepada kelompok masyarakat mayoritas yang memiliki
gagasan dominan mengenai konsep kebangsaan dan kenegaraan. Metodelogi
penelitian yang digunakan adalah tipe kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
yang berupaya menjelaskan proses pengalaman aktivis dakwah HTI dalam
mengkomunikasikan gagasan alternatifnya kepada anggota kelompok mayoritas.
Penelitian ini didukung dengan Teori Negosiasi Identitas dari Stella Ting-Toomey
dan Teori Kelompok Pendamping (Co-Cultural Theory) dari Mark Orbe. Selain
itu, terdapat penambahan konsep mengenai identitas dan pembentukan persepsi.
Informan dalam penelitian ini adalah aktivis dakwah HTI yang memiliki status
struktural yang berbeda.
Hasil penelitin menunjukkan bahwa interaksi komunikasi yang dilakukan
para aktivis HTI kepada kelompok mayoritas terhadap gagasan alternatif HTI
merupakan bentuk negosiasi identitas kultural yang dipengurahi oleh tujuan
separasi dalam berkomunikasi. Secara spesifik aksi separasi yang dilakukan HTI
meliputi sifat tegas (assertive), agresif (aggressive), dan ketidaktegasan
(nonassertive). Interaksi komunikasi negosiasi identitas dengan tujuan tersebut
dilakukan para aktivis dilandasi oleh pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan kesadaran (mindfulness) terhadap identitas kebudayaan HTI yang diperoleh
sejak menjadi murid (daris/ darisah) HTI. Ketiga komponen negosiasi identitas
tersebut digunakan oleh para aktivis untuk pembentukan persepsi baru anggota
kelompok mayoritas.

Fulltext View|Download
Keywords: HTI, Gagasan, Negosiasi Identitas

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.