BibTex Citation Data :
@article{IEOJ10852, author = {Kharisma Ningrum and Diana Sari}, title = {MANAJEMEN RISIKO BAGIAN AIRSIDE MENGGUNAKAN THE STRUCTURED WHAT-IF TECHNIQUE DAN HOUSE OF RISK (Studi Kasus di PT Angkasa Pura 1 Cabang Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta)}, journal = {Industrial Engineering Online Journal}, volume = {5}, number = {1}, year = {2016}, keywords = {manajemen risiko; house of risk ; SWIFT; airside; phase of flight}, abstract = { PT Angkasa Pura merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan jasa kebandarudaraan dan navigasi penerbangan. Pelayanan yang diberikan meliputi jasa aeronautika dan non-aeronautika. Jasa aeronautika merupakan pelayanan yang diberikan kepada aircraft dan passenger. Setiap kecelakaan penerbangan dapat menyebabkan kerugian yang fatal dan tidak terduga. Secara statistik hampir 80% dari kecelakaan penerbangan terjadi di bandara. Pada tanggal 30 November 2004 Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 538 dari Bandara Soekarno Hatta – Bandara Adi Sumarmo dengan jumlah penumpang 146 orang mengalami kecelakaan saat landing di Bandara Adi Sumarmo. Kecelakaan ini mengakibatkan 26 korban meninggal dunia, 55 luka berat dan 63 mengalami luka ringan. PT Angkasa Pura I cabang Bandara Adi Sumarmo belum menyelesaikan proyek pada tahun 2014 sebesar 87% dari proyek yang telah direncanakan pada rencana kerja. Jika pengerjaan proyek tersebut tertunda dapat berakibat pada risiko-risiko yang tidak dapat dihilangkan dalam perusahaan. Salah satu penyebab proyek yang tertunda dapat disebabkan oleh adanya pergeseran anggaran. Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan manajemen risiko pada bagian airside di PT. Angkasa Pura 1 Cabang Bandar udara Adi Sumarmo. Metode yang digunakan yaitu HOR (House of Risk) perpaduan antara HOQ (House of Quality) dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)dan SWIFT (The Structured What-If Technique). Pada risiko fase penerbangan diperoleh 23 kejadian risiko, 23 penyebab risiko dan 19 usulan strategi. Pada risiko kerja dibagian airside diperoleh 13 kejadian risiko, 13 penyebab risiko dan 8 usulan strategi. Usulan strategi prioritas pertama yaitu pemasangan CCTV di bagian airside. Abstract Angkasa Pura Inc. is one company that is engaged in the management and operation of airport services and flight navigation. Angkasa Pura Inc. provides aeronautical and non-aeronautical services. Aeronautical services are services provided to aircraft and passenger .Each flight accident may causes fatal and unexpected losses. Statistically, nearly 80% of aviation accidents occurred at the airport. On November 30th, 2004 Lion Air Airlines with flight number JT 538 from Soekarno Hatta - Adi Soemarmo with 146 passengers crashed during landing at Adi Soemarmo Airport. This accident resulted in 26 victims died, 55 were seriously injured and 63 suffered minor injuries. Angkasa Pura I Inc. which branch at Adi Soemarmo Airport has not completed the project in 2014 amounted to 87% of the planned project on the work plan. If the project is delayed this may result in risks that can not be eliminated in the company. One of the causes of delayed projects can be caused by the shifting of the budget. This study uses the application of risk management phase of flight at airside at Angkasa Pura I Airports Adi Soemarmo. The method used are HOR (House of Risk), a combination of HOQ (House of Quality), FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) and SWIFT (The Structured What-If Technique). At the risk of flight phase found 23 of risk event, 23 of risk agent and 19 proposed strategy to mitigate the risk. At the risk of work found 13 of risk event, 13 of risk agent and 8 proposed strategy to mitigate the risk The first priority of the strategy is the installation of CCTV at the airside. }, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/10852} }
Refworks Citation Data :
PT Angkasa Pura merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan jasa kebandarudaraan dan navigasi penerbangan. Pelayanan yang diberikan meliputi jasa aeronautika dan non-aeronautika. Jasa aeronautika merupakan pelayanan yang diberikan kepada aircraft dan passenger. Setiap kecelakaan penerbangan dapat menyebabkan kerugian yang fatal dan tidak terduga. Secara statistik hampir 80% dari kecelakaan penerbangan terjadi di bandara. Pada tanggal 30 November 2004 Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 538 dari Bandara Soekarno Hatta – Bandara Adi Sumarmo dengan jumlah penumpang 146 orang mengalami kecelakaan saat landing di Bandara Adi Sumarmo. Kecelakaan ini mengakibatkan 26 korban meninggal dunia, 55 luka berat dan 63 mengalami luka ringan. PT Angkasa Pura I cabang Bandara Adi Sumarmo belum menyelesaikan proyek pada tahun 2014 sebesar 87% dari proyek yang telah direncanakan pada rencana kerja. Jika pengerjaan proyek tersebut tertunda dapat berakibat pada risiko-risiko yang tidak dapat dihilangkan dalam perusahaan. Salah satu penyebab proyek yang tertunda dapat disebabkan oleh adanya pergeseran anggaran. Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan manajemen risiko pada bagian airside di PT. Angkasa Pura 1 Cabang Bandar udara Adi Sumarmo. Metode yang digunakan yaitu HOR (House of Risk) perpaduan antara HOQ (House of Quality) dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)dan SWIFT (The Structured What-If Technique). Pada risiko fase penerbangan diperoleh 23 kejadian risiko, 23 penyebab risiko dan 19 usulan strategi. Pada risiko kerja dibagian airside diperoleh 13 kejadian risiko, 13 penyebab risiko dan 8 usulan strategi. Usulan strategi prioritas pertama yaitu pemasangan CCTV di bagian airside.
Abstract
Angkasa Pura Inc. is one company that is engaged in the management and operation of airport services and flight navigation. Angkasa Pura Inc. provides aeronautical and non-aeronautical services. Aeronautical services are services provided to aircraft and passenger .Each flight accident may causes fatal and unexpected losses. Statistically, nearly 80% of aviation accidents occurred at the airport. On November 30th, 2004 Lion Air Airlines with flight number JT 538 from Soekarno Hatta - Adi Soemarmo with 146 passengers crashed during landing at Adi Soemarmo Airport. This accident resulted in 26 victims died, 55 were seriously injured and 63 suffered minor injuries. Angkasa Pura I Inc. which branch at Adi Soemarmo Airport has not completed the project in 2014 amounted to 87% of the planned project on the work plan. If the project is delayed this may result in risks that can not be eliminated in the company. One of the causes of delayed projects can be caused by the shifting of the budget. This study uses the application of risk management phase of flight at airside at Angkasa Pura I Airports Adi Soemarmo. The method used are HOR (House of Risk), a combination of HOQ (House of Quality), FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) and SWIFT (The Structured What-If Technique). At the risk of flight phase found 23 of risk event, 23 of risk agent and 19 proposed strategy to mitigate the risk. At the risk of work found 13 of risk event, 13 of risk agent and 8 proposed strategy to mitigate the risk The first priority of the strategy is the installation of CCTV at the airside.
Last update:
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik - Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Telp / Fax : (024) 7460052
Email : i_engineering@ymail.com