skip to main content

Pendekar Cerita Silat dari Bumi Sukowati: Biografi Kho Ping Hoo Tahun 1960 - 2014

*Imada Imba Saraswati  -  Departemen Sejarah, Universitas Diponegoro, Indonesia
Siti Maziyah  -  Program Studi S1 Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

This study discusses the background of Kho Ping Hoo's life and the process of becoming a famous silat story writer, and the awards he has won. The background of Kho Ping Hoo is chronologically using the historical method. The story of silat was born from the Chinese peranakan community in Indonesia. The Peranakan Chinese uses Chinese Malay to communicate, as well as the silat stories produced by the Chinese Peranakans. It is certainly interesting considering that at the beginning of the 20th century, literary works did not use the standard Indonesian language belonging to Balai Pustaka were considered as literary works of low quality. However, as a genre of Peranakan literature that uses the Chinese Malay language, Kho Ping Hoo's silat stories are actually in demand by people from all walks of life. While many silat writers in Indonesia adapt stories from Chinese books or novels, Kho Ping Hoo is here to present his original works. This of course makes the special study of Kho Ping Hoo even more interesting. The study of Kho Ping Hoo's life journey is presented in the form of a biography.

Keywords: Kho Ping Hoo; Silat Story; Literature Chinese of Indonesia; Chinese Malay.

Fulltext View|Download
  1. Amithuhu, Athif Thitah (2021). Beda gaya sastrawan Tionghoa dan balai pustaka di Hindia Belanda. Diakses pada 14 Maret 2021 dari https://etnis.id/beda-gaya-sastrawan-tionghoa-dan-balai-pustaka-di- hindia-belanda/
  2. B-6 (22 Juli 1994). Kho Ping Hoo meninggal dunia. Suara Pembaruan
  3. Bonneff, Marcel (1998). Komik Indonesia (Rahayu S. Hidayat, Trans). Jakarta: Gramedia
  4. Dewojati, Cahyaningrum (2021). Sastra populer Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
  5. Gottschalk, Louis (1975). Mengerti sejarah. Jakarta: UI Press, 1975)
  6. Irs (23 Juli 1994). Kho Ping Hoo tutup usia: tak sempat selesaikan kerajaan tang. Jawa Pos
  7. Kepo’in bahasa Melayu Tionghoa Yuk! (2021). Dikunjungi pada10 Maret 2021 dari https://www.youtube.com/watch?v=z9v6T6EH984
  8. Ensiklopedia Sastra Indonesia. (2020). Kho Ping Hoo 1926-1994. Diakses dari http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/ Kho_Ping_Hoo
  9. Kokkang, Wahyu (17 Agustus 2019). Digemari Presiden hingga pembaca yang balas dendam. Jawa Pos
  10. Kokkang, Wahyu (18 Agustus 2019). Sepuluh jari pernah cantengan, Asmaraman ternyata samaran. Jawa Pos
  11. Kuntowijoyo (2013). Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana. Muhammad, Aulia A. (2003). Bayang baur sejarah. Surakarta: Tiga Serangkai
  12. Pengarang yang disensor keluarga (17 September 1977). Tempo
  13. Priherdityo, Endro (2021). Kho Ping Hoo, digemari sekaligus target sambit batu. Diakses pada 30 Maret 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210326231532-241-622725/kho-ping- hoo-digemari-sekaligus-target-sambit-batu
  14. Rahayu, Tri (21 Januari 2017). Keluarga Kho Ping Hoo siap hibahkan koleksi secara sukarela. Solopos
  15. Salmon, Claudine (1985). Sastra cina peranakan dalam bahasa Melayu. Jakarta: Balai Pustaka
  16. Saptono, Hariadi (27 Juli 1994). Pendekar itu ditangisi penggemarnya. Kompas
  17. Sartono, Frans (22 September 2013). Gema dunia persilatan Kho Ping Hoo. Kompas
  18. Sastra peranakan (29 Februari 1992). Tempo
  19. Sawega, Ardus M. (2012). Kho Ping Hoo & Indonesia: seniman dan karyanya. Surakarta: Balai Soedjatmoko
  20. Saya ikhlas dipanggil Tuhan: pesan terakhir Kho Ping Hoo (25 Juli 1994). Bali Post
  21. Setiawan, Teguh (14 November 2011). Leo Suryadinata: Cersil tidak akan lenyap. Republika
  22. Setiawan, Teguh (14 November 2011). Antara Kho Ping Hoo dan SH Mintardja. Republika
  23. Setiawan, Teguh (14 November 2011). Dari Hui Rui sampai KPH cersil pernah mengalami nasib sama di Tiongkok dan Indonesia; dilarang penguasa. Republika
  24. Setiawan, Teguh (14 November 2011). “Mengenang kontribusi cersil dalam pembangunan identitas nasional”, Republika
  25. Sidharta, Myra (1994). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (1926): writer of cloak and dagger stories in Indonesia, Archipel, 48, 1994, 157-176
  26. Sidharta, Myra (2004). Dari penjaja tekstil sampai superwoman. Jakarta: Gramedia
  27. Sidharta, Myra (2020). Diakses pada 4 Juli 2020 dari https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1994_num_48_1_3007
  28. Soebendo, Bambang (3 Oktober 1984). Wawancara dengan Asmaraman Sukowati: lewat ceritera silat mencari kebebasan menulis. Sinar Harapan
  29. Subroto, Heru (19 Mei 1989). Kho Ping Hoo bebas mengkritik Kaisar. Vista, 47(12), 18-24
  30. Sukowati, Asmaraman (September 1962). Saya hidup dalam tiga dunia. Optimis, 57-58
  31. Suryadinata, Leo (1996). Sastra peranakan Tionghoa Indonesia. Jakarta: Gramedia
  32. Teguh, Irfan (22 Juli 2018). Jalan Pedang Kho Ping Hoo. Tirto.id,
  33. Wahjoe L, Imam (2007). Maestro. Surabaya: PT HM Sampoerna
  34. Wasino (2007). Dari riset hingga tulisan sejarah. Semarang: Unnes Press
  35. Yahya, Yunus (2002). Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya. Jakarta: Gramedia
  36. Yatim, Ricardo I. (Maret 1995). Pesilat dari Mertokusuman. Matra, 94-98

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.