skip to main content

PEMBUATAN PETA ZONA RAWAN TANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG DENGAN MELAKUKAN PEMBOBOTAN PARAMETER

1Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

2Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 7 Apr 2014.

Citation Format:
Abstract

Abstrak

 

Penelitian yang berjudul “Pembuatan Peta Zona Rawan Tanah Longsor di Kota Semarang dengan Melakukan Pembobotan Parameter” ini dilatarbelakangi oleh  data yang didapat dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Semarang, yaitu terhitung sejak Januari hingga Juni 2012 (kurun waktu 6 bulan) terdapat 20 kejadian tanah longsor. Untuk itu perlu dibuat peta zona rawan longsor guna menghasilkan informasi mengenai posisi yang berkaitan dengan tingkat kerawanan longsornya di kota Semarang. Peta ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan guna tindakan pencegahan terjadinya tanah longsor di daerah yang rawan, sehingga mengurangi jumlah korban jiwa maupun materi dan juga perencanan dalam pembangunan sarana dan prasarana.

Penelitian ini menggunakan data citra pengindraan jauh dan SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan melakukan pembobotan terhadap parameter yang mempengaruhi terjadinya longsor, yaitu: kelerengan, penggunaan lahan, jenis tanah, dan curah hujan.

Hasil dari Penelitian ini adalah peta kerawanan longsor yang dibagi menjadi lima kelas kerawanan, yaitu: tidak rawan, agak rawan, cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Dan informasi yang didapatkan adalah sebagian besar wilayah kota Semarang masuk dalam kelas “Agak Rawan”, yaitu 60,51% (23266,315 ha), sedangkan sisanya masuk dalam kelas “Tidak Rawan” sebesar 24,66% (9480,007 ha), “Cukup Rawan” 13,32% (5120,050 ha), “Rawan” 1,20 (463,091 ha), dan “Sangat Rawan” 0,31% (120,547).

Kata kunci: Tanah longsor, Peta, Sistem Informasi Geografis, Kota Semarang

                                     Abstract

 

 This study, entitled "Making the Landslide Prone Zones Map in Semarang City with Doing Weighting Parameters" is motivated by data obtained from BPBD (Badan Pengangulangan Bencana Daerah) Kota Semarang, which is commencing from January to June 2012 (the period of 6 months ) there were 20 landslide occurrences. For that need to be made map landslide prone zones to inform about the position with regard to the level of vulnerability to landslides in the city of Semarang. This map can be used as a reference in decision making for preventive measures in the landslide prone areas, thereby reducing the number of casualties and material and also planning the construction of facilities and infrastructure.

The study was conducted using data of remote sensing image and GIS ( by weighting the parameters that influence the occurrence of landslides, namely: slope, land use, soil type, and rainfall.

Results from this study is that the landslide susceptibility map is divided into five classes of vulnerability, ie: not prone, somewhat prone, quite prone, prone , and very prone. And the information obtained is most regions Semarang enroll in classes "Somewhat Prone", ie 60.51% (23266.315 ha), while the rest goes in the class "Not Prone " ie 24.66 % (9480.007 ha) , "Quite Prone" 13.32 % (5120.050 ha) , "Prone" 1.20 (463.091 ha), and "Highly Prone" 0.31% (120.547).

Keywords: Soil Erosion, Map, Geographical Information System, Semarang City

*)Penulis Penanggung Jawab

Fulltext View|Download

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.