Departement of Geodetic Engineering, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip38859, author = {Diah Septiyana and Abdi Sukmono and Muhammad Adnan Yusuf}, title = {Pemantauan Kualitas Udara ISPU (PM10, SO2, NO2) Menggunakan Citra Landsat 8 dan 9 untuk Kecamatan Mijen Selama Pandemi Covid-19}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {12}, number = {3}, year = {2023}, keywords = {Landsat 8, Landsat 9, pencemaran udara, Pembatasan Kegiatan Masyarakat}, abstract = { Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah sebagai kota metropolitan mampu melatarbelakangi perkembangan kota dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kawasan pemukiman dan kawasan perindustrian. Bukit Semarang Baru (BSB) yang berada di Kecamatan Mijen merupakan kota satelit yang memiliki sarana perumahan, kawasan industri, sarana rekreasi, dan pendidikan. Dengan meningkatnya kegiatan perindustrian, tentunya berdampak pada perubahan lingkungan, salah satunya adalah perubahan kualitas udara. Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kandungan polutan yang ada di udara. Citra satelit Landsat 8 dan Landsat 9 dapat dimanfaatkan untuk pemantauan sebaran PM10, SO2, dan NO2 dengan menggunakan kombinasi band 4-3-2 dan Mono Window Algorithm (MWA) dalam penentuan Land Surface Temperature (LST). Hasil pengolahan algoritma PM10 pada periode sebelum, selama, dan sesudah Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) menunjukkan bahwa pada periode PKM sebaran PM10 mengalami penurunan di bulan April 2021 dan Juni 2021 dengan nilai luas yang sama yakni 57 km2 atau semua daerah di Kecamatan Mijen berada pada rentang yang sama yakni 0-19 µg/m3. Hasil pengolahan algoritma SO2 pada periode sebelum, selama, dan sesudah PKM menunjukkan sebaran SO2 terendah berada pada tanggal bulan 10 Mei 2020 dan 30 Juni 2021 (selama PKM) dengan masing-masing luas 56,509 km2 dan 56,503 km2. Kemudian pada masa setelah PKM pada tanggal 22 April 2022 dengan luas terendah yakni pada rentang 0-50 ppm sebesar 56,490 km2. Hasil pengolahan algoritma NO2 pada periode sebelum, selama, dan sesudah PKM menunjukkan hasil citra bulan Agustus memiliki nilai rentang tertinggi yang mencapai 179-180 µg/m3. Walaupun nilai rata-rata antara hasil pengolahan algoritma PM10 dan SO2 dengan hasil pengukuran Dinas Lingkungan Hidup berbeda, namun setelah dilakukan konversi masih sesuai karena berada pada satu kategori yang sama. Namun untuk hasil parameter NO2 tidak sesuai dengan pengukuran Dinas Lingkungan Hidup karena berada pada kategori yang berbeda. }, issn = {2809-9672}, pages = {271--280} doi = {10.14710/jgundip.2023.38859}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/38859} }
Refworks Citation Data :
Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah sebagai kota metropolitan mampu melatarbelakangi perkembangan kota dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kawasan pemukiman dan kawasan perindustrian. Bukit Semarang Baru (BSB) yang berada di Kecamatan Mijen merupakan kota satelit yang memiliki sarana perumahan, kawasan industri, sarana rekreasi, dan pendidikan. Dengan meningkatnya kegiatan perindustrian, tentunya berdampak pada perubahan lingkungan, salah satunya adalah perubahan kualitas udara. Penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kandungan polutan yang ada di udara. Citra satelit Landsat 8 dan Landsat 9 dapat dimanfaatkan untuk pemantauan sebaran PM10, SO2, dan NO2 dengan menggunakan kombinasi band 4-3-2 dan Mono Window Algorithm (MWA) dalam penentuan Land Surface Temperature (LST). Hasil pengolahan algoritma PM10 pada periode sebelum, selama, dan sesudah Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) menunjukkan bahwa pada periode PKM sebaran PM10 mengalami penurunan di bulan April 2021 dan Juni 2021 dengan nilai luas yang sama yakni 57 km2 atau semua daerah di Kecamatan Mijen berada pada rentang yang sama yakni 0-19 µg/m3. Hasil pengolahan algoritma SO2 pada periode sebelum, selama, dan sesudah PKM menunjukkan sebaran SO2 terendah berada pada tanggal bulan 10 Mei 2020 dan 30 Juni 2021 (selama PKM) dengan masing-masing luas 56,509 km2 dan 56,503 km2. Kemudian pada masa setelah PKM pada tanggal 22 April 2022 dengan luas terendah yakni pada rentang 0-50 ppm sebesar 56,490 km2. Hasil pengolahan algoritma NO2 pada periode sebelum, selama, dan sesudah PKM menunjukkan hasil citra bulan Agustus memiliki nilai rentang tertinggi yang mencapai 179-180 µg/m3. Walaupun nilai rata-rata antara hasil pengolahan algoritma PM10 dan SO2 dengan hasil pengukuran Dinas Lingkungan Hidup berbeda, namun setelah dilakukan konversi masih sesuai karena berada pada satu kategori yang sama. Namun untuk hasil parameter NO2 tidak sesuai dengan pengukuran Dinas Lingkungan Hidup karena berada pada kategori yang berbeda.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro