Department of Geodetic Engineering, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip35653, author = {Akhmad Fernanda and L.M. Sabri and Yasser Wahyuddin}, title = {IMPLEMENTASI SIG UNTUK PEMETAAN ANCAMAN BENCANA BANJIR KAWASAN TERBANGUN KOTA PEKALONGAN}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {11}, number = {3}, year = {2023}, keywords = {Banjir; EBBI; Kawasan Terbangun; SIG}, abstract = { Kota pekalongan merupakan perkotaan yang sering terjadi bencana banjir. Ini terjadi dikarenakan topografi yang lebih rendah dari laut dan terdapat beberapa sungai sehingga mengakibatkan sering terjadinya luapan banjir. Bencana banjir memiliki dampak kerugian pada berbagai macam aspek contohnya kawasan terbangun. Memetakan suatu kawasan terbangun yang terdampak bencana banjir beserta jumlah penduduk yang terdampak dirasa perlu. Metode yang dipakai dalam penelitian ini ialah SIG dan EBBI. Metode Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI) digunakan untuk memetakan kawasan terbangun sedangkan metode SIG digunakan untuk mendapatkan kelas kerawanan bencana Banjir. Parameter yang dipakai untuk memetakan kawasan ancaman Banjir ialah kelerengan, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, jarak dari sungai, kerapatan sungai, jarak dari garis pantai dan topografi. Hasil dari penelitian ini adalah peta ancaman banjir di Kota Pekalongan. tingkat ancaman banjir di Kota Pekalongan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu ancaman rendah sebesar 299,984 ha atau 6,67%, ancaman sedang sebesar 1867,978 ha atau 41,28% dan ancaman tinggi sebesar 2357,029 ha atau 52,09%. Adapun jumlah luasan kawasan terbangun yang masuk kedalam klasifikasi rendah yaitu sebesar 22.257 atau 1,58%, ancaman sedang sebesar 784.544 ha atau 55,59% dan ancaman tinggi sebesar 606.620 ha atau 42,84%. Dilakukan proses overlay kawasan terbangun terhadap data shapefile permukiman dengan asumsi penduduk berada dikawasan permukiman, didapatkan Kecamatan Pekalongan Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terancam Banjir kelas tinggi yaitu sebesar 63.637 jiwa dengan persentase 80,7% dari total penduduk Kecamatan Pekalongan Utara dan Kecamatan Pekalongan Selatan menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terancam Banjir kelas rendah yaitu sebesar 5.679 jiwa dengan persentase 8,68% dari total penduduk Kecamatan Pekalongan Selatan. }, issn = {2809-9672}, pages = {151--160} doi = {10.14710/jgundip.2022.35653}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/35653} }
Refworks Citation Data :
Kota pekalongan merupakan perkotaan yang sering terjadi bencana banjir. Ini terjadi dikarenakan topografi yang lebih rendah dari laut dan terdapat beberapa sungai sehingga mengakibatkan sering terjadinya luapan banjir. Bencana banjir memiliki dampak kerugian pada berbagai macam aspek contohnya kawasan terbangun. Memetakan suatu kawasan terbangun yang terdampak bencana banjir beserta jumlah penduduk yang terdampak dirasa perlu. Metode yang dipakai dalam penelitian ini ialah SIG dan EBBI. Metode Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI) digunakan untuk memetakan kawasan terbangun sedangkan metode SIG digunakan untuk mendapatkan kelas kerawanan bencana Banjir. Parameter yang dipakai untuk memetakan kawasan ancaman Banjir ialah kelerengan, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, jarak dari sungai, kerapatan sungai, jarak dari garis pantai dan topografi. Hasil dari penelitian ini adalah peta ancaman banjir di Kota Pekalongan. tingkat ancaman banjir di Kota Pekalongan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu ancaman rendah sebesar 299,984 ha atau 6,67%, ancaman sedang sebesar 1867,978 ha atau 41,28% dan ancaman tinggi sebesar 2357,029 ha atau 52,09%. Adapun jumlah luasan kawasan terbangun yang masuk kedalam klasifikasi rendah yaitu sebesar 22.257 atau 1,58%, ancaman sedang sebesar 784.544 ha atau 55,59% dan ancaman tinggi sebesar 606.620 ha atau 42,84%. Dilakukan proses overlay kawasan terbangun terhadap data shapefile permukiman dengan asumsi penduduk berada dikawasan permukiman, didapatkan Kecamatan Pekalongan Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terancam Banjir kelas tinggi yaitu sebesar 63.637 jiwa dengan persentase 80,7% dari total penduduk Kecamatan Pekalongan Utara dan Kecamatan Pekalongan Selatan menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terancam Banjir kelas rendah yaitu sebesar 5.679 jiwa dengan persentase 8,68% dari total penduduk Kecamatan Pekalongan Selatan.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro