1Departemen Teknik Geodesi, Indonesia
2Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip30636, author = {Caesara Valent and Sawitri Subiyanto and Yasser Wahyuddin}, title = {ANALISIS POLA DAN ARAH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI WILAYAH AGLOMERASI PERKOTAAN YOGYAKARTA (APY) (STUDI KASUS: KABUPATEN SLEMAN)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {10}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Average Nearest Neighbor, APY Kabupaten Sleman, Gravity Model, Permukiman, Standard Deviational Ellipse}, abstract = { ABSTRAK Wilayah aglomerasi terbentuk karena adanya beragam pusat kegiatan yang dikelompokkan dalam satu lokasi tertentu. Menurut Teori Central Place adanya berbagai kegiatan pada suatu lokasi cenderung akan bergabung pada pusat wilayahnya. Contoh aglomerasi adalah aglomerasi permukiman, industri, perdagangan dan jasa dan lain – lain. Kota Yogyakarta dan wilayah di sekitarnya adalah salah satu bentuk aglomerasi permukiman akibat pertambahan penduduk. Menurut Rencana Pola Ruang Wilayah DIY, wilayah aglomerasi tersebut meliputi sebagian Kabupaten Sleman dan Bantul yang disebut dengan wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kabupaten Sleman sebagai bagian dari wilayah APY tentunya mengalami perkembangan wilayah permukiman. Hal ini menjadi daya tarik para pengembang maupun masyarakat individu untuk membangun rumah di atas lahan yang masih tersedia. Pembangunan wilayah permukiman menyebabkan terjadinya intensitas peningkatan penggunaan lahan, khususnya pola dan arah perkembangan pemukiman. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi perubahan penggunaan lahan pemukiman dengan mengoptimalkan Citra SPOT-6 2013 dan 2020. Kemudian dianalisis besar penggunaan lahan pemukiman dan pola persebaran pemukiman dengan metode Average Nearest Neighbor (ANN). Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis diketahui perubahan luas pemukiman pada wilayah APY di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan sebesar 471,55 Ha atau 4,98% dari 9467,16 Ha total luas penggunaan lahan. Perubahan lahan pemukiman terbesar terjadi di Kecamatan Ngemplak 79,63 Ha dengan perubahan penggunaan lahan kosong menjadi pemukiman sebesar 48,12 Ha dan lahan pertanian menjadi permukiman sebesar 31,76 Ha. Berdasarkan hasil pengolahan ANN pola permukiman didominasi dengan pola acak. Hal ini dipengaruhi oleh faktor topografi dan aksebilitas yang baik. Berdasarkan pendekatan Standard Deviational Ellipse (SDE) perkembangan permukiman menuju ke arah timur dengan nilai rotasi proyeksi 71 o 14’52,8” tahun 2013 dan 66 o 51’39,6” tahun 2020 yang mengarah pada Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngemplak. Berdasarkan perhitungan Gravity Model dengan membandingkan jumlah penduduk dan jarak antara Kota Yogyakarta dengan Kecamatan di wilayah APY Sleman, hasilnya sesuai yaitu nilai interaksi wilayah yang terbesar terjadi di Kecamatan Depok sebesar 352,15. }, issn = {2809-9672}, pages = {78--87} doi = {10.14710/jgundip.2021.30636}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/30636} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Wilayah aglomerasi terbentuk karena adanya beragam pusat kegiatan yang dikelompokkan dalam satu lokasi tertentu. Menurut Teori Central Place adanya berbagai kegiatan pada suatu lokasi cenderung akan bergabung pada pusat wilayahnya. Contoh aglomerasi adalah aglomerasi permukiman, industri, perdagangan dan jasa dan lain – lain. Kota Yogyakarta dan wilayah di sekitarnya adalah salah satu bentuk aglomerasi permukiman akibat pertambahan penduduk. Menurut Rencana Pola Ruang Wilayah DIY, wilayah aglomerasi tersebut meliputi sebagian Kabupaten Sleman dan Bantul yang disebut dengan wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kabupaten Sleman sebagai bagian dari wilayah APY tentunya mengalami perkembangan wilayah permukiman. Hal ini menjadi daya tarik para pengembang maupun masyarakat individu untuk membangun rumah di atas lahan yang masih tersedia. Pembangunan wilayah permukiman menyebabkan terjadinya intensitas peningkatan penggunaan lahan, khususnya pola dan arah perkembangan pemukiman. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi perubahan penggunaan lahan pemukiman dengan mengoptimalkan Citra SPOT-6 2013 dan 2020. Kemudian dianalisis besar penggunaan lahan pemukiman dan pola persebaran pemukiman dengan metode Average Nearest Neighbor (ANN). Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis diketahui perubahan luas pemukiman pada wilayah APY di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan sebesar 471,55 Ha atau 4,98% dari 9467,16 Ha total luas penggunaan lahan. Perubahan lahan pemukiman terbesar terjadi di Kecamatan Ngemplak 79,63 Ha dengan perubahan penggunaan lahan kosong menjadi pemukiman sebesar 48,12 Ha dan lahan pertanian menjadi permukiman sebesar 31,76 Ha. Berdasarkan hasil pengolahan ANN pola permukiman didominasi dengan pola acak. Hal ini dipengaruhi oleh faktor topografi dan aksebilitas yang baik. Berdasarkan pendekatan Standard Deviational Ellipse (SDE) perkembangan permukiman menuju ke arah timur dengan nilai rotasi proyeksi 71o14’52,8” tahun 2013 dan 66o51’39,6” tahun 2020 yang mengarah pada Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngemplak. Berdasarkan perhitungan Gravity Model dengan membandingkan jumlah penduduk dan jarak antara Kota Yogyakarta dengan Kecamatan di wilayah APY Sleman, hasilnya sesuai yaitu nilai interaksi wilayah yang terbesar terjadi di Kecamatan Depok sebesar 352,15.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro