1Departemen Teknik Geodesi, Indonesia
2Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip30628, author = {Fitrah Trikusuma and Yudo Prasetyo and firman Hadi}, title = {PEMODELAN 3 (TIGA) DIMENSI BANGUNAN MENGGUNAKAN FOTO UDARA FORMAT KECIL (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {10}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Bangunan, Computer generated architecture, Dense cloud, Pemetaan kawasan, Pemodelan 3 dimensi}, abstract = { ABSTRAK Konsep model pemetaan kawasan dalam bentuk 3 dimensi merupakan rintisan pengembangan teknologi terkini dalam lingkup geospasial terutama pengembangan model sederhana Smart City . Sebuah konsep berurgensi tinggi dalam pengembangan situs kawasan seperti pelabuhan, kampus, dan lainnya yang melingkupi aspek fisik dan semantik. Rekonstruksi bangunan berjalan sejajar dengan teknologi survei dan pemetaan akan kebutuhan data kebumian yang dapat memberikan informasi spasial berupa posisi serta ruang yang mendekati dari keadaan di lapangan dan terus berkembang, sudah saatnya untuk mendalami langsung mengenai konsep rekonstruksi bangunan (Ma Z. dkk., 2017). Pemodelan bangunan 3 dimensi dalam penelitian ini menggunakan data foto udara format kecil berbasis metode computer-generated achitecture (CGA). Pengolahan terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap pengolahan foto udara dan tahap pemodelan 3 dimensi bangunan. Pengolahan foto udara dilakukan guna mendapatkan surface model seperti digital elevation model (DEM), digital terrain and building model (DTBM) dan orthomosaic sebagai peta dasar pembuatan footprint bangunan. Tahap selanjutnya adalah proses pemodelan bangunan 3D menggunakan metode CGA dengan algoritma building from footrint . Hasil pengolahan foto udara meliputi DEM, DTBM dan orthomosaic yang layak sesuai dengan kriteria dalam melakukan pemodelan menggunakan metode CGA. DEM yang dihasilkan dapat layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar peta RBI, Orhtomosaic yang dihasilkan layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar ASPRS, dan DTBM yang dihasilkan layak digunakan dengan membandingkan resolusi DTBM penelitian miliki Buyukdemircioglu dkk., 2018 dengan resolusi sebesar 12 cm. Hasil pemodelan 3 dimensi menggunakan metode CGA menghasilkan 92,12% dari 51 bangunan secara keseluruhan. Model bangunan 3 dimensi juga berhasil mencapai level of detail kelas 2.2 berdasarkan standar milik Biljecki dkk., 2016. }, issn = {2809-9672}, pages = {1--10} doi = {10.14710/jgundip.2021.30628}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/30628} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Konsep model pemetaan kawasan dalam bentuk 3 dimensi merupakan rintisan pengembangan teknologi terkini dalam lingkup geospasial terutama pengembangan model sederhana Smart City. Sebuah konsep berurgensi tinggi dalam pengembangan situs kawasan seperti pelabuhan, kampus, dan lainnya yang melingkupi aspek fisik dan semantik. Rekonstruksi bangunan berjalan sejajar dengan teknologi survei dan pemetaan akan kebutuhan data kebumian yang dapat memberikan informasi spasial berupa posisi serta ruang yang mendekati dari keadaan di lapangan dan terus berkembang, sudah saatnya untuk mendalami langsung mengenai konsep rekonstruksi bangunan (Ma Z. dkk., 2017).
Pemodelan bangunan 3 dimensi dalam penelitian ini menggunakan data foto udara format kecil berbasis metode computer-generated achitecture (CGA). Pengolahan terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap pengolahan foto udara dan tahap pemodelan 3 dimensi bangunan. Pengolahan foto udara dilakukan guna mendapatkan surface model seperti digital elevation model (DEM), digital terrain and building model (DTBM) dan orthomosaic sebagai peta dasar pembuatan footprint bangunan. Tahap selanjutnya adalah proses pemodelan bangunan 3D menggunakan metode CGA dengan algoritma building from footrint.
Hasil pengolahan foto udara meliputi DEM, DTBM dan orthomosaic yang layak sesuai dengan kriteria dalam melakukan pemodelan menggunakan metode CGA. DEM yang dihasilkan dapat layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar peta RBI, Orhtomosaic yang dihasilkan layak digunakan dengan capaian tingkat kelas I berdasarkan standar ASPRS, dan DTBM yang dihasilkan layak digunakan dengan membandingkan resolusi DTBM penelitian miliki Buyukdemircioglu dkk., 2018 dengan resolusi sebesar 12 cm. Hasil pemodelan 3 dimensi menggunakan metode CGA menghasilkan 92,12% dari 51 bangunan secara keseluruhan. Model bangunan 3 dimensi juga berhasil mencapai level of detail kelas 2.2 berdasarkan standar milik Biljecki dkk., 2016.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro