Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip29624, author = {Sentanu Aji and Abdi Sukmono and Fauzi Amarrohman}, title = {ANALISIS PEMANFAATAN SATELLITE DERIVED BATHYMETRY CITRA SENTINEL-2A DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LYZENGA DAN STUMPF (STUDI KASUS : PERAIRAN PELABUHAN MALAHAYATI, PROVINSI ACEH)}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {10}, number = {1}, year = {2020}, keywords = {Satellite Derived Bathymetry, Sentinel-2A, Lyzenga, Stumpf.}, abstract = { ABSTRAK Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang tentunya membutuhkan suatu manajemen dan pengambilan keputusan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat yang dapat mendukung kemajuan Negara. Untuk mendukung hal tersebut, ketersediaan data batimetri yang merupakan data spasial kelautan pada Indonesia sangat dibutuhkan. Survei batimetri dengan menggunakan echosounder merupakan metode yang dapat menghasilkan data batimetri dengan kualitas yang baik, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat besar. Satellite derived bathymetry adalah salah satu metode alternatif yang sedang dikembangkan untuk mendapatkan data batimetri dengan menggunakan sumber data yaitu citra satelit optis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari pemetaan batimetri dengan menggunakan metode satellite derived bathymetry. Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu citra Sentinel-2A yang merupakan citra satelit optis dengan ketelitian spasial 10 meter. Pengolahan satellite derived bathymetry pada penelitian ini menggunakan algoritma Lyzenga dan Stumpf yang merupakan algoritma yang efektif digunakan dalam metode ini. Kedua algoritma tersebut dapat memetakan kedalaman laut dengan baik hingga kedalaman 20 meter. Metode algoritma Lyzenga menggunakan regresi multilinier dalam pengolahannya dan menghasilkan nilai R 2 sebesar 0,923. Ketelitian pemetaan kedalaman laut yang didapatkan dari algoritma Lyzenga yaitu 1,888 meter. Sedangkan algoritma Stumpf menggunakan regresi linier dalam pengolahannya dan nilai R 2 yang dihasilkan sebesar 0,882. Algoritma Stumpf memiliki ketelitian pemetaan kedalaman laut sebesar 2,019 meter. Kata Kunci: Satellite Derived Bathymetry , Sentinel-2A, Lyzenga, Stumpf. ABSTRACT Indonesia has a very large water area which of course requires a decision to be made that can be utilized optimally and accurately which can support the progress of the State. To support this, bathymetry data which is marine spatial data in Indonesia is needed. A bathymetric survey using echosounder is a method that can produce bathymetric data with good quality, but requires a long time and a very large operational cost. Satellite derived bathymetry is an alternative method that is being developed to obtain bathymetry data using a data source, namely optical satellite imagery. This study aims to analyze the results of bathymetry mapping using the bathymetric derived satellite method. This study uses source data, namely Sentinel-2A imagery which is an optical satellite image with a spatial accuracy of 10 meters. The bathymetry derived satellite processing in this study uses the Lyzenga and Stumpf algorithms which are the effective algorithms used in this method. Both algorithms can map the depth of the ocean well to a depth of 20 meters. The Lyzenga algorithm method uses multilinier regression in its processing and produces an R2 value of 0.923. The accuracy of the ocean depth obtained from the Lyzenga algorithm is 1.888 meters. While the Stumpf algorithm uses linear regression in its processing and the resulting R2 value is 0.882. The Stumpf algorithm has a depth mapping accuracy of 2.019 meters. }, issn = {2809-9672}, pages = {68--77} doi = {10.14710/jgundip.2021.29624}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/29624} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang tentunya membutuhkan suatu manajemen dan pengambilan keputusan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat yang dapat mendukung kemajuan Negara. Untuk mendukung hal tersebut, ketersediaan data batimetri yang merupakan data spasial kelautan pada Indonesia sangat dibutuhkan. Survei batimetri dengan menggunakan echosounder merupakan metode yang dapat menghasilkan data batimetri dengan kualitas yang baik, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat besar. Satellite derived bathymetry adalah salah satu metode alternatif yang sedang dikembangkan untuk mendapatkan data batimetri dengan menggunakan sumber data yaitu citra satelit optis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari pemetaan batimetri dengan menggunakan metode satellite derived bathymetry. Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu citra Sentinel-2A yang merupakan citra satelit optis dengan ketelitian spasial 10 meter. Pengolahan satellite derived bathymetry pada penelitian ini menggunakan algoritma Lyzenga dan Stumpf yang merupakan algoritma yang efektif digunakan dalam metode ini. Kedua algoritma tersebut dapat memetakan kedalaman laut dengan baik hingga kedalaman 20 meter. Metode algoritma Lyzenga menggunakan regresi multilinier dalam pengolahannya dan menghasilkan nilai R2 sebesar 0,923. Ketelitian pemetaan kedalaman laut yang didapatkan dari algoritma Lyzenga yaitu 1,888 meter. Sedangkan algoritma Stumpf menggunakan regresi linier dalam pengolahannya dan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,882. Algoritma Stumpf memiliki ketelitian pemetaan kedalaman laut sebesar 2,019 meter.
Kata Kunci: Satellite Derived Bathymetry, Sentinel-2A, Lyzenga, Stumpf.
ABSTRACT
Indonesia has a very large water area which of course requires a decision to be made that can be utilized optimally and accurately which can support the progress of the State. To support this, bathymetry data which is marine spatial data in Indonesia is needed. A bathymetric survey using echosounder is a method that can produce bathymetric data with good quality, but requires a long time and a very large operational cost. Satellite derived bathymetry is an alternative method that is being developed to obtain bathymetry data using a data source, namely optical satellite imagery. This study aims to analyze the results of bathymetry mapping using the bathymetric derived satellite method. This study uses source data, namely Sentinel-2A imagery which is an optical satellite image with a spatial accuracy of 10 meters. The bathymetry derived satellite processing in this study uses the Lyzenga and Stumpf algorithms which are the effective algorithms used in this method. Both algorithms can map the depth of the ocean well to a depth of 20 meters. The Lyzenga algorithm method uses multilinier regression in its processing and produces an R2 value of 0.923. The accuracy of the ocean depth obtained from the Lyzenga algorithm is 1.888 meters. While the Stumpf algorithm uses linear regression in its processing and the resulting R2 value is 0.882. The Stumpf algorithm has a depth mapping accuracy of 2.019 meters.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro