Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip17173, author = {Dede Handoko and Arief Nugraha and Yudo Prasetyo}, title = {KAJIAN PEMETAAN KERENTANAN KOTA SEMARANG TERHADAP MULTI BENCANA BERBASIS PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {6}, number = {3}, year = {2017}, keywords = {Bencana, Kerentanan, Kota Semarang, Tumpang tindih}, abstract = { ABSTRAK Kota Semarang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang termasuk ke dalam daerah yang rawan terjadi bencana. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu kajian mitigasi terhadap multi bencana di Kota Semarang. Aspek terpenting dalam mitigasi bencana adalah penilaian terhadap kerentanan wilayah berpotensi rawan bencana. Dan metode yang dapat digunakan dalam pengkajiannya adalah kombinasi dari metode Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Acuan yang digunakan dalam penilaian dan pembobotannya adalah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko. Terdapat empat parameter penilaian yaitu, parameter kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan. Proses pembuatan peta, tumpang tindih, penilaian dan pembobotan serta analisis SIG diproses menggunakan perangkat lunak ArcMap. Berdasarkan hasil analisis pemetaan kerentanan sosial diketahui bahwa 92,10% dari jumlah kelurahan di Kota Semarang memiliki tingkat kerentanan sosial tinggi, 6,21% berkerentanan sosial sedang dan sisanya 1,69% berkerentanan sosial rendah. Berdasarkan hasil analisis kerentanan ekonomi diketahui sebesar 39,231% dari luas total Kota Semarang berkerentanan ekonomi tinggi, sebesar 0,012% berkerentanan sedang dan sebesar 60,758 berkerentanan ekonomi rendah. Dari hasil analisis kerentanan fisik diketahui bahwa 2,31% dari luas Kota Semarang berkerentanan fisik tinggi, sebesar 38,51% berkerentanan sedang dan sisanya 59% berkerentanan fisik rendah. Berdasarkan hasil analisis kerentanan lingkungan diketahui bahwa 53,35% dari luas parameter lingkungan adalah hutan alam, 0,28% adalah hutan lindung, 46,01% adalah hutan mangrove, 0,35% adalah rawa dan 0,01% adalah semak belukar. Berdasarkan hasil analisis pemetaan kerentanan Kota Semarang terhadap multi bencana diketahui bahwa 32,19% dari luas Kota Semarang berkerentanan tinggi, 64,54% dari luas Kota Semarang berkerentanan sedang dan sisanya 3,27% berkerentanan multi bencana rendah. Kata Kunci : Bencana, Kerentanan, Kota Semarang, Tumpang tindih ABSTRACT Semarang city is one of the most vulnerable cities to natural disaster occurence in Indonesia. Based on the data, there needs to be a mitigation study towards the multi-disaster in Semarang city . The most prominent aspect in disaster mitigation is the assessment to susceptibility of the natural disaster vulnerable region. The methods which could be used in the study are Remote Sensing method and Geographic Information System method (GIS). The reference used in the assessment and the weighting was Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko. There are four assessment parameters, such as social vulnerability parameter, economic vulnerability, physical vulnerability, and environmental vulnerability. The mapping process, overlapping, assessment, weighting, and GIS analysis were processed using ArcMap software. By the result of mapping analysis to social vulnerability, 92 . 10% of the total districts in Semarang city has a high social vulnerability level, 6.21% medium social vulnerability, and the rest of 1.69% are the villages with low social vulnerability level. By the result of economic vulnerability analysis, 39.2 3 1% of Semarang city’s total area has high economic vulnerability, 0.012% has medium vulnerability, and 60.758% has low economic vulnerability. From the result of physical vulnerability, 2.31% of Semarang city’s total area is highly vulnerable, 38.51% has medium vulnerability, and the rest of 59% has low vulnerability. According to the result of environmental analysis, 53.35% of the total environmental parameter are natural forests, 0.28% are preserved forests, 46.01% are mangrove forests, 0.35% are swamps, and 0.01% are bushes. In regards to the result of Semarang city’s vulnerability mapping analysis to multi-disaster, 32.19% of Semarang city’s total area is highly vulnerable, 64.54% has medium vulnerability level, and 3.27% has low vulnerability level to multi-disaster. Keywords : Disaster, Overlay, Semarang City, Vulnerability }, issn = {2809-9672}, pages = {1--10} doi = {10.14710/jgundip.2017.17173}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/17173} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Kota Semarang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang termasuk ke dalam daerah yang rawan terjadi bencana. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu kajian mitigasi terhadap multi bencana di Kota Semarang. Aspek terpenting dalam mitigasi bencana adalah penilaian terhadap kerentanan wilayah berpotensi rawan bencana. Dan metode yang dapat digunakan dalam pengkajiannya adalah kombinasi dari metode Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Acuan yang digunakan dalam penilaian dan pembobotannya adalah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko. Terdapat empat parameter penilaian yaitu, parameter kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan. Proses pembuatan peta, tumpang tindih, penilaian dan pembobotan serta analisis SIG diproses menggunakan perangkat lunak ArcMap.
Berdasarkan hasil analisis pemetaan kerentanan sosial diketahui bahwa 92,10% dari jumlah kelurahan di Kota Semarang memiliki tingkat kerentanan sosial tinggi, 6,21% berkerentanan sosial sedang dan sisanya 1,69% berkerentanan sosial rendah. Berdasarkan hasil analisis kerentanan ekonomi diketahui sebesar 39,231% dari luas total Kota Semarang berkerentanan ekonomi tinggi, sebesar 0,012% berkerentanan sedang dan sebesar 60,758 berkerentanan ekonomi rendah. Dari hasil analisis kerentanan fisik diketahui bahwa 2,31% dari luas Kota Semarang berkerentanan fisik tinggi, sebesar 38,51% berkerentanan sedang dan sisanya 59% berkerentanan fisik rendah. Berdasarkan hasil analisis kerentanan lingkungan diketahui bahwa 53,35% dari luas parameter lingkungan adalah hutan alam, 0,28% adalah hutan lindung, 46,01% adalah hutan mangrove, 0,35% adalah rawa dan 0,01% adalah semak belukar. Berdasarkan hasil analisis pemetaan kerentanan Kota Semarang terhadap multi bencana diketahui bahwa 32,19% dari luas Kota Semarang berkerentanan tinggi, 64,54% dari luas Kota Semarang berkerentanan sedang dan sisanya 3,27% berkerentanan multi bencana rendah.
Kata Kunci : Bencana, Kerentanan, Kota Semarang, Tumpang tindih
ABSTRACT
Semarang city is one of the most vulnerable cities to natural disaster occurence in Indonesia. Based on the data, there needs to be a mitigation study towards the multi-disaster in Semarang city. The most prominent aspect in disaster mitigation is the assessment to susceptibility of the natural disaster vulnerable region. The methods which could be used in the study are Remote Sensing method and Geographic Information System method (GIS).
The reference used in the assessment and the weighting was Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko. There are four assessment parameters, such as social vulnerability parameter, economic vulnerability, physical vulnerability, and environmental vulnerability. The mapping process, overlapping, assessment, weighting, and GIS analysis were processed using ArcMap software.
By the result of mapping analysis to social vulnerability, 92.10% of the total districts in Semarang city has a high social vulnerability level, 6.21% medium social vulnerability, and the rest of 1.69% are the villages with low social vulnerability level. By the result of economic vulnerability analysis, 39.231% of Semarang city’s total area has high economic vulnerability, 0.012% has medium vulnerability, and 60.758% has low economic vulnerability. From the result of physical vulnerability, 2.31% of Semarang city’s total area is highly vulnerable, 38.51% has medium vulnerability, and the rest of 59% has low vulnerability. According to the result of environmental analysis, 53.35% of the total environmental parameter are natural forests, 0.28% are preserved forests, 46.01% are mangrove forests, 0.35% are swamps, and 0.01% are bushes. In regards to the result of Semarang city’s vulnerability mapping analysis to multi-disaster, 32.19% of Semarang city’s total area is highly vulnerable, 64.54% has medium vulnerability level, and 3.27% has low vulnerability level to multi-disaster.
Keywords : Disaster, Overlay, Semarang City, Vulnerability
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro