Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{EMPATI47890, author = {Nathasya Sekar Silalahi}, title = {KONTRIBUSI ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MEMITIGASI PROLONGED GRIEF DISORDER}, journal = {Jurnal EMPATI}, volume = {13}, number = {5}, year = {2025}, keywords = {artificial intelligence; bereavement; grief; prolonged grief disorder}, abstract = { Kehilangan seseorang yang dicintai adalah salah satu pengalaman paling sulit dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan trauma dan gangguan psikopatologis seperti Prolonged Grief Disorder (PGD). Kondisi ini membutuhkan screening dan intervensi yang efektif. Teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), dapat menjadi solusi potensial untuk mengatasi masalah ini dengan menawarkan dukungan non-tatap muka yang sering lebih diterima oleh individu yang berduka. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program dan metode AI yang paling sesuai dalam memfasilitasi proses berduka, serta memahami bagaimana AI dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari PGD. Penelitian ini menggunakan State of Art Review dengan frasa Boolean untuk mengidentifikasi literatur terkait \"grief,\" \"AI,\" \"bereavement,\" dan \"grief complexity.\" Data dari beberapa abstrak dan judul yang relevan dianalisis untuk mengevaluasi pengaruh AI terhadap proses berduka. AI telah terbukti membantu individu dalam mengelola masa berduka melalui berbagai program seperti Chatbot, Deathbot, Griefbot, dan aplikasi kesehatan mental seperti Woebot. Program-program ini menawarkan dukungan emosional dan interaksi yang meniru percakapan dengan orang terkasih yang telah tiada. Misalnya, GIFT menggunakan model Random Forest untuk mendeteksi PGD dengan efektif, sementara program seperti Headspace dan EMMA's World menyediakan fitur self-monitoring dan sosial yang membantu individu berduka. AI memberikan solusi signifikan dalam membantu individu yang berduka, meskipun tidak bisa sepenuhnya menggantikan dukungan dari manusia. Program AI harus disesuaikan dengan strategi coping, lingkungan, dan model keberdukaan yang unik dari setiap individu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji aplikasi AI dalam konteks budaya yang berbeda, termasuk di Indonesia. }, issn = {2829-1859}, pages = {475--483} doi = {10.14710/empati.2024.47890}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/47890} }
Refworks Citation Data :
Kehilangan seseorang yang dicintai adalah salah satu pengalaman paling sulit dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan trauma dan gangguan psikopatologis seperti Prolonged Grief Disorder (PGD). Kondisi ini membutuhkan screening dan intervensi yang efektif. Teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), dapat menjadi solusi potensial untuk mengatasi masalah ini dengan menawarkan dukungan non-tatap muka yang sering lebih diterima oleh individu yang berduka. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program dan metode AI yang paling sesuai dalam memfasilitasi proses berduka, serta memahami bagaimana AI dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari PGD. Penelitian ini menggunakan State of Art Review dengan frasa Boolean untuk mengidentifikasi literatur terkait "grief," "AI," "bereavement," dan "grief complexity." Data dari beberapa abstrak dan judul yang relevan dianalisis untuk mengevaluasi pengaruh AI terhadap proses berduka. AI telah terbukti membantu individu dalam mengelola masa berduka melalui berbagai program seperti Chatbot, Deathbot, Griefbot, dan aplikasi kesehatan mental seperti Woebot. Program-program ini menawarkan dukungan emosional dan interaksi yang meniru percakapan dengan orang terkasih yang telah tiada. Misalnya, GIFT menggunakan model Random Forest untuk mendeteksi PGD dengan efektif, sementara program seperti Headspace dan EMMA's World menyediakan fitur self-monitoring dan sosial yang membantu individu berduka. AI memberikan solusi signifikan dalam membantu individu yang berduka, meskipun tidak bisa sepenuhnya menggantikan dukungan dari manusia. Program AI harus disesuaikan dengan strategi coping, lingkungan, dan model keberdukaan yang unik dari setiap individu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji aplikasi AI dalam konteks budaya yang berbeda, termasuk di Indonesia.
Article Metrics:
Last update:
Jurnal Empati by https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, the copyright of the article shall be assigned to Jurnal Empati and Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro as the publisher of the journal. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all forms and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Jurnal Empati and the Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro, and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions, or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Jurnal Empati are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form Jurnal Empati]. The copyright form should be signed originally, scanned, and uploaded as a supplementary file when submitting the manuscript.
Jurnal EMPATI published by Faculty of Psychology, Diponegoro University