slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SENIMAN LUKIS DI KOTA SEMARANG | Aji | Jurnal EMPATI skip to main content

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SENIMAN LUKIS DI KOTA SEMARANG

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 17 Aug 2019; Published: 19 Aug 2019.

Citation Format:
Abstract

Seniman merupakan sebuah profesi yang tidak menutup kemungkinan juga merupakan bidang pekerjaan yang dijalani karena minat dan bakat dalam bidang seni. Seni sudah hidup bertahun-tahun yang lalu, dan mengalami perkembangan hingga detik ini. Menurut penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa struktur otak seniman memiliki perbedaan dengan struktur otak manusia pada umumnya, oleh karena itu seniman memiliki pola pikir yang berbeda dan unik serta menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna hidup seniman lukis. Penelitian ini melibatkan 3 orang subjek yang merupakan seniman senior di Kota Semarang. Penelitian kualitatif ini menggunakan sudut pandang fenomenologi dengan menerapkan Interpretative Phenomenological Analysis atau disingkat IPA. Pendekatan IPA dipilih karena memiliki prosedur analisis data yang terperinci. Prosedur tersebut bertitik fokus pada eksplorasi pengalaman yang diperoleh subjek melalui kehidupan pribadi dan sosialnya. Dari eksplorasi pengalaman subjek terhadap kehidupan, akan memunculkan makna dalam peristiwa unik yang dirasakan oleh subjek.

Hasil penelitian ini adalah sudut pandang ketiga subjek dalam memaknai kehidupan masing-masing dengan melakukan hal-hal yang positif dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebaikan. Mensyukuri kehidupan yang dijalani tanpa mengeluh dan bersabar dalam menghadapi semua permasalahan. Peran kehidupan sosial dan religiusitas sebagai dukungan sosial dalam berkarya serta sebagai pedoman menjalani kehidupan. Menghayati pekerjaan sebagai seniman dan mencintai  pekerjaannya dengan terus berkarya. 

Fulltext View|Download
Keywords: Makna, Hidup, Seniman Lukis

Article Metrics:

  1. Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi, “Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna”. Jakarta : raja grafindo persada
  2. Botella Marion, Vlad Glaveanu, Franck Zenasni, Martin Storm, Nils Myszkowski, et al. (2013). How artists create: Creative process and multivariate factors. Learning and Individual Differences 26 161–170
  3. Bukhori, B. (2006). Kesehatan mental mahasiswa ditinjau dari religiusitas dan makna hidup. Psikologika, Vol. 11, Nomor 22, juli 2006, hal. 93-105
  4. Chamberlain, R, dkk. (2014). Drawing on the right side of the brain: A voxel-based morphometry analysis of observational drawing. Neurolmage, Vol 96, hal. 167-173
  5. Creswell, J.W. (2007). Qualitative inquiry and research design: chosing among five approaches. London: sage publications
  6. Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Grasindo
  7. Farid, M., Pontoh Zaenab. (2015). Hubungan Antara Religiusitas dan Dukungan sosial dengan Kebahagiaan Pelaku Konversi Agama. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 4, 100-110
  8. Frankl. V. (2003). Logoterapi: terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi (Terj.Murtadlo). Yogyakarta: Kreasi Wacana
  9. Jalaludin. (2001). Psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
  10. Lestari, D.E., Syafiq, M. (2017). Proses kreatif seniman rupa. Jurnal psikologi pendidikan, Vol. 4, Nomor 1, Tahun 2017
  11. Lismarwan, Nofan, G,. Nashori, H, F,. (2010). Proses kreatif pelukis kaligrafi islam: sebuah penelitian kualitatif. Jurnal Psikologi proyeksi, Vol. 5, Nomor. 1, Tahun 2010
  12. Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
  13. Pirous, I.M. (2000). Makna modernitas bagi seniman seni rupa modern indonesia. Antropologi Indonesia, 62, 42-55
  14. Rosyidi Hamim. (2015). Religiusitas dan makna hidup menjelang masa pensiun. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 05, 67-92
  15. Sarafino, E.P. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Seventh ed. USA: Jhon Wiley & Sons, Inc
  16. Sintya Noviana Utami, N.M. (2013). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri individu yang mengalami asma. Jurnal Psikologi Udayana, 1, 12-21
  17. Smith, J.A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis-theory, method, and research. London: Sage Publications
  18. Soedarso, Sp., MA. (2006). Trilogi seni penciptaan, eksistensi, dan kegunaan seni. Yogyakarta: Badan Penerbit Instituti Seni Indonesia
  19. Sudiran, F. (2011). Ilmu sosial dan budaya dasar. Yogyakarta: LaksBangPRESSindo
  20. Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi
  21. Sujoko., Khasan, M., (2017). Makna hidup pada punkers di surakarta. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI/article/view/11605/6839
  22. Suryahadi, A. Agung (2008). Seni rupa menjadi sensitif, kreatif, apresiatif dan produktif. Jilid 2 untuk kelas 11. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
  23. Syah, M. (2005). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.