skip to main content

PENGALAMAN MENJADI GAY (Studi Fenomenologi pada Pria Homoseksual Menuju Coming Out)

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 5 Mar 2018; Published: 5 Mar 2018.

Citation Format:
Abstract

Beren (2013) menyatakan bahwa homoseksualitas terjadi di seluruh lapisan masyarakat dunia dengan perkiraan 21% pria di dunia adalah kaum gay. Pandangan pro dan kontra yang terjadi di masyarakat menyebabkan kaum gay melakukan penyesuaian sosial setelah kaum gay melakukan coming out.  Penyesuaian diri pada kaum gay bukanlah hal yang mudah karena kaum gay menghadapi tekanan-tekanan dari dalam dirinya sendiri maupun tekanan dari lingkungan.  Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.  Partisipan dalam penelitian ini memiliki karakteristik utama pria homoseksual yang sudah mengungkapkan diri sebagai  sebagai gay pada keluarga dan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan faktor pendukung individu menjadi gay adalah pola asuh yang salah, tidak adanya role model laki-laki yang terdapat pada figur ayah sehingga individu mengidentifikasi diri sebagai gay dan memutuskan untuk coming out. Persepsi lingkungan yang menerima atau menolak serta stressor yang dialami oleh gay mengakibatkan ketiga subjek untuk melakukan coping stress berupa sikap menghindar, mengalihkan perhatian,  menyembunyikan identitas, dan membatasi pergaulan sebagai usaha untuk berinteraksi dengan masyarakat.

Fulltext View|Download
Keywords: gay, coming out, coping stress

Article Metrics:

  1. APA. 2007. APA Dictionary of Psychology. Edisi G. R. VandenBos. WashingtonDC: American Psychology Association
  2. Azizah, S. N. (2013). Konsep diri homoseksual di kalangan mahasiswa di kota Semarang (Studi kasus mahasiswa homoseksual di kawasan simpang lima semarang. Journal of Non Formal Education and Community Empowerment , 39-45
  3. Beren, M. (2013). Gay and lesbian families in the early childhood clasroom: Evaluation of an online professional development course. LEARNing Landscapes. Vol. 7, No.1 , 61-79
  4. Cervone, D. & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian: Teori dan penelitian. Jakarta: Salemba Humanika
  5. Dewi, R. S. (2014). Studi mengenai gambaran proses pembentukan identitas homoseksual pada gay tahapan dewasa awal di kota Bandung. Repository Unpad
  6. Emka. (2015, April). Gay di indonesia semakin terbuka menunjukkan keberadaan mereka. Retrieved from merdeka.com:
  7. http://www.merdeka.com/peristiwa/gay-di-indonesia-semakin-terbukamenunjukkan- keberadaan-mereka.html
  8. Gainau, M.B. (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling. Jurnal Ilmiah Widya Warta, 33 (01)
  9. Hidayana, I. M. (2004). Seksualitas: Teori dan realitas. Depok: Fisip UI
  10. Hurlock, E.B., 2000, Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Jakarta: Penerbit Erlangga
  11. Mc Davitt, B., Iverson, E., Kubicek, K., Weiss, G., Wong, C. F., & Kipke, M. D
  12. (2008). Strategies used by gay and bisexual young men to cope with
  13. heterosexism. NIH Public Acces
  14. Mu'tadin, Z. (2002). Pengantar pendidikan dan ilmu perilaku kesehatan
  15. Yogyakarta: Andi Offset
  16. Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi kelima, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
  17. Oetomo, D. (2001). Memberi suara pada yang bisu. Yogyakarta: Galang Press
  18. Papalia, D. E., et al. 2011. Human development (Psikologi perkembangan)
  19. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
  20. Santrock, J. W. (2012). Life-span development: edisi ketigabelas. Jakarta:
  21. Erlangga
  22. Slamet, S., & Markam, S. (2008). Pengantar psikologi klinis. Depok: UI Press
  23. Taylor, S. E. (2009). Health psychology seventh edition. New York: McGraw Hill International Editon

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.