skip to main content

PENGALAMAN BERKREASI FOTOGRAFER MODEL: PENDEKATAN INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 27 Jan 2016.

Citation Format:
Abstract

Fotografer model merupakan profesi yang pekerjaannya adalah memotret model. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dunia pengalaman berkreasi fotografer model ketika memotret seorang model. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang fotografer model yang memiliki pemahaman mengenai fotografi dan sering memotret model. Penelitian ini mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, khususnya Interpretative Phenomenologycal Analysis (IPA). Metode ini dipilih karena adanya prosedur yang terinci dalam menganalisis data. Prosedur tersebut menghasilkan kedalaman terhadap pengalaman, peristiwa unik, dan pemikiran yang dimiliki subjek melalui wawancara. Peneliti menemukan bahwa dalam pengalaman berkreasi subjek terdapat tiga pokok, yaitu terdiri dari: insight menjadi fotografer, proses berkreasi dalam memotret model dan konsekuensi positif dari memotret. Peneliti menemukan bahwa pengalaman berkreasi memotret tidak terpisah dari awal masuk menjadi fotografer, sehingga mempengaruhi proses berkreasi memotret yang berbeda-beda saat memotret seorang model, sehingga karya-karya yang dihasilkan memiliki keunikan masing-masing. Dari pengalaman berkreasi itu subjek memperoleh konsekuensi nilai-nilai yang positif untuk menjalani kehidupan.

Fulltext View|Download
Keywords: fotografer model; proses kreatif; interpretative phenomenological analysis

Article Metrics:

  1. Abdel-Khalek, A. & Lester D. (2013). Mental health, subjective well-being, religiosity: Significant associations in Kuwait and USA. Journal of muslim mental health, 7(2): 63-76
  2. Alisjahbana, S. T. (1983). Kreativitas. Jakarta: PT Dian Rakyat
  3. Ardhana, S. E. (2012, 22 Februari). Pertemuan ke-2: Memahami profesi fotografer. Diambil dari http://sutirmaneka.blogspot.co.id/2012/02/pertemuan-ke2memahami profesi.html. Diunduh pada 14 Desember 2015
  4. Burhanuddin. (2014). Fotografi. Yogyakarta: Graha Ilmu
  5. Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow : The psychology of optimal experience. New York: HarperCollins
  6. Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity : Flow and the psychology of discovery and invention. New York: HarperCollins
  7. Damajanti, I. (2006). Psikologi seni : Sebuah pengantar. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
  8. Djoharmuraini, S. (1999). Teks dan konteks: Sumber Penciptaan. Seni: Jurnal pengetahuan dan penciptaan seni, 7(2)
  9. Enterprise, J. dan Ardiyanto N. (2012). Modelling photography handbook. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
  10. Herlina, Y. (2003). Kreativitas dalam seni fotografi. Nirmana, 5(2), 214-228
  11. Munandar, U. (1999). Kreativitas & keterbakatan: Strategi mewujudkan potensi kreatif & bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
  12. Nashori, Fuad dan Rachmy Diana. (2002). Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi islam. Yogyakarta: Menara Kudus
  13. Santrock, W. J. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba
  14. Sarwono, S. W. (1997). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial.Jakarta: PT Balai Pustaka
  15. Shaleh, K. (2004). Seni rupa sebagai dokumentasi. Jurnal seni rupa FBS-Unimed, 1(2), 121-129
  16. Solso, R. L., Maclin, O. H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi kognitif. Jakarta:Penerbit Erlangga
  17. Svarajati, T. P. (2013). Photagogos: Terang-gelap fotografi Indonesia. Semarang: Penerbit Suka Buku
  18. Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo
  19. Vallerand, R. J., & Houlfort, N. (2003). Passion at work: Toward a new Conceptualization. Greenwich, CT: Information Age Publishing. (pp. 175-204)

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.