skip to main content

HUBUNGAN ANTARA SCHOOL WELL-BEING DENGAN INTENSI DELINKUENSI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 SEMARANG

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 30 Apr 2016.

Citation Format:
Abstract
Pada masa remaja, individu lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman sebaya daripada dengan orang tua, sehingga teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, minat, penampilan dan perilaku remaja. Teman sebaya merupakan salah satu faktor munculnya kenakalan pada remaja karena interaksi dengan keluarga mulai berkurang secara perlahan dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara school well-being dengan intensi delinkuensi pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Semarang. School well-being adalah tingkat kepuasan siswa terhadap sekolahnya yang meliputi kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan sehingga kebutuhan-kebutuhan dasar disekolah dapat terpenuhi. Intensi delinkuensi adalah niat atau keinginan individu untuk berperilaku menyimpang terhadap hukum, agama dan norma di masyarakat yang menyebabkan kerugian pada diri sendiri, orang lain, dan ketentraman umum, selain itu individu tersebut telah mengetahui sanksi yang akan didapatkan atas perilaku yang dilakukan. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMK Negeri 5 Semarang sebanyak 286 siswa. Subjek uji berjumlah 158 siswa dan subjek penelitian berjumlah 128 siswa. Sampel dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Intensi Delinkuensi (22 aitem, α = 0,83) dan Skala School Well-Being (33 aitem, α = 0,85). Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara school well-being dengan intensi delinkuensi pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Semarang dengan rxy = -0,482 dan p=0,000 (p<0,001). School well-being memberikan sumbangan efektif sebesar 23,3% pada intensi delinkuensi.
Fulltext View|Download
Keywords: school well-being; intensi delinkuensi; siswa; SMK

Article Metrics:

  1. Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behaviour. Berkshire: Open University Press
  2. Gottfredson, D. C. (2000). School and delinquency. New York: Camridge University Press
  3. Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
  4. Konu, A.& Rimpela, M. (2002). Well-being in schools: a conceptual model. Journal of Health Promotion International, 17, 79-87. Diunduh dari Error! Hyperlink reference not valid
  5. Kosher, H., Ben-Arieh, A., Jiang, X., & Huebner, E. S. (2014). Advance in children’s rights and children’s well-being measurement: Implications for school psychologist. American Psychological Association, 29, 7-20
  6. Marte,R. M. (2008). Adolescent problem behaviors (delinquency, agression, and drug use). New York: LFB Scholarly Publishing LLC
  7. Mears, D. P.& Field, S. H. (2002). A Closer look at the age, peers, and delinquency relationship. Western Criminology Review, 4(1), 20-29. Diunduh dari Error! Hyperlink reference not valid
  8. Mulyasri, D. (2010). Kenakalan remaja ditinjau dari persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga dan konformitas teman sebaya. (Studi korelasi pada siswa SMA Utama 2 Bandar Lampung). Skripsi. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
  9. O’Brien, M. (2008). Well-being and post-primary schooling. Dublin: National Council for Curriculum and Assessment
  10. Papalia, D. E., Olds, S. W.& Feldman, R. D. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia. (10th Ed). Jakarta: Salemba Humanika
  11. Santrock, J. W. (2007). Remaja. (11th Ed).. Jakarta: Erlangga
  12. Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
  13. Tian, L., Liu, B., Huang, S.& Huebner, E. S. (2013). Perceived social support and school wellbeing among Chinese early and middle adolescents: The meditational role of self-esteem, Soc Indic Res, 113, 991-1008

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.